Header Ads Widget

Ambros Roni, wirausahawan muda : Mau hidup lebih baik, Tanamlah sorgum.



Ambrosius Roni sedang panen sorgum/Foto AR



Kampung Jing, Desa Melo/Foto AR

Ambros Roni : Mau hidup lebih baik, Tanamlah sorgum.

Sorgum merupakan salah satu komoditas potensial yang dapat dikembangkan untuk mendukung program diversifikasi pangan dan energi di Indonesia. Sebagai sumber pangan, sorgum mempunyai beragam zat antioksidan, mineral, protein dan serat penting.

umpungjayasiar.com, Ruteng. Sebagai sumber Bioenergi, sorgum mempunyai potensi untuk mensubtitusi kebutuhan bahan bakar fosil serta industri tambang. Tingginya permintaan sorgum di tingkat global juga merupakan potensi bagi Indonesia untuk mengisi kebutuhan Bioenergi dan Pangan dunia. Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten telah berkomitmen untuk mengembangkan sorgum di beberapa wilayah yang cocok secara agroklimat,

Pada tahun 2020 Kementerian Pertanian Republik Indonesia meluncurkan program bantuan benih pangan alternatif, yaitu tanaman sorgum. Sedangkan, Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tanggara Timur (NTT) untuk musim tanam 2020/2021 mengimplementasikan program pengembangan sorgum di atas lahan seluas 2.840 Ha, tersebar di 14 kabupaten termasuk Kabupaten Manggarai Timur.


Cara tanam sorgum

Sorgum dapat tumbuh baik di lahan kering karena memiliki kemampuan adaptasi sehingga sangat cocok dikembangkan di NTT yang sebagian besar lahannya termasuk ke dalam golongan lahan semi-arid. Sorgum sangat baik untuk konservasi tanah pada lahan kering.

Dalam buku Potensi Investasi di Manggarai Timur (2018), lahan tidur (lahan yang belum dimanfaatkan) di Manggarai Timur cukup luas, yaitu 41’524 ha dan padang rumput di dataran rendah memiliki luasan mencapai 95’556 ha. Jika di atas lahan ini ditanami sorgum untuk Pangan dengan potensi hasil 7 ton per hektar maka kabupaten Manggarai tidak akan mengalami kekurangan pangan setiap bulan. Selain itu, tanaman sorgum yang ditanam pada luasan lahan tersebut, bisa menjadi sumber pakan untuk ribuan ekor ternak sapi.

Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2020 mendapat bantuan pengembangan sorgum dari Pemerintah Pusat memanfaatkan lahan seluas 350 hektar di 9 Kecamatan, 42 Desa dan 82 Kelompok Tani. Sebagian besar tanaman sorgum dikembangkan di wilayah pesisir utara. Belajar dari keberhasilan pengembangan sorgum ini di wilayah Beamuring, Dampek dan di Kota Komba, Bupati Manggarai Timur mengeluarkan suatu Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2021 tentang Pengembangan Sorgum sebagai Pangan lokal alternatif utama di Kabupaten Manggarai Timur.

Pengembangkan sorgum telah menjadi program prioritas dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk menjamin ketahanan pangan, ketersedian pakan ternak, penyediaan bahan baku industry, meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi lahan tidur/padang rumput.


Memikul sorgum/Foto AR

Maka strategi pengembangannya mesti menerapkan model kolaborasi antara Pemerintah, NGO, Lembaga agama dan kelompok-kelompok tani. Tujuannya tentu untuk mendorong peran pihak-pihak tersebut, antara lain: 1) mempromosikan sorgum sebagai pangan, sumber pakan ternak dan mengurangi lahan tidur dan 2) pengembangan sorgum menjadi salah satu program penting dalam APBDII Kabupaten Manggarai Timur dan APBDes.

Menanam sorgum untuk ekonomi dan menghidupkan kembali kebiasaan mengkonsumsi sorgum

Ambrosius Roni, salah satu sosok orang muda yang peduli kepada pangan lokal di Beamuring, pada dua tahun terakhir, berbekal pengetahuan yang diberikan oleh ibu Loretha, mama sorgum dari Adonara, dia mulai mengembangkan sorgum di kebun miliknya. Sorgum bagi dia bukan jenis pangan yang baru, sejak kecil dia mengenal sorgum, sering mengkonsusminya, dan menurutnya rasa sorgum sangat enak, apalagi kalau diolah dalam bentuk popsor, mirip popcorn. Biji sorgum ditumbuk kemudian dimasak seperti nasi, orang setempat, di kampung Jing biasa menyebutnya dea pesi (beras sorgum) dan ada juga disangrai menggunakan kuali aluminium menghasilkan popsor. Dominasi beras sebagai pangan utama sejak program operasi nusa makmur (ONM) sekitar tahun 1980-an, menghilangkan kebiasaan petani menanam dan mengkonsumsi sorgum di kampung Jing, Desa Melo.


Pop Sorgum

Ketika Yayasan Ayo Indonesia, Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur dan Yayasan Kehati Jakarta datang ke Paroki Beamuring untuk memperkenalkan sorgum sebagai pangan alternatif dan juga bernilai ekonomis, Ambros tertarik untuk menanamnya sebab lahan tidur di Kampung Jing, Desa Melo masih cukup banyak. Kedatangan Ibu Loretha ke Beamuring yang difasilitasi oleh Yayasan Ayo Indonesia dan Yayasan Kehati menambah keyakinan Ambros menanam sorgum untuk tujuan gizi, ekonomi dan melestarikan sorgum, mencegah kepunahan tanaman pangan jenis ini di Kabupaten Manggarai Timur. Apalagi sorgum yang ditanam di kebun paroki tumbuh baik meskipun lahan itu umumnya rendah unsur hara, lahan kritis.

Jemur sorgum


Di aula Paroki Santu Damian Beamuring, Ibu Loretha dihadapan puluhan petani membagi pengalamannya tentang sorgum sebagai sumber pangan sehat dan bergizi serta bernilai ekonomis. Bahkan saat itu, dia memperkenalkan kepada semua peserta produk olahan sorgum dalam bentuk camilan, selain itu, dia juga mempraktekkan cara membuat bubur sorgum dan kue tar berbahan tepung sorgum. Menurut Loretha, petani dampingannya di Adonara setelah 8 tahun, sorgum menjadi pangan utama dan sangat populer, disajikan sebagai makanan keluarga setiap hari. Pendapatan mereka meningkat dari penjualan biji sorgum untuk benih maupun dalam bentuk olahan beras dan tepun sorgum. Perubahan pola pikir untuk memilih sorgum sebagai sumber pangan keluarga butuh penyadaran yang terus menerus kepada masyarakat, tentu melalui pendampingan tehnis dan motivatif.

Sorgum siap diangkut/Foto AR

Pengalaman-pengalaman berharga inilah yang memacu semangat Ambros untuk menanam sorgum, tidak hanya dijadikan beras sorgum tetapi akan diolah camilan khas sorgum. Pada bulan Agustus 2021, dia panen sorgum dari lahan seluas ¼ hektar di kampung Jing, hasilnya hanya 200 kg semestinya lebih dari jumlah itu. “Faktor terlambatnya hujan turun pada awal penanaman mempengaruhi jumlah benih yang tumbuh, tingkat keberhasilan sorgum untuk tumbuh secara baik tergantung kepada ketersediaan air yang berasal dari hujan,”ungkap Ambros, salah satu pengurus di Dewan Pastoral Paroki Santu Damian Beamuring ini.

Sorgum dari kebunnya ini, akan diolah aneka camilan dan sebagiannya dipersiapkan menjadi benih pada periode tanam oktober tahun 2021 ini. Usaha sorgum di kebunnya telah melibatkan perempuan dan laki-laki dengan pembagian peran kerja yang jelas, laki-laki untuk pembersihan dan pengolahan lahan sedangkan perempuan yang menanam menggunakan peralatan tradisional, seperti tugal dari kayu lokal dan keranjang yang terbuat dari anyaman bambu.

Pengeringan Sorgum/Foto AR

Menurut Ambros, sebaiknya, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur terus mendorong Pemerintah Desa dan masyarakat untuk pengembangan sorgum, tidak hanya bertujuan menjamin ketersedian beras sorgum tetapi mengolah biji sorgum menjadi aneka produk yang bernilai ekonomis. Pemerintah Desa, diharapkan, selain menyediakan dana untuk pengembangan sorgum yang dialokasikan dari Dana Desa (ADD) mereka juga seharusnya menggerakkan masyarakat dengan cara membangun kebun contoh di kebun-kebun milik masyarakat sendiri dan setiap bulan dimonitor oleh staf desa bersama penyuluh lapangan dari dinas pertanian.

Berdasarkan pengalaman, kata Ambros masyarakat akan ikut menanam jika mereka melihat terlebih dahulu kesuksesan di tempat lain atau orang lain di sekitarnya yang mengembangkan sorgum, melihat dulu, baru percaya dan mereplikasi.

“Jika hal ini berhasil maka kelompok tani yang menanam sorgum diperluas, dan pemerintah desa kemudian, apakah melalui BUMDES,untuk membangun bisnis berbahan baku sorgum, misalnya beras, tepung sorgum atau jenis produk olahan yang lain,”saran Ambros. Masyarakat yang menyediakan sorgum sedangkan BUMDES secara bisnis mengolah sorgum menjadi aneka macam produk sorgum atau menjadi penyedia benih.

Penulis : Rikhardus Roden Urut




Dokumentasi kegiatan-kegiatan Yayasan Ayo Indonesia/Yayasan Kehati Jakarta/SDW-SVD

Pengembangan sorgum untuk Ekonomi, Gizi dan Ekologi (Sorgum 3-i)

























Posting Komentar

0 Komentar