Header Ads Widget

Pater Kons Beo, SVD ; Mengampuni adalah satu panggilan untuk membebaskan..



Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Mrk 2:8


SIAPA bilang kita manusia itu selalu 'sepih sendiri?' Tiada apa dan siapapun. Sebagai sahabat setia pendamping. 

ENTAH kita sendiri tanpa siapa, tetap saja ada sesuatu yang jadi pendamping setia. Itulah arus dan isi pikiran kita.  Dia bisa terbentuk dalam rencana, kehendak, harapan, hasrat hati, cita-cita. Juga dalam khayalan liar yang mengembara. Tanpa tujuan.

TETAPI, yang terpenting bagi kita adalah bobot dari isi pikiran itu. Tentu ia berbarengan dengan aspek kehendak yang lahir dari suasana hati. Isi pikiran yang suram buram pasti lahir dari kehendak hati tak nyaman. Sebaliknya, isi pikiran yang berbobot, tentu terungkap dari aura kehendak hati yang sehat. 

TERHADAP *seseorang* kita punya bobot pikiran, ada suasana hati yang (telah) tercipta. Bahkan hingga sampai pada penilaian ini itu dan sana sini. Hidup memang mesti miliki bobot yang ditakarkan. Dan di situ kita jadi tahu bahwa setiap orang punya titik kekuatan dan juga titik ketaksanggupannya.



TETAPI di atas segalanya ada patokan dasar *harkat dan martabat manusia*. Hal itulah yang jadi kunci kita memandang  sesama manusia. Agar siapapun dapat hidup, berkembang dan berbuah. Demi satu jalan dan suasana hidup yang berubah dan berarti.

APA yang digugat Yesus sungguh jelas dan menantang! Demi si lumpuh, Tuhan mesti bertindak sesuatu. Untuk membebaskannya lahir batin. Mengampuni adalah satu panggilan untuk membebaskan. Sebab kita mesti hidup dalam suasana hati sejuk segar.

MAKA 'bongkarlah atap kepala' kita andaikan kita masih tetap berpikir yang itu-itu saja. Yang masih dalam alam kelumpuhan suasana. Yang sudah jadi amat pelit tebarkan senyum dan tawa tulus. Padahal, kita dipanggil untuk mencintai. Sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri.


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar