Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; Jalan hidup sederhana dan bebas, sungguh, adalah jalan hidup kita.

Selasa, 04 Oktober 2022 (Pekan Biasa XXVII, St Fransiskus Asisi, St Quintius)
Bacaan I Galatia 1:13-24
Mazmur Tanggapan Mz 139:1-3.13-15
Injil Lukas 10:38-42
"Kita dipanggil untuk menyembuhkan luka, menyatukan yang hancur, dan membawa pulang mereka yang hilang"
(St Fransiskus Assisi)


KITA dipanggil untuk jadi 'manusia agung.' Pesan ini sepatutnya tertanam kuat dalam sanubari setiap kita. Dan kita selalu dalam perjuangan demi semua yang indah.
MARWAH MANUSIA AGUNG itu tak ditentukan oleh segala atribut luaran nan gemilang. Tidak! Ia lahir dari kedalaman jiwa sanubari tersembunyi. Terungkap dalam tindak Kasih yang sungguh menyata!


MANUSIA dan semesta alam raya mesti disapa dalam orkes kehidupan penuh harmoni. Dalam rasa kekeluargaan teramat dalam. Walau lewat sapaan sesederhana sekalipun.

KIPRAH setiap kita jadi bercitra saat kita sanggup 'bikin diri sendiri tak rumit.' Ketika kesederhanaan hati sungguh jadi 'milik kita.' Dan di situlah, kita tidak bisa dengan mudah diperhamba dan dipenjara oleh segala yang fana. Jalan hidup sederhana dan bebas, sungguh, adalah jalan hidup kita. TETAPI, adalah juga kemerdekaan hati kita untuk menyapa bentangan langit dan dataran bumi. Alam raya adalah keindahan alami yang tak boleh dirusakkan. Alam Raya adalah 'rumah tinggal kita bersama.' Yang harus tetap asri dan segar.

DI ATAS semuanya, mari kita saling memandang sebagai 'manusia setara dan semartabat.' Jiwa penuh persahabatan itulah yang mesti dijaga dan dilanggengkan.

AKHIRILAH sudah semua sikap dan cara kita memandang orang lain dalam 'badai yang menghakimi, menghina, menyudutkan, bahkan yang sungguh menghancurkan.'

DALAM semangat St Fransiskus Asisi, setiap kita dipanggil untuk:
  1. menyembuhkan. Bukan melukakan;
  2. menyatukan. Bukan untuk membinasakan dan mencerai-beraikan;
  3. mencari dan menemukan; bukan untuk menyingkirkan dan melenyapkan.


KUALITAS relasi kita dengan sesama ibarat satu titian atau jembatan. St Fransiskus Asisi berkeyakinan, "Saat kita sungguh membenci sesama, maka pada saat itu juga jembatan kekudusan hidup kita jadi berantakan.' ENTAHLAH apa yang mesti direnungkan dari film "Fratello sole, sorella luna" (saudara matahari, saudari bulan)? Tentu saja, Franco Zeffirelli, sang sutradara, hendak membawa kita semua dalam semangat St Fransiskus Asisi.

KIRANYA, maksud Zeffirelli sederhana saja: Jadilah dan milikilah jiwa bersahabat dengan sesama dan dengan alam semesta.

'Bagai rembulan di malam hari dan sang surya di pagi hari, yang penuh ceriah biaskan sinar terangnya bagi semesta.'


Verbo Dei Amorem Spiranti
St Fransiskus Asisi, doakanlah kami.Tuhan Memberkati.Amin

Posting Komentar

0 Komentar