Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK; TETAPI, Kisah Kematian Tragis Itu Mengapa Mesti Terjadi?

Senin, 29 Agustus 2022,
(Pekan Biasa XXII, Wafatnya St Yohanes Pembaptis)
Bacaan I Yeremia 1:17-19
Mazmur Tanggapan 71:1-2.3-4a.5-6ab.17
Injil Markus 6:17-29.

Kapel Santu Klaus di Kuwu

"Hati Herodes selalu terombang-ambing" Mrk 6:20
(Et audito eo multa faciebat)

KESEDIHAN Raja Herodes tak terlukiskan. Satu keputusan yang tak ia sadari telah ia ambil. Dan hidup Yohanes Pembaptis harus berakhir di tangannya. Padahal Herodes tahu bahwa Yohanes itu 'seorang yang benar dan suci; dan ia melindunginya' (cf Mrk 6:20).


TETAPI, kisah kematian tragis itu mengapa mesti terjadi? Berawal dari kata-kata teguran keras Yohanes. Dan lalu tertanam dalam dendam dan kebencian di hati Herodias. Ia lalu bermuara pada satu kesempatan baik. Tarian gemulai putri Herodias sudah membuat hati Herodes terkesima.

DAN "kepala Yohanes dalam sebuah talam" akhirnya jadi taruhan. Kesedihan hati Herodes sungguh tak terlukiskan. Namun, ia lebih berpihak pada sumpah kata-katanya. Apalagi telah diucapkannya di hadapan tamu-tamunya. Ia tak sanggup menghindar dari semuanya.


DI BALIK setiap kata dan kalimat, yang terucap pun yang tertulis, selalu ada konsekwensinya. Apalagi bila dipertebal dengan niat hati yang serius. Herodias sudah punya niat gulita. Dan ia mendapatkan kesempatan itu, saat Herodes tak mau dipermalukan oleh kata-kata sumpahnya sendiri di hadapan para tamu undangannya.

KISAH kematian tragis Yohanes Pembaptis tidak hanya terenung semata-mata pada relasi cinta suram antara Herodias dan Herodes. Tetapi terutama pada satu rasa benci dan dendam. Herodias sungguh setia pada penantian demi virus balas dendamnya itu.


TAK terkendalinya kata-kata di bibir Herodes juga pada titiknya menjadi meterai akhir untuk kematian Yohanes Pembaptis. Sepertinya semuanya berlalu begitu mudah. Tetapi, kematian Yohanes Pembaptis tentu tak pernah sia-sia! Kebenaran, keberanian, keadilan, ketulusan, kesetiaan serta kejujuran mesti selalu disuarakan.

DAN KINI bagi kita? Dalam benci, dendam serta tebalnya rasa tidak suka selalu ada niat suram yang 'mematikan.' Kita bakal mencari dan bahkan menciptakan kesempatan kapan saja. Agar 'siapapun yang tak kita sukai mesti dilumpuhkan dalam segala gerak hidupnya.'


DALAM geliat ucapan Herodes, tentu ada pelajaran amat berarti dalam kekuatan kata-kata kita. Apakah kata-kata kita isyaratkan kekuatan akan harapan dan kehidupan? Atau kah sebaliknya kata-kata yang terucap itu lebih mengarah pada 'kematian' serta 'ketiadaan harapan?'

BILA kita tak trampil dalam bersuara, bila kita hanya asal tempias dalam kata-kata, bila kita hanya buang-buang kata yang tak terkontrol, kita pasti dapat 'membunuh orang lain.' Tanpa belaskasih.


SEKIAN banyak orang bisa mati sia-sia. Tanpa harapan untuk kembali hidup. Sebab 'air dan pupuk dalam kata-kata kita itu' telah teracun virus maut yang memang berniat untuk mematikan!

MAKA, gantilah 'kesempatan baik ala Herodias' menjadi kesempatan indah untuk mendoakan dan memberkati siapapun yang membuat kita tak nyaman. Dan ubahlah kata-kata kita yang sering mematikan menuju kata-kata penuh harapan. Dalam Kasih Tuhan sendiri.

Verbo Dei Amorem Spiranti
St Yohanes Pembabtis, doakanlah kami.
Tuhan memberkati.
Amin

Posting Komentar

0 Komentar