Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; Bila Hati Memang Sudah Tak Sudi

Selasa, 13 Desember 2022 (Pekan III Adventus, St Lusia)

Bacaan I Sefanya 3:1-2.9-13
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2-3.6-7.17-18.19.23
Injil Matius 21:28-32


"Sebab Yohanes Pembaptis datang dan menunjukkan jalan kebenaran kepada kalian, tetapi kalian tidak percaya kepadanya...."

Mat 21:32

(Venit enim ad vos Ioannes in via iustitiae, et non credidisti ei)

Sorgum sebagai salah satu tanaman lokal di Nusa Tenggara Timur yang mampu hidup dan beradaptasi pada kondisi iklim/cuaca ekstrim kering. Sorgum dengan banyak nama di NTT telah dikembangkan sejak lama. Akan tetapi akibat revolusi hijau maka tumbuhan ini nyaris hilang. Namun, sejak 2011 tumbuhan ini mulai dikenalkan kembali di wilayah Timur Pulau Flores dan berkembang ke wilayah lain. Bahkan muncul inovasi di beberapa kabupaten pengembangan sorgum sebagai solusi untuk pengentasan gizi buruk dan stunting.  Tanam Sorgum sebagai upaya mengatasi dampak Perubahan Iklim yang sedang berlangsung di Kawasan Manggarai Raya. Lokasi pengembangan sorgum di Kebun Sekolah SMPN I Satar Mese, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia, Pemerintah Desa Iteng dan SMPN I Satar Mese (kurikulum merdeka). Ayo kita tanam sorgum di lahan kritis yang jumlahnya ratusan ribu hektar di Manggarai Raya



HATI-HATI saja bila ketegaran hati sudah 'jadi milik.' Jalan budi dan lorong hati telah tertutup. Tak pernah lagi ada hal lain di luar diriku yang patut didengar.


JAMAK terasa, bahwa 'apa yang kupikirkan dan kurasa, itulah segalanya.' Kita seakan sudah merasa nyaman dan damai dengan semuanya itu.


JADINYA? Kita tak sudi mengakrabi kata-kata orang lain. Kita segera memblokir seruan sesama. Semuanya 'bagaikan angin berlalu. Tak tertangkap. Tiada bermakna.'


HATI kita memang sudah tak sudi. Sebab, itu tadi, kita sudah punya penangkal untuk menolak semuanya. Tak pernah sanggup untuk biar sedikitpun untuk memahami bahwa 'ada maksud mulia' dari sesama.


BIARKAN diri, untuk setulusnya, menerima kritikan, kata-kata menantang, bahkan gugatan keras dari sesama, memang bukanlah soal gampangan!


INI memang berat! Sebab seringkali otak bisa dipakai demi segala alasan untuk menantang dan membenarkan diri. Terkadang pula, kuasa dan jabatan bisa dipakai sebagai benteng pertahanan yang ampuh. Untuk kebal dan tak boleh terjamah oleh seruan sesama.


SEKIAN banyak jalan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang telah ditunjukkan sesama. Bersyukurlah kepada mereka semua yang berani bersuara. Berterimakasihlah atas perhatian mereka yang tulus bagi jalan hidup kita sendiri. KITA sepantasnya berhenti untuk menunjukkan "siapa saya." Untuk memperlihatkan segala kemuliaan dan kebesaran yang mengitari diri kita.

Kita memang sepantas 'masuk dalam alam sunyi untuk tengok ke dalam diri sendiri.'


DI JEDAH diri yang benar dan rendah hati inilah kita akhirnya bersujud dan bertafakur: saya sesungguhnya bukan siapa-siapa.


Kita terlalu tipis, lemah, goyah dan rapu untuk sepantasnya berbenah di jalan kebenaran itu.


ITULAH jalan yang ditunjukkan Yohanes Pembaptis. Jalan pembebasan dan kemerdekaan. Jalan yang dipersiapkannya bagi kita untuk menuju DIA yang dilahirkan dalam Sunyi dan Sederhana.


Semoga St Lusia, dalam doa-doanya, menjadi LUX, cahaya dan terang bagi kita.



Verbo Dei Amorem Spiranti
St Lusia, doakanlah kami
Maranatha.
Tuhan memberkati
Amin

Posting Komentar

0 Komentar