Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; KITA memang sudah tahu, bahwa semuanya sungguh 'menyakitkan.'

Senin, 07 November 2022 (Pekan Biasa XXXII, St Ernestus, St Herculanus, St Vinsensius Grossi, St Willibrodus)
Bacaan I Titus 1:1-9
Mazmur Tanggapan Mzm 24:1-4b.5-6
Injil Lukas 17:1-6

"....engkau harus mengampuni dia" Luk 17:4

(Dimitte ili)



Baca juga yang ini; Pojok KITAB SUCI; Allah Semesta Sungguh Adalah Allah Kehidupan





ADA yang kita rawat sejadinya dalam diri kita. Ini bukan merawat hal yang indah, yang baik dan yang benar. Bukan! Tetapi, kita merawat kesalahan sesama kita. Kita tumpukan di dalam hati kita segala dosa, kelemahan dan semua kekurangannya.


KITA memang sudah tahu, bahwa semuanya sungguh 'menyakitkan.' Sebab, semuanya berkaitan langsung dengan rasa, isi serta suasana hati kita sendiri. "Ada sesama yang memang nyata-nyata telah membuat kita terluka dan menangis."



KITA bertarung untuk membuang semuanya bersama berlalunya waktu. Agar semuanya terhempas tanpa ada lagi kenangan penuh pilu yang menggerogoti. Namun, sekian kuat kah kita untuk tiba di titik pembebasan lahan hati itu?



TIDAK KAH kita malah membakukan kesalahan sesama dalam bongkahan dendam? Dan lalu siapkan peluru-peluru maut untuk bisa membalas? Sebab kita terlalu yakin bahwa kelegahan batin akan digapai dengan 'membalas semua kesalahan sesama dengan tindakan yang sama pula.'

MELIHAT sesama yang bersalah sungguh dengan 'tatapan kasih dan pengampunan' bukanlah perkara mudah. Tetapi, seturut kata-kata Yesus, itulah yang harus dilewati.


Baca juga yang ini; Pater Kons Beo SVD ; “Tuhan, Buatlah Hati Kami Selalu Berpadu”


ORANG baik, sabar, serta berjiwa besar dan berhati mulia tetaplah sedemikian adanya. Ia tak bisa dirusakkan oleh keadaan buruk yang dialaminya, yang diakibatkan oleh perbuatan sesamanya! Namun, ini juga bukanlah perkara yang mudah.


DI DUNIA yang penuh bising, dan di dalam arena penuh persaingan, tindakan untuk saling menghempaskan terasa amat nyata! Di situ, alam balas dendam banyak kali jadi tak terhindar. Pengampunan dianggap sebagai 'kelemahan diri' yang tak mau menunjukkan 'kekuatan dan kekuasaan.'




DALAM iman akan Yesus, mari bebaskan diri sendiri dari segala ranjau sakit hati, tertekan, serta segala ketidaknyamanan diri, dengan berjiwa besar untuk mengampuni.

SETURUT semangat Yesus, dengan berani mengampuni, kita justru menunjukkan kekuatan diri dalam 'menemukan kembali sesama atau saudara kita yang sungguh bersalah itu.' Di situlah kekuatan Kasih sungguh menjadi nyata.



"MASIH adakah sesama yang kesalahannya masih saja engkau pelihara dalam hatimu? Jika terus begini maka yakinlah engkau bakal terus kehilangan momentum spontanitas dan keceriahan. Engkau sungguh kehilangan kesempatan untuk sekedar bercanda bersama seperti dulu lagi...."


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANDANG sesama dengan kerendahan hati dan penuh keramahan


MARI kita berjumpa kembali dalam suasana mesrah penuh pengampunan. Pelita yang telah padam oleh marah, benci dan dendam, mesti dinyalahkan kembali dengan api pengampunan!
Mari kita berani untuk segera saling mengampuni!



Selasa, 08 November 2022
(Pekan Biasa XXXII, St Godfrey, St Kastorius, St Klaudius, St Nikostratus)
Bacaan I Titus 2:1-8.11-14
Mazmur Tanggapan Mzm 37:3-4.18.23.27.29
Injil Lukas 17:7-10





"Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena ia melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?"

Luk 17:9

(Numquid gratiam habet servo illi quia fecit quae ei imperaverat?)


KITA tak pernah sendiri. Kita memang dilingkari oleh sekian banyak orang. Walau tentu mereka itu berjuang demi hidupnya sendiri, toh mereka tetap menjadi kekuatan bagi jalan hidup kita.



TUHAN telah siapkan 'orang-orang hebat dan tepat' untuk menuntun jalan hidup kita. Mereka itu 'melayani segala gerak hidup kita.' Tak ada manusia yang sanggup berdiri di atas kakinya sendiri. Mutlak dan sejadinya. Tak ada! Kita pun tidak. Sehebat apapun kita.




MAKA, bersyukurlah dan berterima kasihlah akan sesama. Kehadiran dan uluran tangan mereka sungguh membuat hidup kita berpengharapan! Kita, sekali lagi, tak pernah sendirian di jalan hidup ini.




YAKINLAH, sedari kecil, siapapun kita telah dilatih untuk tahu menghargai sesama. Untuk tahu ucapkan rasa terimakasih. Untuk menghembuskan aroma rasa syukur atas kehadiran sesama itu. Iya, untuk berterima kasih atas 'tetangga sebelah rumah' yang membawa ceriah dan harapan, yang mencairkan kebekuan rasa hati kita.


LEPASKAN diri dari belitan rasa sejadinya bahwa 'kita ini orang besar, ternama, berpangkat, berpengaruh, bermodal, berpunya nyaris segalanya, berposisi atau berkedudukan' . Sebab di situ kita bisa tergoda untuk selalu jadi 'ratu atau tuan besar' yang tak memperhitungkan orang lain.


YESUS berikan satu sentilan menantang. Milikilah 'rasa syukur dan terimakasih' atas siapapun yang sungguh memandang hidup kita. Dan semuanya demi kebaikan kita sendiri. Sesama itu telah berbuat banyak dan mereka sungguh telah bersikap penuh perhatian dan berkorban.


TUHAN, sedari awal, tidak ciptakan manusia dalam relasi 'lebih dan kurang, hebat dan tak hebat, saleh dan laknat.' Tuhan menciptakan manusia untuk saling menolong, untuk saling memperlengkapi. Untuk saling memandang dalam bola mata Kasih.


SEBAB itu, mari kita tetap menuju sesama kita, sahabat, kenalan, rekan kerja, tetangga, serta anggota keluarga kita sendiri, dengan semangat penuh rasa syukur dan berterima kasih. Sebab, sekali lagi, kita tak pernah sendiri di kesementaraan hidup ini.



Bukan kah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin





Posting Komentar

0 Komentar