Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK : Keadilan dan kebenaran, kasih setia dan kasih sayang adalah jalan menuju terciptanya kedamaian dan perdamaian, kerukunan dan persaudaraan dalam hidup bersama.


PEKAN BIASA XIV

Senin, 4 Juli 2022
Bacaan: Hosea 2: 13.14b-15.18-19; Matius: 9: 18-26


Melalui Hosea, Tuhan bersabda kepada umat Israel sebagai umat kesayangan-Nya: “Aku akan membujuk umat kesayangan-Ku dan membawanya ke padang gurun, lalu berbicara menenangkan hatinya.” Dalam suasana sepi di padang gurun, Tuhan berkata: “Engkau akan memanggil Aku ‘Suamiku’, dan tidak lagi memanggil Aku ‘Baalku’. Aku akan menjadikan dikau ‘istri-Ku’ untuk selama-lamanya … dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang” (Hos 2: 13.15.18). Dari sabda Tuhan ini, ada 2 butir renungan bagi kita.

Kemesraan Suami Isteri

Sebagai pasangan keluarga, hendaklah kita seperti Tuhan sesekali menarik diri dari keramaian. Kita perlu membujuk pasangan hidup kita untuk mencari tempat yang sunyi dan sepi agar tidak diganggu oleh siapa-siapa dan oleh apa-apa. Pasangan suami istri harus mempunyai waktu untuk merasa santai, enjoy , senang dan gembira sendiri sebagai pasangan hidup.

Dalam hidup keluarga ada banyak persoalan dan masalah yang muncul dari kesibukan dan pekerjaan. Karena begitu sibuk, hampir tidak ada lagi ruang dan waktu untuk menarik diri dari situasi yang begitu ramai dan bising. Hidup akhirnya penuh dengan kejenuhan dan kebosanan, kelelahan dan kecapean. Dalam situasi itu, emosi dan kemarahan meledak-ledak dan membuat relasi dan komunikasi dengan pasangan hidup menjadi aman dan nyaman.

Untuk menghindari terjadinya relasi dan komunikasi yang tidak aman dan nyaman itu, amat perlu pasangan suami istri menyisihkan waktu ke tempat yang sunyi dan sepi. Sebagaimana Tuhan ‘membujuk umat kesayangan-Nya dan membawanya ke padang gurun’, demikian juga pasangan suami istri mesti ‘membujuk’ pasangannya dan membawanya ke tempat yang tenang, nyaman.

Dengan itu pasangan hidup suami istri bisa saling ‘menenangkan hati’. Dari kondisi itu, akan muncul kekuatan dan daya baru, semangat dan kesegaran baru untuk melanjutkan bahtera hidup rumah tangga.
Kemesraan Tuhan Dengan Manusia

Suasana mesra tidak hanya batasi dalam relasi khusus antara pasangan suami istri. Tetapi dalam konteks lebih luas, kemesraan dapat dibangun dalam relasi kita sebagai umat dengan Tuhan. Bahasa simbolis yang dipakai dalam bacaan I hari ini melukiskan hubungan yang begitu dekat, akrab dan mesra antara Tuhan dan manusia, secara khusus umat-Nya. Tuhan bersedia dipanggil ‘Suamiku’ oleh manusia dan manusia dijadikan ‘istri-Nya’ Tuhan.. Tuhan menjadi suami dan manusia menjadi istri atau mempelai-Nya.

Dari lukisan ini, kita manusia tidak boleh merasa takut dan jauh dari Tuhan. Bisa saja kita merasa jauh atau menjauhkan diri Tuhan. Tetapi Tuhan selalu dekat dan akrab dengan manusia. Sebagai ‘Seorang Suami’ Tuhan selalu menjaga dan melindungi kita, merawat dan memelihara kita. Ia tidak akan meninggalkan kita dan menelantarkan kita. Ia selalu ada di samping kita untuk memberikan rasa dan nyaman kepada kita.

Begitu juga sebagai ‘istri-Nya’ Tuhan, kita mesti merasa aman dan nyaman dalam hidup. Seorang suami yang baik pasti akan selalu memberikan rasa aman dan nyaman kepada istrinya.Begitu pula sebagai “Seorang Suami’ Tuhan tidak akan membuat kita ‘istri-Nya’, cemas dan gelisah. Tuhan selalu membuat kita senang, gembira dan sukacita.

Belajar dari sikap Tuhan ini, hendaklah kita dalam hidup bersama saling menciptakan rasa aman dan nyaman. Kita tidak boleh saling mengancam dan saling menakutkan seorang terhadap yang lain. Segala bentuk ancaman, ketakutan dan terorisme mesti dijauhkan dari hati dan hidup kita.

Untuk itu, hendaklah kita bersikap adil dan benar. Kita mesti menunjukkan kasih setia dan kasih sayang dalam hidup. Keadilan dan kebenaran, kasih setia dan kasih sayang adalah jalan menuju terciptanya kedamaian dan perdamaian, kerukunan dan persaudaraan dalam hidup bersama. Tetapi kalau tidak ada keadilan dan kebenaran, tidak ada kasih setia dan kasih sayang, manusia akan hidup dalam permusuhan satu dengan yang lain. Hal seperti ini sama sekali bukan merupakan rencana dan kehendak Tuhan bagi kita. Sebab itu marilah sebagai “istri-Nya” Tuhan, kita harus berbuat adil dan bertindak benar. Kita mesti selalu memancarkan wajah penuh kasih setia dan kasih sayang kepada orang lain, siapa saja dalam hidup ini.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng


Posting Komentar

0 Komentar