Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI; Hidup kristiani adalah panggilan hidup yang memberitakan Injil

“Kami Beritakan kepada Kalian Apa yang Kami Lihat…” (1 Yoh 1:3) Renungan pada Hari Minggu Sabda Allah, 23 Jan 2023

Pekan Biasa III-A

P. Kons Beo, SVD


Hidup kristiani adalah panggilan hidup yang memberitakan Injil. Itulah panggilan kesaksian yang tak terelakan bagi setiap murid Tuhan. Panggilan seperti ini tentu menuntut tanggungjawab, kesetiaan dan terutama pengorbanan.



Untuk memberitakan Injil, dari setiap kita dituntut untuk ‘masuk dan mengenal Injil itu sendiri.’ ini adalah syarat dasar dan utama. Ketika Injil dihubungkan dengan Sabda Allah yang diberitakan oleh Yesus, maka setidaknya ‘pengetahuan akan Sabda Allah dan peristiwa hidup Yesus adalah keharusan.’


Kisah-kisah Injil mestilah menjadi ‘kerinduan dan kesukaan.’ Minat membaca dan merenungkan Kitab Suci, pun dalam tuntunan sesama, harus dipacu dan digelorakan. Bagaimana mungkin orang memberitakan Injil bila sedikit pun ia tak mengetahui: Apakah sesungguhnya yang dikatakan, disikapi dan diperbuat oleh Yesus?


Setiap kita pasti memberitakan “apa yang kita baca, kita renungkan, kita dengar, kita ‘lihat’ mengenai Yesus dan semua peristiwa hidupNya.” Sebab itulah sekian banyak kiat mesti dirakit agar Gereja, Umat Allah, atau keluarga-keluarga kristiani benar-benar dipacu untuk mencintai ‘apa yang menjadi salah satu sumber dan kekuatan hidupnya, yakni Sabda Allah.’



“Kami memberitakan kepada kalian apa yang kami lihat…(1Yoh 1:3).” Itulah pokok permenungan pada Hari Minggu Sabda Allah tahun 2023 ini. Pertanyaan mendasar yang menantang adalah ‘apa sesungguhnya yang kita lihat dan saksikan?’


Di zaman yang semakin maju, berkembang dan berubah ini ada sekian banyak obyek atau tawaran yang dijajakan dunia untuk dialami oleh manusia. Kemajuan zaman dengan segala tawaran itu berpengaruh pada cara dan isi berpikir, pada mental hingga kepada sikap-tindakan dan perilaku.



Kekerasan, balas dendam, atau segala sikap kontra-nilai hidup bisa saja terlahir akibat derasnya propaganda dalam tayangan, iklan, pemberitaan yang tak cerdas, segala macam opini yang mengaburkan atau bahkan menyesatkan. Lalu, apa yang mesti disikapi?



Yang kita baca dan renungkan dari Firman Tuhan, tentu tak sebatas pengetahuan Alkitabiah. Siapa pun murid Tuhan mesti tiba pada internalisasi nilai. Pengendapan nilai yang terbimbing, dalam dinamika (proses) yang menarik serentak menantang, bisa menjadi sarana bahwa Sabda Allah itu berbuah atau berinkarnasi dalam keseharian konkrit.

‘Memberitakan apa yang kita lihat’ tentu pula menuntut kerendahan hati kepada kisah-kisah Injil itu sendiri. Siapapun bisa tergoda untuk memberitakan ‘apa yang ia pikirkan dan ia kehendaki sendiri.’ Hidup yang berpusat pada Alkitab sering bergeser pada kemegahan ide-ide sendiri. Apa yang menjadi kehendak Tuhan yang ditemukan dalam cahaya Sabda, bisa bergusur oleh apa yang menjadi kepentingan sendiri.



Apa yang kita “lihat dan kita beritakan tak hanya sebatas kisah-kisah injili tetapi terlebih memberitakan Sumber Sukacita Injil, yakni Yesus sendiri.” Dialah Firman yang telah menjadi manusia dan diam di tengah-tengah manusia.”



“Praedicatio Verbi Divini Verbum Divinum Est.” Ungkapan ini tentu menegaskan satu relasi yang dalam dengan Sang Firman itu sendiri, yakni Yesus. Siapapun bisa berkisah tentang pengetahuan akan Alkitab dengan seluas, selebar dan sedalamnya. Bagaimanan pun memberitakan Sang Firman menuntut adanya kualitas relasi yang dalam denganNya.


Memberitakan Yesus, Sang Firman yang ‘diketahui pasti berbeda dengan berkisah tentang Yesus yang diimani-diyakini.’ Rasul Paulus, dalam kesaksiannya, harus merendahkan dirinya untuk menerima kehadiran Yesus yang ada juga di dalam dirinya dan serentak mengubah diri serta hidupnya. Sebab katanya, “Aku telah disalibkan dengan Kristus, namun aku hidup, tetapi bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku..” (Gal 2:19.20).



Di atas semuanya, memberitakan Sabda Allah, tentu tidaklah ditangkap sebagai proyek orasi besar-besaran. Kata-kata itu berguna, namun akan menjadi hidup dan berdaya ketika ia terinkarnasi dalam sikap hidup, perbuatan dan tindakan nyata!



Tak menghidupi apa yang diwartakan atau apa yang diimani adalah harga mahal yang harus dibayar dari satu kesia-siaan kesaksian hidup kristiani. Komunitas jemaat pertama dalam Kisah Para Rasul bertumbuh karena kesaksian hidup hidup, dan mereka disukai oleh sekian banyak orang (cf Kis 2:47).


Sungguh tak mudah untuk hayati apa yang menjadi isi iman dan pewartaan itu. Maklumat pengampunan, belaskasih, kesetiaan, kelemahlembutan, kesabaran, ketulusan, dan sekian banyak nilai hidup lainnya, sering ditantang oleh virus balas dendam, ingat diri berlebihan, ketidaksetiaan atau pengkhianatan, kekasaran dan kekerasan, tak tahan diri dan kemunafikan.



Satu suara bijak sungguh menggugah dan menggugat, “Saat menasihati, ORANG BAIK, akan menggunakan KATA-KATA bijaksana untuk mendidik lainnya. Akan tetapi, ORANG BIJAKSANA akan selalu memberi CONTOH HIDUP yang bijaksana untuk mendidik yang lainnya….”

Bersyukurlah kepada siapapun yang telah memberikan dan mewariskan sikap dan teladan hidup yang bijaksana, istimewa dan luar biasa. Mereka itulah yang menjadi tanda kesaksian Sabda Allah yang hidup di tengah-tengah kita. Dan sungguh, mereka menjadi tanda harapan bagi kita semua.



Sabda Allah adalah Firman yang telah menjadi manusia, dan diam di tengah-tengah kita! Dialah Yesus, yang kita imani. Mari kita ‘membuka mata untuk melihat apa yang harus kita lihat, dan lalu menjadi keindahan mengenai apa yang kita wartakan, yakni Yesus sendiri dalam seluruh kisahNya hingga saat kini.’


Marilah kita jadikan keluarga kita masing-masing serta apapun persekutuan dan kebersamaan hidup kita yanng bernafaskan pada Sabda Allah...



Dan kita lalu menghidupinya dalam keseharian, dan di dalam semangat kasih pula. Bukan kah Sang Firman mengingatkan kita semua,


“Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi…” (Yoh 13:35)



Verbo Dei Amorem Spiranti

Selamat Hari Minggu Sabda Allah

Tuhan memberkati.
Amin



Posting Komentar

0 Komentar