Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; KARENA Kemanusiaan Pula, Kita Tak Luput Dari Segala Rasa Miris Di Hati

Sabtu, 24 September 2022*
(Pekan Biasa XXV, St Gerardus Sagredo, St Pasifikus)
Bacaan I Pengkotbah 11:9 - 12:8
Mazmur Tanggapan Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17
Injil Lukas 9:43b-45


"...dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya" Pkh 11:7
(Et revertatur pulvis in terram suam unde erat, et spiritus redeat ad Deum, qui dedit illum)


SAMA sekali tak berarti bahwa keduniaan ini harus diratapi dan disesali. Jalan hidup setiap anak manusia adalah dunia dan segala isinya. Kita adalah manusia yang terciri oleh sisi fisik-ragawi.

TIDAK kah kita bergembira telah diciptakan dan masih jalani hidup dengan segala yang kita alami? Karena kemanusiaan yang 'punya rasa' kita alami sukacita. Terdapat harapan yang berkobar-kobar pun semangat hidup yang membara.

KARENA kemanusiaan pula, kita tak luput dari segala rasa miris di hati. Kecewa, putus asa, sedih, sakit hati, amarah, dengki, irihati atau pun cemburu sering pula jadi lalu lintas ramai dalam sanubari. Kita alami semuanya sebagai manusia kedagingan!

TETAPI, semuanya kan segera berakhir. Jalan kemanusiaan kita di dunia, pada waktunya, harus terhenti. Apakah yang telah kita timbun selama hidup? Apakah yang telah kita rawati sejadinya? Apakah yang hendak kita pertahankan?

SEPERTINYA Pengkotbah tandaskan jalan dan gairah hidup sewajarnya. Seruannya padat, "Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu sebelum tiba hari-hari yang malang..." (Pkh 12:1). Dunia hamparkan banyak pilihan dan kesempatan. Siapapun kita punya 'kebebasan untuk melintasinya.'

MELAKUKAN yang terbaik dalam hidup adalah perjuangan hidup kita. Agar semuanya tak jadi satu jalan panjang kesia-siaan. Kita ingin bahwa jalan hidup kita itu 'punya arti dan ada apa-apanya.' Tak penting seberapa besarnya 'ada gunanya hidup ini yang kupersembahkan.' Tetaplah ada harapan dan kenyataan untuk sesuatu yang berarti.

HIDUP pasti jadi sia-sia jika ia memang 'salah arah dan sesat orientasi.' Terkadang itulah yang terjadi karena kelemahan kehendak. Kita seringkali hadapi pilihan-pilihan sulit yang tak diimbangi dengan kekuatan diri yang mumpungi.

ADA sekian banyak sesama kita yang jadi contoh teladan luar biasa. Hidup mereka telah berjalan dalam kesetiaan penuh harapan. Sebab, mereka telah belajar dari ujian kehidupan: Seperti apa hidup yang berarti dan seperti apa pula hidup yang penuh dengan segala kesia-siaan! Saya dan Anda sekalian masih harus belajar banyak dari orang-orang hebat seperti ini.

NAMUN, mari kita kembali berjalan bersama Yesus, Tuhan dan Guru kita. Di dalam Dia hidup dimaknai secara baru. Di situlah, arti hidup baru mendapatkan kekuatannya. Dalam Yesus, hidup tak menjadi sia-sia. Hidup akan tetap menjadi berkat. Bagi perkembangan diri sendiri dan bagi kebaikan bersama.

DALAM Tuhan, selalu ada harapan. Sebab, Tuhan tetap memberikan 'kesempatan buat kita. Mengumpulkan bekal perjalanan abadi.'

Bukan kah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.Amin

Posting Komentar

0 Komentar