Header Ads Widget

Pater Kons Beo, SVD ; HIDUP adalah kesempatan, Ada banyak harapan terbentang.

 *Rabu, 23 Februari 2022*

*(Pekan Biasa VII - St Polikarpus, St Wiligis)*

Bacaan I Yakobus 4:13-17, Mazmur 49:2-3.6-7.8-10.11, Injil Markus 9:38-40

Jadi jika orang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak  melakukannya, ia berdosa" Yak 4:17

(Sciènti igitur bonum fàcere, et non faciènti, peccàtum est)


HIDUP adalah kesempatan. Ada banyak harapan terbentang. Dalamnya, orang ingin menggapai apa yang dicita-citakannya.

HIDUP ini pun adalah peluang indah. Dengannya siapapun bisa wujudkan segala amal perbuatan baiknya. Demi melayani sesamanya. Sebab orang tak hanya hidup demi dirinya sendiri.

TUHAN menaruh dalam diri setiap kita kekuatan mata hati berbelaskasih.  Sebab itu, kita dapat melihat dengan terang dan jelas apa sesungguhnya yang tengah terjadi dan dialami sesama kita. Dan lebih dari itu bagaimana sepantasnya kita mesti bertindak.

KISAH-KISAH miris yang  terjadi bukanlah sebatas informasi: bencana alam tengah dialami di sana. Bukanlah hanya sebatas mata memandang: betapa melaratnya keadaan hidup sesama. Panggilan Kasih adalah panggilan untuk berbuat. Itulah informasi mengetahui yang mesti bergandeng erat dengan formasi hati untuk bersikap.

KATA orang, situasi pilu itu bukanlah ujian bagi yang sungguh mengalaminya. Tetapi adalah gangguan bagi hati nurani kita: Apakah kita tergugah untuk berbuat sesuatu?

KETIDAKPEDULIAN adalah tragedi hati nurani. Saat _berbuat baik diabaikan. Tindakan menyelamatkan dikhianati. Gerakan menolong dilangkahi. Solidaritas terlewati. Tak ada jedah sejenak untuk memandang dan berkaritatif.

DUNIA sudah menebal dengan awan persaingan hidup baik. Demi terjaminnya hidup. Segalanya tersedia dan mapan. Nyaris tak ada kurangnya. Ya, serba ada. Tetapi apakah kita masuk pula dalam kompetisi untuk _berbuat baik_? Beramal? Memberi? Dan berkorban? 

SEBAB ''menjadi gendut" dan hanya "tambunkan" demi diri sendiri di antara meranggasnya situasi serta kerontangnya nasib sesama adalah pelecehan terhadap kemanusiaan dan kehidupan.' Itulah bahasa lain dari ungkapan Rasul Yakobus. 'Kita sungguh berdosa.'


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Narasi tulisan ini memberi motivasi dalam kenyataan hidup, bukan soal peduli atau memberi penuh kasih,beramal.juga manusia di sadarkan untuk Sllu berinsiprasi dn kartatif.Sebab karya yg bermulia dlm diri Manusia .Saksi Alam dgn nyanyian burung serta sepoy angin dn sedikit gemuruh meredupkan hati juga Cakrawala baru dlm sanubari.terulah berkarya yg baik penuh kasih,melayani dgn sungguh.

    BalasHapus
  2. Terima kasih...salam sehat dan taat prokes

    BalasHapus