Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; DAN TUHAN sendiri adalah jaminan dari segala kelimpahan itu

Sabtu, 01 Oktober 2022
(Pekan Biasa XXVI, St Theresia dr Kanak-Kanak Yesus, St Remigius)
Bacaan I Yesaya 66:10-14a,
atau 1Korintus 12:31 - 13:13
Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3
Injil Matius 18:1-5

P. Kons Beo, SVD
"Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang..."
Yes 66:14a
(Videbitis, et gaudebit cor vestrum...)



TIDAK KAH bahwa hidup itu mesti dialami penuh sukacita? Seperti apa adanya. Lukisan Yesaya sungguh jelas. Setidaknya jemaat mesti memandang Yerusalem penuh girang dan sukacita.

DAN TUHAN sendiri adalah jaminan dari segala kelimpahan itu. Relasi seorang bayi dengan sang ibu, itulah yang dilukiskan penuh nyata, "Kamu akan menyusu, akan digendong, dan akan dibelai-belai dipangkuan" (Yes 66:12). Adakah yang dirasakan seorang bayi jika ia sungguh tahu dan yakin bahwa ibunya selalu ada bersamanya?
ITULAH yang mesti tersadar dalam batin kita. Rasa sejuk, indah serta penuh sukacita mesti dirasakan, saat kita yakin bahwa Allah hadir dalam diri dan di dalam seluruh perjalanan hidup kita.

TERKADANG kita sendirilah yang jauhkan segala rasa sukacita dan teduh di hati dari dalam diri kita sendiri. Sebab, kita terlalu 'berpikir yang sulit dan buruk.' Bisa juga karena kita gantikan rasa teduh di hati dengan rasa panik yang tak menentu. Dengan segala 'yang bukan-bukan.'

KITA sulit untuk kembali pada hati yang bergirang. Sebab kita telah gantikannya dengan amarah, dendam, kebencian, serta rupa-rupa rasa hati yang tidak enak punya. Kita memang harus berjuang untuk membebaskan ruang hati dan pikiran kita dari 'beban-beban yang negatif' terhadap sesama.
SEPANTASNYA kita susuri jalan kecil seperti yang ditapaki oleh St Theresa dari Kanak-Kanak Yesus. Raihlah kesederhanaan dan kerendahan hati. Berbanggalah bahwa kita adalah 'kaum biasa-biasa saja.' Bahwa kita berani memeluk diri sendiri 'yang tidak indah, yang papa, yang tak berdaya, yang terbatas, yang kekurangan dan penuh dengan kelemahan.

NAMUN, di situlah kita sebenarnya siap dan berharap pada karunia Tuhan yang selalu luar biasa. Di situ pulalah kita membiarkan diri untuk bisa 'dijangkau dan dijumpai oleh sesama.'

KITA memang butuh banyak usaha dan perjuangan untuk melihat sesama kita, sebagaimana Tuhan sendiri memandangnya. Mari lepaskan dan buanglah sudah segala cara dan isi berpikir, sikap serta cara perlakuan kita terhadap sesama 'seolah-olah dunia ini adalah satu ruang penghakiman mahaluas.'
TERHADAP sesama dan alam sekitar, kita sepantasnya berlaku bagai anak kecil yang polos dan spontan. Bagi anak-anak, dunia bukanlah alam yang menakutkan dan dipenuhi suasana kelam. Sebaliknya, dalam dunia selalu dijumpai keceriahan dan sukacita. Sebab itulah, sekali lagi, "jangan rawat marah, jangan pelihara terus dendam, jangan beri tempat untuk rasa benci yang berlarut."

Bukankah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
St Theresia dr Kanak-Kanak Yesus, doakanlah kami!
Tuhan memberkati.Amin.

Posting Komentar

0 Komentar