Header Ads Widget

Lejong Inspiratif ala Bunda Theresia di Kelompok Wanita Tani Gori Toing.

                                  UMPUNGJAYASIAR.COM


Cerita dari Kelompok Wanita Tani Gori Toing:


Membangun Kemandirian Ekonomi Perempuan melalui usaha 

sayur-sayuran organik

 

Ibu Theresia bersama Anggota Kelompok Wanita Tani Gori Toing/Foto RR

Berbagi cerita inspiratif pada era sekarang ini sangat penting dan berguna untuk mempengaruhi cara berpikir. Kehadiran media social ternyata dapat mempermudah seseorang untuk berbagi pengalaman baik kepada orang lain dalam hitungan detik. Berbagi hal yang baik merupakan satu keharusan sebagai sesama anak bangsa tentu untuk memajukan Indonesia. 

umpungjayasiar.com, Ruteng. Tanggungjawab kita semua adalah memajukan kesejahteraan umum sehingga berbagi pengalaman baik dari satu tempat dengan segala kekhasannya harus mampu memicu perubahan cara berpikir orang di tempat lain, misalnya kita ambil contoh dalam dunia pertanian, jika dahulu bertani itu orientasinya untuk menghasilkan tanaman sebagai sumber pangan saja maka sekarang setiap tanah yang kita kerjakan harus menghasilkan tanaman untuk tujuan 3-i, yaitu Ekonomi, Gizi dan Ekologi.

Kenapa dalam bertani mesti memperhatikan aspek ekologis? Tentu jawaban singkatnya adalah demi keberlanjutan kehidupan mahluk hidup sebab bumi sehat atau sakit tergantung apa yang kita berikan ke dalam tanah dan tanaman. Anda dan saya, atau kita semua membutuhkan Bumi yang sehat, bebas dari bahan beracun, agar bumi itu memberikan kita makanan yang aman bagi tubuh, tidak terkontaminasi pupuk dan pestisida kimia berbahaya dengan berbagai macam mereknya. Munculnya berbagai penyakit saat ini mungkin dipengaruhi oleh tindakan kita yang kurang bijaksana kepada alam.

Lalu kenapa kita berpikir gizi dalam bertani sayur-sayuran? Tidak perlu mengacu pada pandangan atau pendapat seorang ahli untuk menjawabnya pada tulisan ini. Cukup kita menangkap makna dari satu ungkapan yang sering kita menyebutnya, yaitu di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Maka makanan yang kita berikan ke dalam tubuh melalui organ pencernaan mempengaruhi kesehatan jiwa (semangat, cara berpikir, ketangguhan mental, antusias) kita.

Lejong dengan Ketua PKK/Foto RR
Dengan demikian, jiwa dan raga dari kita semua menjadi sehat jika makanan yang kita masukan ke dalam mulut dan perut bermutu (aman dari bahan beracun). Protein, Karbohidrat, vitamin, serat dll adalah unsur-unsur dalam sayur-sayuran yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan, mencegah malnutrisi. Kesehatan dan Kecerdasan dipengaruhi unsur-unsur tadi, jika mengabaikannya maka keluarga-keluarga kita berpeluang menghasilkan generasi Stunting dengan ciri-ciri ; pertumbuhan melambat, pertumbuhan gigi terlambat, berat badan BALITA tidak naik dan cenderung menurun, performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya dll.

Sedangkan bertani sayur-sayuran untuk ekonomi sangat jelas bagi kita bahwa sayur - sayuran merupakan salah satu komoditi pertanian yang mendatangkan uang saat ini. Istilah agrobisnis atau agribisnis sangat populer beberapa tahun terakhir, karena memang bertani harus menghasilkan uang dan menguntungkan. Setiap rumah tangga membutuhkan sayur-sayuran untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup mereka, Keluarga sehat dan cerdas menjadi visi semua keluarga. Potensi konsumen dari sayur-sayuran di Langke Rembong saja, kurang lebih mencapai 70 persen dari 16’931 jumlah kepala keluarga(KK).  

Selain itu, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Manggarai Barat tahun 2018, Jumlah Wisatawan yang datang ke Labuan Bajo mencapai 176’835 orang. Tentu ratusan Hotel, Restoran/Warung, Kapal di sana membutuhkan sayur-sayuran untuk tamu-tamu tersebut. Sedangkan pada tahun yang sama, BPS Kabupaten Manggarai melaporkan jumlah tamu yang inap di 12 Hotel di Kota Ruteng berjumlah 19’688 orang.

Jika para wisatawan, baik di Labuan Bajo maupun di Ruteng mengkonsumsi sayur-sayuran setiap hari, dengan asumsi pengeluaran per orang Rp 30’000,- maka hampir 6 miliar rupiah yang dibelanjakan. Kita bisa membayangkan sendiri, seandainya  mereka inap lebih dari satu hari, bukankah ini peluang ekonomi yang menjanjikan untuk petani-petani hortikultura? Bukankah kondisi ini merupakan pasar yang besar dan tentu menguntungkan? Hal ini menegaskan kepada kita bahwa bertani hortikultura adalah satu cara untuk mengentaskan petani dari persoalan kemiskinan, yang sedang dihadapi oleh 69’330 orang miskin atau 20-an persen penduduk miskin di Kabupaten Manggarai dan juga untuk mengurangi prevalensi stunting yang masih berada di angka 40-an persen.

Salah satu upaya inspiratif dari Manggarai Timur

Kelompok Wanita Tani (KWT) Gori Toing di Kampung Mondo, Desa Bangka Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur sedang mengusahakan sayuran-sayuran organik di masa Pandemi Covid-19, untuk tujuan 3-i, yakni Ekononi, Gizi dan Ekologi. Jumlah mereka 30 orang ibu-ibu yang tinggal di Kampung Mondo.

Ibu Theresia Wisang, ketua tim penggerak PKK Kabupaten Manggarai yang memfasilitasi pembentukkan kelompok wanita tani ini mengungkapkan kembali kepada peserta yang hadir pada pertemuan berbagi pengalaman (sharing) dengan staf pendamping agrobisnis dari Yayasan Ayo Indonesia tentang alasan mengapa kelompok tani ini dibentuk.

Ibu Theresia sedang memberi motivasi/Foto RR

Menurut dia, gagasan membentuk kelompok KWT Gori Toing muncul untuk menyikapi realita yang sudah lama ada, yaitu ketersediaan sayur-sayuran sehat dan bergizi di sekitar kampung Mondo masih kurang, sayur yang paling dominan dikonsumsi setiap hari di rumah tangga - rumah tangga adalah sa'ung nda'eng (daun singkong).

Pendapatan keluarga umumnya masih rendah dan hal ini diperparah oleh terbatasnya pengetahuan mereka tentang pengelolaan keuangan keluarga, besar pasak daripada tiang (pengeluaran lebih besar daripada pendapatan) menjadi lumrah. Sehingga yang terjadi ketika mereka mengalami kesulitan keuangan, tanpa pikir panjang, tanpa kalkulasi mendalam, mengabaikan kemampuan keuangan, mereka memutuskan untuk meminjam uang kepada lembaga keuangan yang melayani pinjaman harian dan mingguan dengan bunga 2 persen. Sementara fakta lain yang mengemuka dari cerita-cerita mereka yang disampaikan secara jujur dengan raut wajah terkesan ketidakberdayaan, bahwa mereka umumnya tidak memiliki kegiatan produktif yang pasti menghasilkan uang pada setiap hari, minggu bahkan untuk bulanan. Lalu dari mana mereka mendapatkan uang untuk mengembalikan pinjaman harian, mingguan? Jika situasi ini dibiarkan, bukan tidak mungkin mereka menjadi warga rentan secara social ekonomi yang dengan mudah suatu saat menjual tanah warisan anak cucunya untuk mendapatkan uang. Berharap tidak demikian yang akan terjadi

Kondisi dengan pendapatan rendah tentu mempengaruhi daya beli dan akses mereka terhadap pangan jenis lain yang sangat dibutuhkan oleh anggota keluarga, khususnya anak-anak, seperti ikan, tahu, gula, tempe dan telur.

Keperhatinan terhadap situasi-situasi ini, maka Ibu Theresia yang dikenal warga sekitar sebagai Ende (mama) mengundang ibu-ibu di kampung Mondo untuk lejong (bertemu) di Rumahnya guna membahas isu ketahanan pangan dan ekonomi keluarga dengan pendekatan dari, oleh dan untuk keluarga melalui pengembangan sayur-sayuran secara organik.

Sebab,kata Ibu Theresia lahan-lahan cukup luas, baik di kebun maupun di pekarangan yang dibiarkan tidur dalam rentangan waktu cukup lama.

Rumah lantai dua perpaduan kayu dan beton itu, dikelilingi beberapa petak sawah organik milik Bupati Ande, pisang dan sayur-sayuran terasa sekali nuansanya, nampak agak beda dari rumah biasa dari segi fungsinya, rumah itu tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi dia telah menjadi rumah belajar, rumah untuk membangun cara berpikir, rumah keberpihakan bagi mereka yang lemah secara social ekonomi plus kurang masksimal menggunakan pikiran. Rumah itu telah menjadi rumah perubahan

Kemudian ibu-ibu tersebut diberdayakan cara berpikirnya, dengan kelihaian komunikasi yang selalu mangandung inspirasi dan motivasi dari Ende Theresia, mereka didorong untuk berpikir bagaimana secara bersama-sama mengatasi realita-realita tadi, mereka dituntut untuk mandiri mengatasi soal, mereka diminta untuk mampu mengelola kekuangan secara bijaksana.

Cara mempengaruhi pola pikir tadi dapat dikatakan itulah sejatinya aksi pemberdaayan sebab ada upaya mendorong anggota kelompok berpikir untuk identifikasi soal, menyadarkan mereka tentang ada soal yang harus diselesaikan, merumuskan aksi solutif, meningkatkan pengetahuan-keterampilan dan mengimplementasikannya secara konsisten.

Interaksi gaya lejong yang demikian, ternyata membuahkan hasil, ibu-ibu mulai paham tentang bagaimana cara menyediakan sayur-sayuran sehat dan aman dikonsumsi, mengatur keuangan, membuat pupuk organik dan menjual. Ibu-ibu sudah mulai diakrabkan dengan beberapa istilah penting, yaitu hemat uang, kalkulasi, gizi, ekologi, tabung, pasar (menjual) , mandiri, kerjasama, jaringan, displin, kerja keras dan cerdas.

Kebun sayur-sayuran milik kelompok Tani Wanita Gori Toing sudah mulai dipanen pada minggu ketiga Agustus 2021, usaha yang tidak sia-sia atau pendekatan lejong dalam berproses ternyata mendatangkan hasil. Setiap bulan mereka menabung uang dalam wadah Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP). Sayur-sayuran jenis sawi, kacang panjang, paria, tomat tumbuh subur secara organik di kebun kelompok, seperti yang terlihat pada Sabtu (28/08/2021), sedangkan sebagian telah dibeli oleh para konsumen yang paham tentang pangan sehat.

Tidak mengherankan disaat pertemuan berbagi itu, anggota kelompok menyampaikan terima kasih kepada ende Theresia yang tidak pernah lelah berbagi pengalaman hidupnya dan selalu sabar dalam memberi semangat dan konsisten mengikuti pertemuan kelompok.

Pertemuan bulanan kelompok menurut beberapa anggota yang dijumpai di kampung Mondo, adalah kesempatan yang selalu ditunggu-tunggu oleh mereka sebab pada pertemuan itu mereka menabung uang ke dalam UBSP meski jumlahnya kecil dan  mendapat pengetahuan serta motivasi gratis dari si Ende Theresia.

Meskipun mengalami kegamangan pada awal sebagai respon dari cara berpikir keluarga-keluarga saat itu, rasa optimis tentang keberhasilan yang luar biasa di masa depan sudah tertanam dalam hati dan pikiran, sebab sudah ada hasil yang terlihat. Meski tantangan terberatnya, kata Ibu Theresia ada dalam internal keluarga-keluarga, mental bantuan masih melekat pada kebanyakan keluarga padahal bantuan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui usaha produktif, Misalnya Bantuan ternak, modal UMKM, Pupuk dll. Cara memandang yang keliru terhadap semua bantuan Negara akhirnya melemahkan kemampuan berpikir dan kentangguhan mereka untuk hidup lebih baik melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif

Pada sesi berbagi pengalaman itu, Richard Roden hanya menegaskan kepada peserta bahwa usaha sayur-sayuran harus mengarah ke Agribisnis agar usaha ini menjadi sumber pendapatan tetap dalam rumah tangga, seperti yang sudah sedang dijalankan oleh beberapa petani agrobinis sukses dampingan dari Yayasan Ayo Indonesia.

Richard urut sedang menjelaskan melek keuangan/Foto RR

Peserta harus mampu memastikan setiap pohon dan bedeng sayur-sayuran dapat berkontribusi berapa Rupiah terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarganya. Apakah jumlah pohon dan bedengan sayur-sayuran yang ada sekarang ini mampu menyumbang terhadap peningkatan pendapatan dan nilai tabungan di Koperasi Kredit/Bank atau dapat mengatasi persoalan kekurangan uang dalam rumah tangga?. Apakah luasan lahan yang dikerjakan oleh 30 ibu-ibu sekarang ini mengacu kepada anggaran pendapatan dan belanja keluarga (APBK)? Apakah ibu-ibu memiliki APBK? Lalu apa alasan Ibu-ibu menanam sayur-sayuran jenis ini dan itu? Berapa luas lahan tidur yang dimiliki? Ibu-ibu juga harus berpikir, anak-anak nanti sekolah sampai ke jejang pendidikan apa? Berapa jumlah uang yang akan disiapkan (ditabung) untuk biaya pendidikan tersebut? Apakah satu bendeng bisa mewujudkannya?

Dari pertanyaan-pertanyaan reflektif ini, Richard menyarankan agar ibu-ibu bersama suami dan anak-anak yang telah dewasa menyusun APBK terlebih dahulu agar diketahui total kebutuhan uang selama setahun. Dan dalam pos pengeluaan nomor I dipastikan 30 persen pendapatan disimpan di Koperasi Kredit atau Bank. Dengan menjadi anggota Koperasi Kredit Ibu-ibu dengan mudah mendapatkan modal usaha untuk penyediaan sarana produksi, misalnya ternak untuk sumber pupuk organik.

Berdasarkan APBK kita menentukan jumah bedeng dan jenis sayur-sayuran yang diusahakan. Sebab bagi seorang yang memutuskan untuk menjalankan usaha Agribisnis, tujuannya jelas, yaitu untuk memenuhi anggaran pendapatan dan belanja keluarga.

Kemudian yang terakhir ibu-ibu harus memilik mental yang tangguh dan sabar sebab usaha bertani tidak selalu mulus, hama sering menyerang, curah hujan kadang-kadang tinggi bahkan musim kemarau sangat panjang, angin kencang merusak tanaman dan harga pasar sayur-sayuran sering naik turun. Tetapi kita tidak perlu takut karena pengalaman-pengalaman motivatif dan tehnologi dapat kita lihat di dalam media online: Youtube, Facebook dll.

Penulis: Rikhardus Roden

Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga (APBK) menjadi acuan dalam mengembangkan Agrobisnis sayur-sayuran organik

Membangun kemandirian melalui Lejong Reflektif

Mendorong Ibu-ibu untuk Agribisnis



Lokasi Kebun sayur-sayuran Organik/Foto RR




Contact person : 082231790146


Posting Komentar

0 Komentar