Header Ads Widget

Pater Kons Beo,SVD ; HARUS KAH kebencian dibalas tetap dengan kasih dan kebaikan?..

*Jumat, 21 Januari 2022*




*(Pekan Biasa II - St Agnes dr Roma, St Augurius, St Bartolomeus Alban Roe, St Eulogius dr Tarragona, St Fruktuosus)*

Bacaan I 1Samuel 24:3-21
Mazmur Tanggapan Mzm 57:2.3-4.6.11
Injil Markus 3:13-19

Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik terhadapku..."*
(1Sam 24:19)

RASA benci, marah, pun hati tak suka itu sungguh membahayakan. Sebab dari situlah selalu dicari kesempatan untuk senyapkan yang tak disukai. Untuk ditorpedo dengan kata-kata penuh racun dan virus tak suka.

INI repotnya bila akal sehat dan nurani pun tak sanggup lagi tampil sebagai 'daya kontrol' terhadap rasa benci dan tak suka itu. "Ini susahnya bila yang dilihat dari sesama cumalah sebatas ancaman terhadap diriku." Musuh bayangan diciptakan untuk dibabat dengan cara apa saja.

BILA rasa tak nyaman hati menguasai, maka bahkan orang yang sedikitpun tak merugikan diri kita, sudah dianggap sebagai musuh dan pesaing. Sekali lagi, "ada sekian banyak sesama yang kita benci dan tak suka,  yang pada kenyataannya sedikit pun tak pernah mereka rugikan diri dan jalan hidup kita."

3000 orang pilihan Saul itu tak ubah bagai sekelompok pembenci (cf 1Sam 24:3). Dan yang dicari adalah Daud serta orang-orangnya. Tajamnya rasa benci dan tak nyaman hati itu sungguh telah menguasai. Saul dan kelompoknya itu sungguh adalah budak-budak kebencian.

SEBAB, Saul dan orang-orangnya tetap mencari kesempatan demi umbarkan niat jahat itu. Daud, sebaliknya, sungguh telah punya kesempatan baik untuk bertindak buruk terhadap Saul. Namun Daud tak melakukannya, *"....bahwa aku tidak berdosa terhadap engkau, walau engkau mengejar aku untuk mencabut nyawaku"* (1Sam 24:12). Itulah kata-kata Daud bagi Saul.

HARUS KAH kebencian dibalas tetap dengan kasih dan kebaikan? Mesti kah perlakuan buruk tetap ditanggapi dengan  ketenangan batin? Apakah benar bahwa tatapan sangar tak bersahabat mesti tetap disambut dengan senyum penuh tulus nan teduh? Iya!! Sebab, bagaimana pun _cinta damai dan kebaikan_ itu selalu lebih kuat dari kebencian serta balas dendam. 

ORANG sabar, orang baik, orang tenang, pada dasarnya tetaplah *sabar, baik dan tenang*. Ia sedikitpun tak digoyahkan dan dirusakkan oleh niat kelam dan tidakan busuk sesamanya (cf St Thomas Aquino). Daud telah kalahkan Daud. Tak dengan sikap balas dendam penuh murka dan darah. 

DAN pada titiknya, ada pengakuan tulus Saul akan kekuatan Kasih dan Kebaikan dalam diri Daud,  "Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau melakukan yang baik terhadapku" (1Sam 24:19). 

*Verbo Dei Amorem Spiranti*

Tuhan memberkati
Amin.

Posting Komentar

0 Komentar