UMPUNGJAYASIAR.COM
Persekutuan Umat di Wilayah II, Ka Sama |
GEREJA SINODAL: PERSEKUTUAN, PARTISIPASI DAN PERUTUSAN
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong merayakan Misa Pembukaan Sinode
Universal, Minggu (7/11/2021) dipimpin oleh Pater Kristianus Sambu,SVD, Pastor
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, dihadiri ratusan umat Paroki dari 7 Wilayah.
umpungjayasiar.com, Ruteng. Pada awal homilinya, Pater Kris mengatakan, pada tanggal 07 Oktober 2021 yang lalu,
Paus Fransiskus telah membuka secara resmi Sinode Para Uskup Se-dunia yang akan
berpuncak pada tahun 2023. Selama masa-masa persiapan menuju puncak sinode
universal tersebut, Paus Fransiskus menghimbau umat, pertama-tama adalah berdoa
memohon bantuan Roh Kudus agar proses sinode ini dapat berhasil dan membawa
pembaharuan iman dan wajah Gereja di tengah dunia. Oleh sebab itu, tema yang
diusung adalah GEREJA SINODAL: PERSEKUTUAN, PARTISIPASI DAN
PERUTUSAN.
Gereja sebagai
Persekutuan, ujar Pater Kris, harus menampilkan wajah yang senantiasa
mengutamakan persaudaraan, kebersamaan, solidaritas dan kepedulian satu sama
lain. Sebagai sebuah persekutuan, Gereja mesti terlibat dan melibatkan diri
dalam seluruh karya perutusannya. Itulah Gereja yang Partisipatif. Semua umat
Allah terlibat dalam kebersamaan. Gereja yang bersekutu dan partisipatif akan
selalu bahu membahu dalam seluruh karya perutusannya. Karya misi Gereja adalah
karya misi Kristus. Oleh sebab itu, Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus dan
sekaligus Murid-Murid Kristus dengan seharusnya terlibat dalam karya Perutusan
itu. Seperti apa karya perutusan Gereja itu? Kita dapat menimba dari kekuatan
dan inspirasi Sabda Allah yang diperdengarkan kepada kita hari ini.
Menurut dia, Bacaan pertama dari Kitab Pertama Raja-Raja, penulis hendak memperlihatkan kepada kita sebagai anggota Gereja, BAGAIMANA BERIMAN ITU? Kepada kita ditunjukkan iman nabi Elia. Elia yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan sebagai pemberi segala yang baik. Elia dalam karya pewartaannya berserah diri kepada Tuhan yang akan menyelenggarakan hidupnya, tanpa cemas dan bimbang, ia terus melaksanakan tugas perutusannya dengan penuh iman.
Rumah Gendang Ka Sama/Foto RR |
Selain iman Elia,
penulis suci menampilkan kepada kita iman si janda dari Sarfat itu.
Si janda mendengar dan berpegang teguh pada apa yang dikatakan oleh nabi Elia
kepadanya dan memberikan segala yang diperlukannya sendiri untuk hidup. “Tepung
dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak
akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi.” Dengan
perkataan Elia itu, si janda membuatkan bagi Elia sebuah roti bundar kecil dari
tepung yang sedikit yang masih ada padanya.
Selanjutnya, jelas Pater
Kris, di dalam Injil hari ini juga berkisah tentang aksi seorang janda lain.
Seorang janda miskin yang berani memberi dengan penuh kasih, bahkan dari
seluruh nafkahnya karena Ia menyandarkan hidupnya secara total pada kemurahan
dan penyelenggaraan ilahi. Tindakan janda ini dipuji oleh Yesus karena meskipun
si janda itu miskin secara material, namun ia sangat kaya dalam iman.
“Apa yang patut kita
pelajari atau kita petik dari pengalaman dua janda dalam Kitab Suci ini?,”pertanyaan
reflektif dari Pater Kris
Pertama, melalui sosok para janda ini kita
diingatkan akan peran kita dalam karya pewartaan Allah bahwa kita dipanggil
untuk ikut serta dalam pewartaan yang universal. Kedua, janda-janda
itu menggambarkan keadaan kita manusia yang ditawari rahmat Allah.
Tuhan selalu dengan senang hati menunggu tanggapan kita terhadap
undangannya. Undangan Tuhan agar kita berpartisipasi dalam karya
pewartaan keselamatan itu. Caranya sederhana yang Tuhan minta dari kita seperti
kepada para janda itu: berilah dengan penuh kasih dan keikhlasan, maka
kita pun akan dilimpahi berkat-Nya.
Memang seringkali kita, lanjut Pater Kris, terlalu mencemaskan diri dengan berbagai tuntutan dalam hidup ini yang sesungguhnya tidak menjadi kebutuhan yang mendesak. Antara keinginan dan kebutuhan belum bisa kita bedakan, sehingga kita selalu merasa berkekurangan. Akibatnya, kita menjadi sulit untuk berbagi dan memberi.
Lejong Pastoral di Gendang Ka Sama/Foto RR |
Sebagai anggota Gereja
Paroki ini, marilah kita bercermin pada aksi kedua janda dalam kitab suci hari
ini. Kita sering berkeluh kesah bahwa Gereja tidak berbuat apa-apa bagi saya.
Kiranya kita bertanya, “Siapakah Gereja itu?”
Bukankah saya adalah
Gereja itu sendiri? Maka jika saya bertanya, apa yang Gereja perbuat untuk
saya? Mestinya saya pun harus bertanya, “Apa yang telah saya lakukan bagi
Gereja?”
Selama ini, ungkap Pater
Kirs kita telah berkomitmen untuk membangun diri kita sebagai Gereja- Tubuh
Kristus – dalam persekutuan (koinonia) di paroki Ekaristi
Kudus Ka Redong. Melalui persekutuan itu kita dipanggil untuk berPARTISIPASI dalam
membangun diri kita Bersama: di bidang iman, dengan terus berusaha mendekatkan
diri dengan Tuhan dan sesame melalui kegiatan liturgi (Liturgia);
melalui katekese, pendalaman tema-tema Kitab Suci; doa rosario, penyembahan
Sakramen Mahakudus, dan sebagainya. Di dalam liturgi dan persekutuan itu kita
menemukan jalan untuk melayani, teristimewa bagi saudara-saudari kita yang
membutuhkan, itulah karya PELAYANAN (diakonia) kita. Dalam dan
melalui kegiatan-kegiatan nyata kita itu, sesungguhnya kita telah menjalankan
tugas PEWARTAAN (kerygma) kita sebagai murid-murid Kristus
yang diutus. Dan seluruh hidup dan karya kita yang diselubungi oleh Roh Ilahi
inilah sesungguhnya kita tengah memberikan KESAKSIAN (martirya) secara
nyata.
Kedua janda itu telah
mengingatkan kita akan doa Santu Fransiskus Asisi agar hidup kita ini
hendaknya menjadi berkat bagi orang lain: “Tuhan, semoga aku lebih ingin
menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada
dicintai, sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni…..”
Sikap kedua janda ini
telah memperlihatkan kepada kita bahwa cinta mereka kepada Allah tidak akan
sia-sia, sebab Allah sudah lebih dahulu mengasihi mereka.
Inilah yang diperlihatkan kepada kita oleh penulis surat Ibrani dalam bacaan kedua tadi. Yesus adalah Imam Agung yang telah mempersembahkan diri-Nya sebagai korban silih atas dosa-dosa kita. Itulah sebuah pemberian Kasih yang tidak tertandingi.
Persekutuan Umat di Wilayah I Woang |
Dengan memulainya tahun Sinode Universal ini, kita umat beriman, anggota Gereja Kristus, tidak terkecuali Gereja lokal Keuskupan Ruteng dan Umat Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, dipanggil untuk senantiasa membangun; 1) Persekutuan sejati: dengan hidup di dalam kasih persaudaraan, pengampunan, saling pengertian.2) Gereja yang Partisipatif: anggota Gereja yang terlibat dalam segala bidang kehidupan: rohani/liturgi, karya-karya nyata, memberi derma, sukseskan GESSHAR, bergotong royong dalam aksi-aksi social karitatif, terlibat dalam kehidupan social masyarakat sebagai bentuk kesaksian kita di tengah dunia. 3) Kesadaran tugas perutusan kita sebagai anggota Gereja. Rahmat dan berkat Tuhan yang kita peroleh perlu dibagi kepada sesama: bisa secara material, bisa juga secara rohaniah. Santu Paulus mengatakan kepada umat di Roma, “Hendaknya kamu sehati dan sepikir; menangis dengan yang menangis; tertawa dengan yang tertawa.’ Perutusan kita adalah perutusan Gereja. Perutusan Gereja adalah Perutusan Kristus.
“Marilah kita memohon
agar sinode universal sukses dan berhasil. Semoga iman kita pun bertumbuh dan
berkembang dalam penyerahan yang total kepada Penyelenggaraan Ilahi serta
semakin berani berkorban di dalam kasih sebab Tuhan sudah lebih dahulu
mengasihi kita, dan Dia tidak akan mengingkari janji-Nya untuk melimpahkan
berkat-Nya bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya,”ajak Pater Kris diakhir
kotbahnya.
Kegiatan Pastoral DPP
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong minggu lalu
Dewan Pastoral, Minggu
(7/11/2021), setelah perayaan misa kedua mengadakan pertemuan Pastoral,
dipimpin oleh Paul Peos, Ketua Pelaksana DPP Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong
untuk membicarakan tentang Kepanitiaan Perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru
2022, bertempat di Pendopo pastoral, dihadiri 35 orang, terdiri dari unsur
Pengurus Wilayah, Pengurus KBG, Pimpinan-pimpinan Biara dan OMK.
Dalam suasana kekeluargaan peserta sepakat untuk menyerahkan tanggungjawab kepanitian Perayaan Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru 2022 kepada Wilayah II Ka Sama.
Persekutuan Pelayan Gereja/Foto RR |
Sedangkan petugas-petugas liturgy selama perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, menurut Silvester Manca, Ketua Seksi Liturgi Paroki, untuk yang bertugas membawakan Koor, Persembahan, Lektor/lektris, Pemazmur dan ajuda dipercayakan kepada Wilayah-wilayah, OMK dan Sekar Sekami SDK Ka Redong dengan pengaturan, sebagai berikut ;
Perayaan Misa |
Petugas Liturgi |
Malam
Natal |
OMK
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong |
Hari
Natal |
|
·
Misa Pertama |
Wilayah IV |
·
Misa Kedua |
Wilayah VI |
Natal Kedua |
Sekar-Sekami
SDK Ka Redong |
Malam Tutup Tahun |
Wilayah
I |
Misa Tahun Baru |
Wilayah III |
Misa hari Minggu tanggal 2 Januari
2022 |
|
·
Misa
Pertama |
Wilayah I |
·
Misa
Kedua |
Wilayah VII |
Hilarius Supandi, Ketua Wilayah II Ka Sama kepada peserta rapat mengatakan umat wilayah II bersedia dan siapa menjalankan tugas ini, dan kami mohon dukungan kita semua dan dalam waktu yang tidak terlalu lama kami akan menyelenggaraan rapat pembetukkan panitia di Wilayah II, rencananya, rapat ini akan dilakasanakan di Rumah Gendang Ka Sama.
Menutur Paul Peos,
tanggungjawab kepanitiaan perayaan hari-hari Raya di Paroki Ekaristi Kudus Ka
Redong diserahkan kepada Wilayah-wilayah dan cara ini tentu sudah menjadi
“tradisi”di Paroki kita, perlu dipertahankan dan hal ini merupakan kekhasan
kita dalam menjalankan tugas pengudusan (liturgia).
Terhadap dinamika
pastoral ini, Pater Kris selaku Pastor Paroki dan Ketua DPP berpendapat bahwa
Wajah Persekutuan Gereja terungkap sangat nyata dalam kebersamaan para anggota
DPP, DKP, para pengurus wilayah, OMK dan pengurus KBG-KBG dalam pertemuan
pembentukan panitia natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Sebanyak 35 peserta rapat
hari ini dalam suasana persaudaraan penuh kasih bersama-sama memberikan
gagasan, pendapat dan pikiran yang sangat konstruktif untuk membangun kehidupan
paroki yang semakin visioner dan misioner.
Semua bersepakat dan menyadari, ujar Pater Kris, bahwa situasi Gereja harus dimulai dari tingkat basis, keluarga dan komunitas kategorial. Sekarang saatnya kita beralih dari pola pastoral yang "top down", di mana segala sesuatu menunggu dari instruksi Pastor dan DPP kepada pola pastoral "bottom up", umat sebagai anggota Gereja mesti berinisiatif terlibat dan melibatkan diri secara penuh.
Hilarius Supandi,Ketua Wilayah I |
Dengan demikian, tambah
Pater Kris, kita semua sebagai anggota Gereja dalam bidang tugas dan kemampuan
masing-masing mengabdikan diri dalam karya pewartaan pastoral kita bersama.
Perbedaan perbedaan bukanlah halangan, melainkan menjadi sumber kekayaan
kemampuan kita untuk diberdayakan dan diabdikan kepada pelayanan Gereja.
“Terimakasih untuk kesediaan kita semua yang semakin nyata dari waktu ke waktu untuk membangun paroki kita yang lebih baik,”ucap Pater Kris.
Bagian Publikasi Karya Pastoral : Rikhardus Roden Urut
0 Komentar