Header Ads Widget

Renungan harian KATOLIK ; YANG terbaik adalah berjalanlah dan tinggalkan semuanya

 Kamis, 07 Juli 2022

Petani yang sedang mengembangkan Agrobisnis dan usaha tempe bertemu untuk sharing dan juga belajar tentang spiritualitas santo Arnoldus Yanssen, Rabu (6/7/2022) bertempat di aula Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong. Terima Kasih kepada Pater Kris. Ketika kita mengahasilkan sesuatu dari kebun, dan sayur-sayuran itu menghidupkan keluargamu dan orang lain, kamu sedang melakukan tindakan Iman...

(Pekan Biasa XIV, Beato Paus Benediktus XI, Beata Maria Romero Meneses, St Wilibaldus)*

Bacaan I Hosea 11:1.3-4.8c-9

Mazmur Tanggapan Mzm 80:2ac.3b.15-16

Injil Matius 10:7-15

"....dan kebaskanlah debunya dari kakimu" Mat 10:14

(Excutite pulverem de pedibus vestris)


BETAPA bersinarlah raut wajah kita. Alangkah beria-rialah hati kita. Sebab sepertinya kitalah  orang yang dinantikan. Kita rasa diterima dan didaulat penuh gemerlap. Pada kita diyakini ada harapan. Terlihat sebagai jaminan beraura cemerlang.


NAMUN, di titik ini, bukankah ada godaan untuk disanjung? Bahwa pencitraan diri sedang mengintip? Bahwa kita tengah dijebak ke dalam perangkap glorifikasi diri? Bahwa kita terlalu 'memaksa bahwa kita harus diterima?' 


BERSIAPLAH bahwa acapkali kita memang bukanlah 'orang yang tepat dan selalu benar.' Bahwa kita miliki pula retak-retak diri dan ketaksanggupan.  Yang kita miliki sebetulnya sebatas ambisi tak  beraturan. Yang penjarakan diri sendiri hanya dalam 'pengagungan diri yang semu.' 


KITA cuma 'bersinar' dalam emas dan perak. Kita hanya berbobot dalam segudang timbunan jaminan bekal. Kita hanya mentereng dalam tampilan pakaian dan kasut. Kita sesungguhnya hanya bersembunyi dan berlindung serta berpegang pada tongkat kekuasaan. 


KITA dituntut Tuhan utuk melepaskan semuanya. Sebab itulah Tuhan beri alarm. Hati-hati untuk tak terlengket erat pada emas, perak, jaminan, pakaian, kasut serta tongkat. Semuanya bisa menjadi gambaran ketaknyamanan hati. Sebaliknya, seorang murid mesti tetap terbuka hati pada 'langit' serta merendah hati pada 'bumi.' Sebab, di situlah Sukacita Injil ditemukan!


MERASA tak diterima? Dan memang sekian banyak orang masih tetap 'asing akan segala kehadiranmu?' Tuhan berpesan: "Kebaskan debu pada kakimu!" Mungkin saja Tuhan mau agar kita tidak membawa 'suramnya sikap sesama itu.' Agar kita bebas dari godaan untuk 'balas dendam. Tidak terjebak dalam kutukan dan menyimpan segala aksi tak terima dari sesama itu.'


YANG terbaik adalah berjalanlah dan tinggalkan semuanya. Dengan hati bebas dan dengan penuh sikap terbuka. Yang lama dalam 'debu yang melekat itu telah kita kebaskan.' Telah kita tinggalkan. Tak kita bawa ke mana-mana. Dalam bonggahan debu- tanah dendam penuh amarah. Sebab kita harus mulai dengan satu harapan dan impian yang baru. Yang mencerahkan. Tetap melegahkan!


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar