Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik ; RASA peduli pasti mendesak kita untuk berbuat sesuatu

Rabu, 15 Juni 2022


Hasil Kajian Kementrian PPN/BAPPENAS, Kabupaten Manggarai Timur, salah satu Kabupaten yang sedang mengalami perubahan iklim dan berdampak kepada penurunan hasil pangan khususnyan padi. Data produksi padi tahun 2019 hingga 2021 turun sebesar 18.24 persen, hasil wawancara dengan beberapa petani di 2 desa dan 2 kelurahan menemukan fakta terjadi penurunan hasil padi sawah beririgasi tehnis dan sawah tadah hujan sejak 3 tahun terakhir. TDAK HANYA padi yang mengalami penurunan hasil tetapi produksi kopi juga menunjukkan trend menurun. Hal ini berdampak kepada penurunan pendapatan dan mereka harus membeli beras.Di sisi lain pengeluaran terus meningkat, menyikapi situasi ini mereka mau tidak mau meminjam uang kepada lembaga keuangan yang mereka menyebutnya pinjaman harian dengan sistem jika meminjam 2 juta maka setiap hari selama 24 hari sebesar Rp 100.00' terkesan bunga cukup tinggi. LITERASI KEUANGAN menjadi hal penting untuk diajarkan.


(Pekan Biasa XI, St Fortunatus, St Germana dr Pibrac, St Hesikius, St Lotharus)



Pater Kons Beo, SVD


Bacaan I 1Raja-Raja 2:1.6-14

Mazmur Tanggapan  Mzm 31:20.21.24

Injil Matius 6:1-6.16-18

"Jadi, apabila engkau memberi sedekah...."Mat 6:2

(Cùm ergo facis eleemòsynam...)


INI soal rasa kepedulian. Saat kita 'terganggu' oleh nasib getir yang diderita sesama. Pun oleh keadaan mendesak yang dibutuhkannya. Saat kehidupan dan kemendesakan itu menarik hati kita untuk tindak berbelaskasih.


RASA peduli pasti mendesak kita untuk berbuat sesuatu. Mulialah hati kita yang bersedekah, yang mengulurkan tangan, yang bertindak, yang rela berbagi rejeki.


NASIHAT Yesus punya alarm tegas dalam bersedekah. Agar hati tetaplah bening cemerlang dalam memberi. "Jangan sengaja pamer-pamer untuk bikin  heboh agar kita dilihat, dipuji dan disanjung." Bahkan tangan kiri tidak boleh sampai tahu yang diperbuat tangan kanan.


INI maksudnya agar motif bersedekah itu sungguh lahir dari hati terdalam. Jangan dengan terpaksa atau karena seolah-olah 'dipaksa.' Sebab, memberi sambil hati tetap terganggu dan menggerutu adalah satu tindak ketidak-ikhlasan. Karena itu,  berpasrahlah dengan hati tulus. Ada "Bapa yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Mat 6:4).


BUKAN KAH saat melihat sesama  'kembali bersemangat dalam hidup dan punya harapan' akan   menambah kelegaan dalam hati kita sendiri? Sebab itu, tetaplah miliki hati penuh ketulusan dalam memberi.


KATANYA, janganlah pula memberi untuk dihargai atau pun sebagai modal untuk merendahkan lagi sesama Artinya? Benar bahwa orang itu bisa 'jadi manusia' karena jasa-jasa kita yang sungguh luar biasa. Dan itu nyata! Tetapi, tak perlu bereaksi menggema, bisik-bisik atau pun tiup info  sana-sini, bahwa "Orang itu sudah jadi manusia. Siapa lagi kalau bukan karena saya?" Sebab yang macam begini, namanya 'hanya mau cari tenar sembarang yang tidak perlu.' Cukuplah ucapkan syukur an berbangga dalam hati.


JIKA kita memberi, bukan kah kita tanamkan kebaikan pada sesama? Dan tidak kah kita punya keyakinan dan harapan bahwa sesama itu akan melanjutkan kebaikan itu: kapan dan di mana saja, serta terhadap siapa saja? Dan demi kehidupan yang lebih baik? 


KEBAIKAN akan berlanjut pada kebaikan serta kehidupan. Tetapi ketidakpedulian akan berbuntut pada kepedihan serta penderitaan. Dan bahkan bisa pula pada kematian. Tetapi, Jalan Kristiani  selalu jadi inspirasi pada daya pengharapan akan kehidupan.


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar