Header Ads Widget

Gema Piala Dunia Qatar 2022: Sukacita Tipis dalam Kebisuan Tebal

Gema Piala Dunia Qatar 2022:
Sukacita Tipis dalam Kebisuan Tebal
(sekedar satu catatan)
P. Kons Beo, SVD





Sukacita itu tergambar jelas di wajahnya. Sebenarnya ‘ukuran sukacita’ itu kecil saja. Namun, tak sanggup ia sembunyikan. Bahkan sulit pula untuk dihentikan. Apapun alasannya. Itu terjadi ketika saya coba umpan satu pertanyaan, “Betul ka negaramu ikut Piala Dunia di Qatar?”



Michel Coumba Cor Sene, dia yang ditanya ini sungguh berceriah di wajah. Michel adalah seorang imam asal Keuskupan Agung Dakar, Senegal. Dia lagi lanjutkan studi Kitab Suci, di Institut Biblicum – Roma. Tak hanya menjawab ‘ya’ bahwa negaranya ikut serta ke Piala Dunia 2022,’ Romo Michel bahkan lebarkan kisah. Suaranya sedikit meninggi, “Senegal juga juara Piala Afrika 2022, Padre.”

Tentu info ini biasa-biasa saja. Tapi, siapa yang tidak bangga kalau negaranya mesti diperhitungkan pula oleh 31 kesebelasan kompetitor lainnya? Di rangking FIFA per Oktober 2022, Senegal ada di peringkat 18, dengan point 1584,38. Pelatih Belanda, Louis van Gaal, boleh percaya diri bahwa kesebelasannya bisa juarai Piala Dunia 2022. Namun, ia toh pasti ‘tak intip-intip sebelah mata begitu saja’ Senegal yang ada di Group A bersamanya.


Hari-hari ini, nampaknya pelan-pelan Qatar diserbu. “Jelang Piala Dunia 2022, Penerbangan ke Qatar Melonjak,” tulis Kompas. Bahkan tersiar kabar bahwa ada pula penerbangan khusus untuk Israel dan Palestina. Qatar secara fisik sudah siap. Delapan stadion megah telah rampung demi menampung para penggila bola. 

Entusiasme dan Euforia Piala Dunia mulai jelas tergambar. Namun, semudah itu kah yang sungguh dipikirkan? Sepakbola, senyatanya, bukan sebatas ketrampilan gocek-gocek kulit bundar di lapangan. Tak hanya sekedar atmosfer riuh ramainya isi stadion. Sepakbola, apalagi sekelas Piala Dunia, adalah tapak-tapak gelombang lintas batas yang spontan. Dan itu nyaris tak terbendung. Perjumpaan yang tak terelakan di segala lini kehidupan.

Piala Dunia tak luput dari soal politik, sosial, budaya, kebiasaan, hingga variasi hal-hal yang baru. Suporter, apalagi di tingkat mondial, tak begitu saja hadir dalam ‘format mati tabularasa.’ Tidak! Sulit terbayangkan bahwa semuanya dipaksa untuk segesitnya beradaptasi serta berinkulturasi ke dalam alam budaya Qatar, dan Timur Tengah pada umumnya. Tak mudah dibayangkan bagaimana nantinya perjumpaan antara spontanitas-kebiasaan dan prinsip-prinsip moral-agamis yang telah terpatok mati, misalnya.



Apa bebas kah nanti, suporter ceweq, misalnya, diamini untuk bertampilan mini sebagai ungkapkan sukacita? Yang sepertinya ternilai pada mengumbar aurat? Apa betul nanti minuman beralkohol dimaklumi? Apakah nanti tak dicurigai bahwa perilaku bebas, ribut dan hura-hura selama sebulan akan menanjak?



Yakinlah! Qatar telah siap mengantisipasi semuanya. Walau tentunya, alur pikiran dan tindakan sekelompok radikal a la ‘polisi moral Iran’ atau sekelas ‘arus Wahabi yang lagi dipadamkan di Arab Saudi’ itu akan sungguh ‘makan gigi dan makan hati’ akan segala ‘keanehan yang penuh haram hukumnya’ di perhelatan sepakbola kelas dunia ini. Yakinlah, dunia nantinya tak hanya berkonsentrasi pada pertarungan antar kesebelasan sebatas di lapangan. Dan lalu pada hasil pertandingannya. Tetapi, apakah nanti para suporter akan tampil spontan seturut selera, misalnya?



