Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; HIDUP ini terkadang penuh perangkap yang menjerat

Rabu, 22 Juni 2022

Prosesi Sakramen Maha Kudus pada Perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Minggu 16/6/2022 di Gereja Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Kevikepan, Keuskupan Ruteng.


(Pekan Biasa XII, St Paulinus dr Nola, St Thomas More, St Yohanes Fisher)

Bacaan I 2Raja-Raja 22:8-13; 23:1-3

Mazmur Tanggapan Mzm 119:33.34.35.37.40

Injil Matius 7:15-20

"Jadi dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka" Mat 7:20

(Igitur ex frùctibus eòrum cognoscètis eos)


HIDUP ini terkadang penuh perangkap yang menjerat. Kata dan kalimat bisa dirangkai masuk akal. Tetapi sesungguhnya ia menyimpan tragedi yang siap meledak. Membahayakan!


"SERIGALA berbulu domba." Itulah cerminan kamuflase sikap. Manis-manis di awal, namun pelan-pelan derita dan sakit hati jadi kepastian. Tak terelakan. Ingatlah pula! Buah yang dipajang bisa  terlihat segar dan indah. Sayangnya ia jadi sepat tanpa rasa saat tiba di rumah. 


DALAM jeritan dunia romantisme yang terkikis sering terdengar ratapan pilu, 'Berawal dari manisnya kasih sayang, terlanjur kita hanyut dan terbuai.' Pada muaranya semuanya berujung pada nada-nada jeritan hati yang luka. 


DI BERBAGAI tayangan, kata-kata indah dibentangkan. Terdengar masuk akal. Penuh keyakinan. Kita pun terperangah. Sepertinya tercerahkan. Tetapi ini tak mutlak bahwa kita 'bebas untuk diakali dan luput dari penggiringan opini.' Tidak! Sebab, kepentingan, itu tadi, jadi  motif tersembunyi di baliknya. 


KEWASPADAAN memang mesti jadi satu 'senjata dalam hidup.' Kata si bijak, "Yang manis janganlah cepat ditelan! Yang pahit janganlah segera dimuntahkan." Sebab sebuah kata, sikap dan tindakan miliki kekuatan pada intensinya. Ya, pada maksud hati yang sebenarnya.


KITA tentu sering merasa terkecoh dalam keseharian. Merasa diakali dalam hidup dengan seribu janji tak berkenyataan. Kita mesti hadapi kenyataan bahwa 'memang lidah tak bertulang. Tak berbatas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji. Lain di bibir, lain di hati.'


YESUS, TUHAN kita, ingatkan setiap kita dengan satu kata kunci: *Waspadalah...!* Doa, ketenangan batin, serta bijak dalam membaca tanda-tanda zaman adalah kepatuhan injili yang mesti dimiliki.


TETAPI, tidak kah kita pernah jadi aktor dalam mengakali sesama? Sebab seringkali 'kita buat masuk akal' yang sebenarnya  hendak kita sembunyikan sesuatu demi kepentingan kita sendiri.


YESUS sungguh menantang kita untuk waspada akan dunia. Tetapi, IA tetap menuntut dari kita hati yang tulus, penuh terbuka. Iya, berlaku apa adanya terhadap sesama. Sebab di situlah letak kekuatan iman kita dalam DIA. Iman yang tetap memberikan 'buah-buah yang baik' bagi sesama. Tanpa syarat! Ini yang berat memang. Namun, bukan kah semuanya tak mustahil dalam Tuhan?


MAKA, berbahagialah Anda sekalian yang bertahan dalam kebaikan dan ketulusan hati. Anda yang senantiasa berjuang untuk menjadi 'pohon yang baik demi menghasilkan buah-buah yang baik pula.'


KEPADA dunia dan sesama yang sering terperdaya, Anda sungguh miliki kesanggupan untuk memberikan peneguhan dan pengharapan dalam Tuhan. 


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar