Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; Tuhanlah benteng hidupku, dan siapakah yang kugentari

Jumat, 27 Mei 2022

Acara perpisahan dengan Pater Rino yang akan bertugas ke Filipina, bertempat di Pendopo Pastoran, Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Kamis (26/5/2022)

Pater Kons Beo, SVD

*(Pekan VI Paskah, St Agustinus dr Canterbury, St Julius, St Matiya Mulumba)*

Bacaan I Kisah Rasul-Rasul 18:9-18
Mazmur Tanggapan Mzm 47:2-3.4-5.6-8
Injil Yohanes 16:20-23a

"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!"
Kis 18:9
(Nolì timère, sed lòquere et ne tàceas)

INTINYA adalah kesiapsediaan dan keberanian. Semuanya demi memberitakan firman Tuhan. Itulah pilihan serentak panggilan bagi setiap murid Tuhan. Bagi kita semua. 

ADALAH kisah yang wajar bahwa tetap ada tantangan, hadangan, sikap apatis dan sinis yang menghadang. Pun tak terkecuali kekerasan yang bakal dialami. 

PEMBERITAAN firman sungguh isyaratkan risiko yang bakal dihadapi. Siapapun kita pasti bisa ciut nyali dan bisa putus asa dalam tataran kerapuhan dan keterbatasan manusiawi. 

TETAPI Tuhan menarik kita kepada kekuasaanNya. Kita hadapi risiko dalam keberserahan padaNya. Jika kita yakin "Tuhanlah benteng hidupku, dan siapakah yang kugentari" maka sukacita itu dapat dialami dalam situasi paling mendebarkan sekalipun.

TUHAN teguhkan Rasul Paulus untuk memberitakan firman. Itu terjadi dalam satu penglihatan di Korintus. Rasul Paulus sungguh tahu akan kerapuhannya. Ia sadar akan bahaya nyata yang bakal dihadapi. 

TETAPI kata-kata Tuhan memang sungguh meneguhkannya. Pun pemberitaan tentang firman Tuhan justru pula menjadi tanda sukacita di jalan panggilannya. Suara Tuhan dan panggilan untuk memberitakan firman sungguh adalah daya ilahi yang sanggupkan kita untuk melewati batasan-batasan kemanusiaan kita yang rapuh. 

GANTI untuk setia pada kesaksian dan pewartaan Injili kita malah bisa rapuh oleh rasa cepat putus asa, kurang sabar, penuh  amarah, dengki, dendam, serta dengan perbagai sikap hati dan tindakan intoleran yang diungkapkan terhadap sesama. Mengapa kah mesti demikian?

INI semua terjadi karena kita tetap mengalah dan ikuti kehendak hati sendiri. Itulah rasa hati dan sikap yang rentan hanya untuk  menghancurkan. Mari berkaca pada Rasul Paulus yang membiarkan dirinya 'dimenangkan dan dikuatkan oleh suara dan peneguhan Tuhan.' 

MARI kita ingat sekali lagi kata-kata Rasul Paulus kepada Timotius "Wartakan Injil, baik atau tidak baik waktunya..." (2Tim 4:2) dengan tetap pada satu keyakinan, seperti yang ditulisnya kepada jemaat di Roma "Jika  Allah di pihak kita, siapa kah dapat melawan kita?" (Rom 8:31). 

TENTU, yang melawan kita bukanlah sebatas musuh-musuh dari luar diri. Tetapi lebih sering adalah segala rasa dan mental liar dalam diri yang selalu  terungkap untuk menggeruduk sesama.

*Verbo Dei Amorem Spiranti*

Tuhan memberkati.
Amin. Alleluia.

Posting Komentar

0 Komentar