Katakan begini, apakah nanti ‘tampilan mini’ akan bisa berdamai dengan ‘tampilan berhijab?’ Atau kah, apakah seisi stadion, khusus untuk kaum hawa nantinya ada gerakan cekatan untuk ‘dihijabisasi’? Ini mungkin terlalu dihiperbolik akan ‘satu soal pengandaian yang tak penting. Namun tidak kah ini sering jadi perhatian yang sering exagerated.



Qatar di perhelatan ini pun, tak luput dari serangan stigma haram. Dan ini yang mesti jadi perhatian serius pula. BBC News Indonesia melansir satu pertanyaan: “Piala Dunia Qatar 2022: Inikah Piala Dunia paling sarat politik?” Gelora untuk perhelatan akbar Piala Dunia Qatar terasa masih segairah untuk bicara tentang: haram-halal, homosekualitas, LGTB.



Suara protes tetap terungkap. Layakkah FIFA sekian nekad teruskan ajang Piala Dunia Qatar 2022 ini saat masih ada pelbagai derita tak pasti yang dialami para pekerja migran? Saat rasa hormat dan kesamaan hak serta martabat kaum LGTB itu tetap saja di titik nadir? Ketika Ukraina masih saja jadi ajang perang mengerikan melawan kemanusiaan? Tetapi, mari kembali lagi Romo Michel, asal Dakar – Senegal itu.

Di Rumah Kediaman Bersama, Collegio San Pietro-Roma, Romo Michel bersama 3 Romo seasal, pasti tetap dalam sukacita penuh harapan demi Senegal. Mari hitung sekadarnya kualitas sukacita mereka itu? Apakah arti sukacita keempatnya sebagai warga Senegal bila harus dibandingkan dengan 170 imam lainnya yang tak seasal? Yang mungkin memilih ‘lebih banyak diam membisu’ walau ada di antaranya yang negaranya juga lolos ke Qatar 2022?



Apakah artinya sukacita empat imam asal Senegal itu, bila harus berhadapan kesedihan dalam ‘sunyi yang tebal’ dari 60-an juta lebih warga Italia yang ratapi gagalnya Gli Azzurri lolos ke Qatar 2022? Iya, mau bilang apa lagi? Ketika Juara Asia (Qatar), Juara Afrika (Senegal), Juara Amerika Latin (Argentina), siap-siap ‘berdansa ria di berbagai stadion megah di Qatar, Juara Eropa (Italia) mesti meratapi nasibnya yang telah terkubur hidup-hidup sejak di Stadion Renzo Barbera. Di negerinya sendiri.

Iya, gol Aleksandar Trajkovski di menit 90+2 sudah cukup untuk bikin pilu di hati seisi Stadion, di Kamis, 24 Maret 2022 itu. Membawa duka dan nuansa penuh ironi bagi seantero negeri. Paus Fransiskus mungkin saja bergembira. Untuk Piala Dunia kali ini, Beliau bebas untuk mendukung Argentina, negara asalnya. Tanpa harus bagi perhatian untuk Gli Azzurri – Italia.



Semoga keempat Romo asal Senegal itu, jika nanti ingin terus bicara sepakbola seputar Piala Dunia Qatar 2022, “Suara mereka sepantasnya pelan-pelan saja.” Mesti merasa peka juga atas kebisuan yang tebal dari warga Italia. Begitulah kira-kira.



Dan selamat menuju Piala Dunia Qatar, Minggu, 20 November – Minggu, 18 Desember 2022. Sambil tetap heningkan cipta dan doakan saudara-saudari kita, korban tragedi Stadion Kanjuruan – Malang, Sabtu 1 Oktober 2022.



Verbo Dei Amorem Spiranti.





Posting Komentar

0 Komentar