Header Ads Widget

Pater Kons Beo, SVD ; RANTAI kesombongan tengah memborgol hati kita...

Bacaan I 1Samuel 1:24-28

Mazmur 1Sam 2:1.4-5.6-7.8abcd

Injil Lukas 1:46-56.


*"Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya"*

1:48

(Quia respexit humilitatem ancillae suae)


ALAM penuh persaingan  itu sering tak terhindarkan. Sepertinya itu sudah jadi 'gelora wajib' dalam kebersamaan. 


MENGUKUR diri sendiri di posisi 'lebih layak' sering jadi hasrat dan ambisi diri tak terkontrol. Tak cuma itu! Bahkan gelora mendapat pengakuan _lebih baik, lebih layak dan lebih saleh_ dari publik pun sering deras melaju.


RANTAI kesombongan tengah memborgol hati kita. Sebab dari situ kita menjadi sesuka hati untuk menistakan nasib sesama yang dianggap 'tak suci lahir dan di dalam batin.'


KITA bisa terjerat keyakinan bikinan diri sendiri bahwa 'kesalehan dan surga' adalah 'punya kita sendiri.' Yang terlabel laknat dan haram mesti dan wajib dipastikan terenyah jauh. 


BETAPA mahalnya kerendahan hati itu. Betapa sulitnya hidup 'biasa-biasa saja' dalam rahmat dan belaskasih Tuhan. Kita bukanlah siapa-siapa untuk 'meninggikan dan membenarkan diri sendiri dan lalu  menistakan yang lain.'


SEBALIKNYA, kerendahan hati adalah pula satu kesadaran yang tulus. Bahwa kita bukanlah segalanya. Bahwa jalan hidup kita juga penuh lika-liku. Tak lurus. Pun berirama tak jelas. 


KERENDAHAN hati yang benar tentu jadi petunjuk arah hidup yang benar pula. Untuk kembali pulang kepada sesama dalam Kasih. Pun terutama untuk kembali kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Di sini, bantuan doa Bunda Maria kita panjatkan.


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Maranatha.

Tuhan memberkati

Amin.

[22/12 17.54] Pater KONS BEO: *Kamis, 23 Desember 2021*

*(Pekan III Adventus - St Antonio Galvao, St Yohanes dr Kanty)*


Bacaan I Maleakhi 3:1-4; 4:5-6

Mazmur 24:4bc.8-9.10.14

Injil Lukas 1:57-66


*"Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia..."*

Luk 1:64

(Apertum est autem illico os eius...)


KITA bakal tak sanggup berbicara lugas. Itu terjadi karena isi bicara kita tak lahir dari hati nan teduh dan bening. Suara kita telah terlanjur 'mentah.' Tak berdaya. Tiada bergaung.


KATA-KATA kita jadi tertahan. Tak sanggup terucapkan. Kita sungguh 'mati langkah' untuk ungkapkan rasa dan pikiran.  


TETAPI bisa juga sebaliknya. Kita jadinya lantang bersuara. Namun semuanya sebatas hambur-hamburkan kata  dan suara. Jauh dari keyakinan dan rasa percaya diri. Yang sepantasnya dipunyai.


ADA yang salah dari Zakharia, suami dari Elizabet yang tengah mengandung itu. Ia jadi bisu untuk tak 'sanggup  bersuara.' 


ZAKHARIA harus dibisukan dan 'jadi bisu.' Ia tak sanggup berkata-kata lagi. Karena  ia ragukan kuasa ilahi yang melampaui segalanya.


BAGAIMANA PUN, ada saatnya ketika mulut Zakharia kembali terbuka. Itu terjadi saat ia telah pulang di jalur rencana dan kehendak Tuhan. Saat ia harus 'menyebut nama dari putra kelahiran baginya: *Namanya Yohanes.'*


MENGAPA mulut kita jadi terkatup? Dan lidah kita jadi tak bersuara? Kita sungguh jadi 'bisu'? Kita jadi diam tak berkata? Mungkinkah itu karena kita terlalu asyik pada perhitungan  yang berpusat pada ego dan kepentingan diri sendiri?


SEBALIKNYA, yang ada di jalan nilai-nilai dan kehendak Tuhan, serta demi kepentingan bersama, ia pasti berkemampuan untuk lantang bersuara. Dan ia tak akan pernah diam membisu!


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Maranatha.

Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar