Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; SETIAP kita berjalan dalam irama hidup masing-masing.


Selasa, 22 November 2022
(Pekan Biasa XXXIV, St Sesilia)

Bacaan I Wahyu 14:14-20

Mazmur Tanggapan Mzm 96:10-13

Injil Lukas 21:5-11



"Hidup itu seperti sebuah nyanyian. Semakin hatimu baik, semakin merdulah hidupmu di hadapan Allah dan manusia"
St Sesilia




KITA jalani hidup sungguh bagaikan sebuah nyanyian. Nyanyian itu getarkan penuh kuat irama batin dan denyut jantung di dada. Dan semunya terjadi saat kita masuk dalam setiap tapak perjalanan hidup ini.


NYANYIAN kisahkan rasa syukur sukacita kita. Itulah gema hidup penuh gembira. Saat telah kita gapai segala harapan dan impian. Ketika cita-cita yang diperjuangkan akhirnya dapat diraih.



NYANYIAN juga adalah potret hati penuh pilu. Nada-nada minor sebuah nyanyian biaskan keluhan hati yang merintih, yang merasa kehilangan dan ditinggalkan. Iya, nyanyian bisa jadi gambaran hati terluka, penuh amarah dan benci.



TETAPI, tidak kah sebuah nyanyian petakan juga semangat perjuangan, keberanian dan pantang mundur? Di situ, selalu ada derap langkah penuh harapan. Terlukis lewat nyanyian. Menggelorakan semangat untuk susuri apapun suasana dan alam di kehidupan ini.


SAAT hidup kita tertata indah dalam satu melodi, lyrik serta aranssemen yang aduhai memukau serta berdaya pikat, betapa sedap terdengar indah setiap tapak perjalanan hidup kita itu. Semuanya, jadi 'tanda dan kesaksian iman yang membawa harapan dan ceriah bagi sesama.'


MAKA berbahagialah kalian, yang miliki nyanyian kehidupan yang sungguh merdu. Terdengar sedap di telinga 'sesama dan dunia.' Anda telah kuatkan citra harmoni kehidupan bagi siapapun dan dunia. Tempat di mana Anda berada.


TETAPI nyanyian kehidupan kita acapkali tak terdengar indah di telinga dunia. Ia pun sering menekan hati sesama yang menangkapnya. Nyanyian hidup kita sungguh tak merdu terdengar. Itulah gambaran jalan hidup yang banyak 'miring, fals, dan sungguh tak berirama serta tak berbirama. Itulah potret hidup kita yang kocar-kacir. Berantakan!

SEBUAH nyanyian yang indah tentu menuntut kedisiplinan yang paten. Tentu seperti itulah irama hidup yang semestinya. Bagaikan sebuah koor nyanyian yang setia pada aba-aba 'sang dirigen' maka seperti itulah hidup kita yang mesti tajam menangkap arahan Sang Dirigen Utama, yakni Tuhan sendiri


SETIAP kita berjalan dalam irama hidup masing-masing. Dalam setiap pengalaman hidup pribadi yang kita alami. Setiap kita miliki irama batin dan suasana hati dalam nyanyian-nyanyian kehidupan.



ENTAH suara nyanyian hidup kita bernada mayor penuh sukacita atau pun bernuansa minor penuh kepedihan, toh yang terutama adalah iman kita yang senantiasa teguh dalam Tuhan sendiri. Tuhan tetaplah Dirigen Utama untuk segala jenis nyanyian kehidupan kita! MAKA, dalam semangat hidup St Sesilia, mari kembali untuk berlatih nyanyi. Dalam dan bersama Tuhan sendiri sebagai Dirigen Utama segala nyanyian kehidupan kita.


Verbo Dei Amorem Spiranti
St Sesilia, doakanlah kami.
Tuhan memberkati.
Amin


 



Posting Komentar

0 Komentar