Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; KERENDAHAN HATI dan kebijaksanaan selalu berarti 'menjalankan bakat dan kemampuan yang aku miliki

 Rabu, 13 Juli 2022)


SEBALIKNYA, merasa diri selalu 'cerdik, benar, pandai, saleh, tanpa kekurangan, selalu di tempat pertama dan terdepan, selalu di posisi utama dan tanpa cacat' bisa menggiring seseorang kepada kesombongan rohani tidak pada tempatnya. 


(Pekan Biasa XV, St Heindrich II)

Bacaan I Yesaya 10:5-7,13-16

Mazmur Tanggapan Mzm 94:5-6,7-8,9-10,14-15

Injil Matius 11:25-27

"Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMU..."

Mat 11:26

(Ita Pater: quoniam sic fuit placitum ante te)


INI semua tentang diri kita sendiri. Tuhan telah ciptakan kita sebagai 'gambaran dan rupaNya sendiri.' Tidak kah kita berharga di mata Allah, Tuhan Pencipta kita?


TETAPLAH kita tahu asal kita. Tercipta dari debu-tanah. Dihembusi nafas kehidupan. Semua  dari Allah. Asal dan akhir dari tujuan seluruh ziarah hidup ini.


KITA miliki segala kesanggupan dan kelebihan dalam diri. Namun, kita juga punya banyak kekurangan. Kerapuhan dan kelemahan adalah riak-riak di ziarah hidup ini. Melekat semuanya dalam diri ini.


KITA punya bakat dan kesanggupan dalam diri? Maka buktikanlah! Persembahkanlah semuanya demi kehidupan bersama yang lebih berarti. 


TETAPI, jika tak punya kesanggupan dan kemampuan? Biarlah kita pada menyadarinya. Sebab terkadang 'paksa dari' akan lahirkan kefatalan demi kefatalan. Karenanya jika memang tak berkemampuan, kita memang harus menepuk dada. Dan sepantasnya berucap, "Aku tak layak untuk hal semulia ini."


KERENDAHAN HATI dan kebijaksanaan selalu berarti 'menjalankan bakat dan kemampuan yang aku miliki. Tetapi juga mengakui tulus dan jujur bahwa saya tak ada apa-apanya untuk hal semulia itu. Sebab aku memang tak ada bakat dan kekuatan yang kumiliki.' Setidaknya itulah kerendahan hati yang ditangkap dari ungkapan hati St Teresa dari Avila.


DUNIA bisa dikacaukan oleh kecenderungan pribadi yang 'tak rendah hati.' Kita berbakat dan berkemampuan. Sayangnya, kita sekian minder untuk tak tampak mengabdikan segala kesanggupan yang dimiliki itu. Tetapi, di nuansa sebaliknya, ada yang terlalu 'paksa diri dan percaya diri berkelebihan' untuk lupa mengakui bahwa 'aku sebenarnya tak bisa.'


TUHAN tentu menginginkan aura hati dan jiwa kita: *Apa adanya*. Tuhan merindukan perjuangan kita untuk belajar dan terus belajar dari segala keterbatasan, kelemahan dan kekurangan kita. Untuk tiba pada titik paling berarti dalam hidup ini.


SEBALIKNYA, merasa diri selalu 'cerdik, benar, pandai, saleh, tanpa kekurangan, selalu di tempat pertama dan terdepan, selalu di posisi utama dan tanpa cacat' bisa menggiring seseorang kepada kesombongan rohani tidak pada tempatnya. 


DAN, untuk kita? Biarlah kita selalu belajar dan memang kita mesti tetap berjuang di dalam kesementaraan hidup yang fana ini. Sebab, Tuhan tetap memberi waktu dan kesempatan buat kita. Untuk bisa memandang wajahNya. Yang lebih terang dari mentari, bulan dan bintang gemintang.


Verbo Dei Amorem Spiranti


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar