Header Ads Widget

Kelompok Disabilitas Bangun Ekonomi Melalui Bisnis Sayuran organik


UMPUNGJAYASIAR.COM



Membuat bokasih arang sekam


Yayasan Ayo Indonesia, Kamis (21/10/2021), melatih cara mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik bokasih dan memasang plastik mulsa pada bedeng untuk mencegah kerusakan sayur-sayuran saat kondisi curah hujan tinggi, biasanya terjadi pada bulan Nopember hingga April kepada 11 orang anggota Kelompok Disabilitas Desa (KDD) di Kampung Jaong, Desa Jaong, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai bertempat di rumah dari salah satu peserta pelatihan.

umpungjayasiar.com, Ruteng. Sebelum pelatihan tehnis diberikan, Stefanus Jegaut, Staf Pendamping Program Agribisnis dari Yayasan Ayo Indonesia, bersama-sama peserta melakukan analisa sederhana melalui pendekatan Lejong tentang perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran keluarga pada kondisi 2 tahun terakhir, menggunakan format anggaran dan pendapatan belanja Keluarga.
Hasil diskusi partisipatif ini, diketahui bahwa pendapatan tetap keluarga yang berasal dari hasil pertanian cenderung menurun karena produktifitas komoditi-komoditi tersebut mengalami penurunan. Sedangkan di sisi lain pengeluaran tahunan keluarga terus meningkat dari segi jumlah dan jenis pengeluaran, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun untuk pembiayaan urusan adat dan sosial kemasyarakatan.


Membuat bokasih arang sekam

Data-data hasil lejong (diskusi) itu juga menegaskan bahwa jumlah pendapatan dan pengeluaran yang dihitung bersama-sama pada lejong tersebut, sungguh mengagetkan dan menyedihkan, sebab hampir semua peserta mengalami kekurangan uang (defisit), pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, sehingga tidak heran jika mereka sering meminjam uang, dan salah satu konsekuensinya, mereka terpaksa pergi meninggalkan kampung untuk bekerja mencari uang untuk mengembalikan pinjaman dan membeli kebutuhan dasar keluarga. Bekerja sebagai Buruh tani di kampung Jaong juga tidak menjanjikan. Meskipun demikian kondisinya, ada satu hal menarik, terkait cara mereka mengatasi soal kekuarangan uang, yaitu mereka memproduksi nyiru yang terbuat dari anyaman bambu secara ruting walaupun hasilnya sebatas untuk menambah pendapatan. Hal ini dibenarkan oleh Ardi, salah satu peserta pelatihan, menurutnya hasil penjualan nyiru setiap bulan belum mampu mengatasi persoalan kekurangan uang.



Pemasangan plastik mulsa

Mereka mengakui setiap bulan mereka menjual 25 – 30 buah nyiru dengan nilai penjualan maksimum sebesar Rp 500’000.
Pendekatan lejong untuk menganalisa perbandingan antara jumlah pendapatan dan pengeluaran serta mendata lahan-lahan kosong yang belum dikerjakan ini, mau menyadarkan peserta dan juga memastikan bahwa mereka sebenarnya butuh upaya peningkatan pendapatan, memaksimalkan penggunaan tanah untuk mencapai tujuan keuangan, sehingga peserta harus bekerja produktif tentu mengacu kepada kondisi Anggaran dan pendapatan mereka saat ini.

Lahan-lahan kosong harus dimanfatatkan untuk pelihara ternak, sayur-sayuran dan menanam tanaman umur panjang. Selain itu, mereka disadarkan juga tentang prinsip kehatian-hatian dalam membelanjakan uang, ini sangat penting dan mendesak, supaya pembelanjaan keuangan mereka lebih fokus kepada pemenuhan kebutuhan dasar dan menabung.


Beri bantuan benih

Dari hasil pemetaan ini, Stef menyarankan mereka untuk mengolah lahan kosong milik sendiri dan Stasi Jaong untuk bisnis sayur-sayuran minimal 2 are per KK sedangkan pada lahan yang jauh dari sumber air sebaiknya ditanami tanaman umur panjang. Usulan ini sangat beralasan, sebab kata Stef permintaan sayur—sayuran dan komoditi perdagangan akhir-akhir ini meski dalam situasi pandemic covid-19 cenderung meningkat.

"Kami dari Yayasan Ayo Indonesia siap melakukan pendampingan tehnis, motivasi dan membantu menghubungkan petani sayur-sayuran dengan beberapa pembeli yang sudah menjadi sahabat. Tujuan kami berteman dengan bapak-ibu di sini adalah untuk berbisnis,"tegas Stef, yang dikenal juga sebagai salah pebisnis kos-kosan di Kampung Nekang ini.
Setelah sesi pelatihan dalam ruangan, fasilitator dan peserta menuju ke kebun miliki salah satu peserta, di atas kebun ini mereka meramu bahan-bahan sisa pertanian, kotoran ternak (babi dan sapi), dan arang sekam menjadi pupuk organik bokasih sebanyak 1 ton.

Penggunaan arang sekam pada musim hujan bertujuan untuk mengendalikan volume air dalam tanah agar tidak mencapai titik jenuh yang dapat mengakibatkan rusaknya akar dan daun sayur-sayuran. Kemudian mereka mempraktekkan pemasangan plastik mulsa di atas bedeng yang berjumlah 6 unit agar percikan air hujan tidak merusak lahan yang telah diisi pupuk organik, mengurangi gulma dan menghemat penggunaan air pada musim kering.

Stef juga mengatakan kepada peserta bahwa plastik mulsa dan arang sekam merupakan bentuk dan jenis tehnologi sederhana yang dapat mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim.


Babi bantuam Yayasan Binaswadaya

Untuk diketahui, 3 anggota dari kelompok KDD Desa Jaong ini, pada bulan Februari 2021 mendapat bantuan bibit babi dari Yayasan Binaswadaya Jakarta untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka melalui bisnis sayur-sayuran secara organik.


Penulis : Rafael Johantrisno Mada

Dokumentasi kegiatan-kegiatan bisnis pertanian organik










Posting Komentar

0 Komentar