Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK; Saat perutusan hanya tinggal tertahan pada tambatan pencitraan?

Rabu, 31 Agustus 2022
(Pekan Biasa XXII, St Aidan, St Nikodemus, St Raimundus Nonnatus)
Bacaan I 1Korintus 3:1-9
Mazmur Tanggapan Mzm 33:12-15
Injil Lukas 4:38-44.

Dewan Pastoral Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong menyelenggarakan pembekalan kepada 30 orang Fasilitator  Katekese Paroki tentang Tema Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dan Metode Katekese, Sabtu (27/8/2022) bertempat di Pendopo Pastoran. Para peserta pembekalan, terdiri dari pengurus Wilayah, pengurus KBG dan utusan komunitas biarawati yang berkarya di Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong.

"Tetapi banyak orang mencari Dia" Luk 4:42
(Et turbae requirebant eum)


BANYAK yang terkesima oleh kehadiran Yesus. Dia hadir bagi sekian banyak orang. Dalam keseluruhan DiriNya yang utuh. Ia telah masuk dalam situasi nyata. Dalam apa yang sedang mereka rasakan.




SEBAB itu, kehadiran Yesus sungguh jadi kehadiran yang menyapa, yang menyembuhkan dan yang membebaskan. Itulah jawaban yang tepat atas pergumulan yang dihadapi orang banyak. Bahkan saat hendak matahari terbenam pun, masih terdapat sekian banyak orang yang mencariNya (cf Luk 4:40).  TETAPI, apakah Yesus terikat oleh 'pencaharian sekian banyak orang itu?' Nyatanya tidak! Sebab Ia tahu apa artinya juga mesti berangkat ke tempat yang sunyi (Luk 4:42). 'Sibuk dirindui dan ramai dicari mesti diperlengkapkan dengan apa artinya ke tempat yang sunyi.


TETAPI pula bahwa warta keselamatan, Injil Kerajaan Allah serta kehadiran Yesus sendiri mesti meluas. Melampaui harapan dan kerinduan tertentu yang terbatas. 'Usaha orang banyak untuk menahan Yesus tidak menjadi alasan untuk 'tidak mewartakan Injil di kota-kota lain' (cf Luk 4:43).

KEMEGAHAN misioner sering diukur dari 'jumlah yang melambung.' Saat semuanya hanya ditakar pada rasa suka, kagum pun pada rasa cinta dari sekian banyak orang. Gema perutusan pun sering tertambat pada 'mahakarya telah berbuat banyak dan besar.'

JIKA semuanya mesti demikian adanya, maka bukan kah akan ada bahaya reputasisme yang mengintip? Saat perutusan hanya tinggal tertahan pada tambatan pencitraan? Saat aplaus dengan segala litania kebesaran diri didaraskan. < PERUTUSAN dalam Yesus adalah satu perjalanan dari kesunyian menuju sapaan kepada dunia yang nyata dan ramai. Dan lalu ia kembali pulang ke jalan kesunyian, agar dapat bergerak menuju tempat dan suasana lain. Sebab,

"Juga di kota-kota lain, Aku harus mewartakan Injil Allah..." (Luk 4:43).

INJIL adalah warta kehidupan Gereja. Kapan dan di mana saja. Dan dalam suasana mana pun. Injil adalah warta sukacita kepada semesta. Injil adalah sapaan sejuk kepada sesama. Tanpa dipagari oleh sekat-sekat apapun. Itulah sesama dalam kemajemukan. Dalam dalam aneka variasi dan perbedaannya. Tidak kah semuanya itu jadi bagian dari "kota-kota lain?" TETAPI, akhirnya, Injil bukanlah soal keramaian pewartaan Kabar Gembira. Di atas segalanya, Injil pertama-tama adalah panggilan kepada kesunyian bersama Sumber Kabar Gembira itu sendiri, yakni Yesus. Sebab dari situlah kita memperoleh kekuatan untuk pewartaan Injil Kerajaan Allah. Kapan dan di mana saja.

Bukan kah demikian?

Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.Amin

Posting Komentar

0 Komentar