Header Ads Widget

Sebab TUHAN-lah terang dan keselamatanku ; Tuhan-lah benteng hidupku.

UMPUNGJAYASIAR.COM

Pater Kons Beo,SVD, Tinggal di Roma, Italia


 ROMA, Sabtu, 13 November 2021

*(Pekan Biasa XXXII - St Eugenius dr Toledo, St Stanislaus Kostka)*


Bacaan I Kebijaksanaan 18:14-16; 19:6-9

Mazmur 105:2-3.36-37.42-43

Injil Lukas 18:1-8


*"Deus autem non fàciet vindìctam electòrum suòrum....?"*


Luk 18:7

(Bukankah Allah akan membenarkan para pilihanNya....?)


DOA, di kedalamannya, adalah seluruh diri kita yang hadir di hadapan Tuhan. Di situ, terciptalah satu relasi terus-menerus. Antara kita dengan Tuhan, Sang Pencipta.


DOA bukanlah 'waktu dan tempat khusus.' Yang *hanya* dikaitkan *sebatas* kebutuhan dan situasi genting darurat di hidup ini. Doa bukanlah pula satu kegiatan sebagai  bagian dari hidup. Tidak! Doa adalah keseluruhan nafas hidup. Doa, kata si bijak, *"adalah nutrisi spiritual setiap manusia."*


DOA adalah suasana hati kita yang tercahayai. Demi menyapa dan disapa oleh Tuhan sendiri. Bahwa IA selalu hadir, dekat  dan tetap jadi *SAHABAT SETIA* di perjalanan hidup ini. Dalam apapun kisah hidup yang kita alami dan hadapi.


KARENA itulah doa adalah tawaria, jerit tangisan, syukur dan terimakasih. Itulah suasana dan bahasa keseharian kita. Yang sepatutnya terarah pada Tuhan.


HATI penuh syukur adalah syarat dasar dari doa itu. Bincang-bincang  dengan Tuhan mesti jadi pengalaman terindah. Entah sebagai satu kisah sapaan pribadi. Pun sebagai tautan seruan dalam nada penuh  kebersamaan. Dalam satu tenunan iman dan spirit.


SUKSES atau gagal, ceriah atau sedih, sehat dan sakit,  harapan atau putus asa, kuat atau letih lesuh, berdiri kokoh dan jatuh,  pasti dan penuh bimbang, dan seterusnya adalah kisah-kisah batin dan pengalaman konkrit setiap kita manusia.


DI BALIK segala ziarah batin itu, doa tetap jadi sumber air sejuk agar kita tak terbawa arus rasa. Ingatlah! Segala sukses dan selalu  merasa teguh bisa menggiring kepada kesombongan. Sebaliknya, larut dalam kegagalan bisa lahirkan tangisan tanpa jedah dan tiada harapan.  Hidup bukanlah alur ceriah tanpa batas. Pun bukanlah ratap tangis tanpa akhir.


MAKA dalam doa itu, hatiku selalu berujar penuh harapan: di tawa dan tangis hidup, di senyum di bibir pun keluh di dada, tetap kucari Wajah Allah-ku. Di pintu Kenisah HATINYA aku terus mengetuk. "Aku tak bisa berpaling."


Sebab: TUHAN-lah terang dan keselamatanku...; Tuhan-lah benteng hidupku... (Mzm 27:1).


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar