Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK : Ketika 'kepikiran dan sakit hati' mendera kepala dan batin ini

Kamis, 14 Juli 2022
(Pekan Biasa XV, St Fransiskus Solano, St Kamilus de Lellis)
Bacaan I Yesaya 26:7-9.12.16-19
Mazmur Tanggapan Mzm 102:13-14ab.15.16-18.19-21
Injil Matius 11:28-30
"....kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat"
Mt 11:28
(...qui laboratis, et enorati estis) 

KITA semua, ternyata, berbeban. Letih lesu itu adalah kisah-kisah serius sebagai manusia. Tak dapat terelakan. Tak ada manusia yang bebas persoalan dalam hidupnya.


LIHATLAH saat kita berbeban. Ketika 'kepikiran dan sakit hati' mendera kepala dan batin ini. Tumpukan soal mengantri. Kita letih dan bisa saja, kita tak sanggup berbuat apa dan bagaimana seharusnya.

SYUKURLAH bila kita punya sahabat yang cerdas. Ia pun bijak untuk tanggapi setiap jeritan hati ini. Sepertinya ia rela jadi 'tong sampah persolan.' Semuanya demi kelegaan dari sumpeknya hati ini.

TETAPI, kenapa kita mesti bersandar pada tipe 'manusia angin ribut?' Di situ, satu persoalan hanya ditiup-tiupnya, ya disosok-sosok, untuk jadi lebih membesar. Plus lebih rumit. Kita tak lagi dapat membidik jalan keluar yang bening, teduh dan damai. 
<

SEBENARNYA kita ingin keluar dari soal keretakan relasi, misalnya. Sayangnya, kita terlanjur merapat pada 'tungku api dengan bara-baranya.' Bukannya berusaha untuk damai dan saling memaafkan yang didapat, melainkan lebih berkobarlah api kebencian.


USAHA damai jadinya surut, bahkan pudar. Ujung-ujungnya, kita tetap dalam 'situasi letih lesu.' Ya, karena kita merapat pada 'orang-orang yang lihai untuk lebih tebalkan soal.' Tanpa sebuah pikiran sejuk. Tiada hati teduh yang mesti dialami.


KITA datang kepada Yesus, Tuhan dan Guru kita. Dalam jumpa kita yang hening, Dia ajarkan dan tuntun kita untuk satu ziarah hidup yang nyata. Doa dalam Tuhan teguhkan hati kita untuk hadapi kenyataan hidup ini.


YESUS, tentu bukan pesulap untuk hapuskan segala persoalan hidup ini. Tetapi ia selalu kuatkan hati kita untuk hadapi semua kenyataan dan riak-riak kehidupan ini. Tentu saja dengan alam pikiran dan hati baru yang ditempatkanNya dalam diri kita.


SOAL tetaplah sebuah soal. Tetaplah jadi satu kenyataan. Bagaimanapun Tuhan tetap 'menanti kita untuk kembali.' Tak selamanya kita kembali sebagai 'pahlawan kehidupan.' Penuh kemenangan nan ceriah. Kita bisa saja kembali sebagai insan yang 'letih lesu dan berbeban berat.'


NAMUN kita cuma tetap berharap dari Tuhan. Kiranya sepotong kelegahan ditempatkan dalam diri kita. Untuk lanjutkan ziarah hidup ini dalam waktu yang masih tersisa ini. Hingga akhir nanti. Dan pada waktunya.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.

Amin

Pater Kons Beo,SVD


















Posting Komentar

0 Komentar