Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; Tuhan temani kita untuk membaca tanda-tanda zaman

Jumat, 25 November 2022 (Pekan Biasa XXXIV, St Katarina dr Alexandria, St Petrus Yi Ho-yong)

Bacaan I Wahyu 20:1-4.11 - 21:2

Mazmur Tanggapan Mzm 84:3.4.5-6a.8a

Injil Lukas 21:29-33

"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja..."
Luk 21:29
(Videte ficulneam et omnes arbores...)


MENCAPAI tingkat kesadaran diri tertinggi. Itulah salah satu makna terbesar bagi diri sendiri. Kita tengah berjuang untuk mendalaminya. Dan lalu menempatkannya secara tepat dan bijak dalam 'tempat dan waktu.'




DARI situ, kita seterusnya belajar untuk bergerak lebih jauh lagi. Kapan kita merasa terpanggil untuk mengungkapkan diri. Dan bila manakah diri ini mesti dialarmkan. Demi satu pengendalian diri. Yang sering sungguh menantang.




SEPERTINYA tak ada yang kurang dari apa yang kita punyai dalam diri. Tinggal bagaimana kita menyusuri semuanya demi satu pengenalan diri yang berarti. Ini tentu, sekali lagi, bukanlah satu perkara entengan.


KITA 'teramat dekat dengan diri sendiri.' Sebab itu, tak ada jarak yang tercipta indah untuk "mudah menengok ke dalam." Baik secara benar pun secara arif. Sebab itu, kita sering tersesat di dalam ruang diri sendiri. Kita sangka bahwa kita (selalu) benar, namun ternyata rentetan salah, keliru dan kedosaan itu lebih banyak adalah punya kita sendiri.


PUN sebaliknya, kita bisa saja menilai diri sendiri sungguh di alam fatal. Tanpa punya asa lagi. Namun, sebenarnya kita tak sungguh menyadari adanya cahaya pengharapan. Yang sungguh mengilhami jalan hidup dan diri kita. Demi melewati "semua yang tak pasti dan penuh kemustahilan."


LEWAT dari 'meneropong ke dalam diri sendiri,' Tuhan menuntun kita untuk 'keluar dari diri sendiri.' Tuhan temani kita untuk membaca tanda-tanda zaman. Menelisik dan menyusuri segala yang terjadi di sekitar kita. Memandang semuanya dalam kuasa Tuhan sendiri.



"WAKTU berlalu dan kita pun berubah di dalamnya," itu kata si bijak. Waktu yang silam selalu penuh nostalgia. Hari ini adalah kenyataan. Dan hari esok 'pasti ada irama, dan kesusahannya sendiri.' Bisa terjadi kita sejadinya membangun di hari-hari ini, semi hadapi badai-badai mendatang yang lebih menantang dan dahsyat.

MUNGKIN untuk 'melihat ke dalam diri sendiri, dan merawat sejadinya telah kita jalani.' Tuhan, kini, hanya ajak kita untuk "pohon ara atau pohon apa saja di sekitar kita." Kita pasti bisa tafsirkan seadanya, makna "pohon ara atau pohon apa saja di sekitar kita."


TANGKAP dan renungkan apa saja yang tengah terjadi dalam dunia yang luas ini. Biarlah di dalam hal kecil dan sederhana kita perbuat bagi yang lagi 'kering dan menderita.' Sebab, siapa pun kita tak pernah luput dari keadaan zaman ini.



"POHON ara atau pohon apa saja di sekitar kita" bisa jadi gambaran dari kehadiran sesama, tetangga, anggota keluarga (besar), sahabat, kenalan, rekan-rekan kerja, dan bahkan orang asing sekalipun.

TERHADAP segenap sesama-sesama itu, kita berjuang untuk buktikan bahwa "nilai-nilai Sabda Tuhan tak akan pernah berlalu..." Dan kita akan membuatnya jadi nyata dalam Kasih, Kemurahan Hati dan Pengampunan serta sekian banyak nilai positif lainnya.

Kata Tuhan, "Langit dan bumi akan berlalu tetapi SabdaKu takkan berlalu" (Luk 21:33).


DAN menjadi tugas kita lah agar Sabda Tuhan tak akan berlalu. Dalam segala kekurangan, keterbatasan, dan bahkan ketidakhebatan diri, kita lakukan dalam cara yang sederhana dan apa adanya.



Bukan kah demikian?

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.

Amin
>



Posting Komentar

0 Komentar