Header Ads Widget

Pater Kons Beo,SVD ; HATI HATI KITA bisa 'memuja diri sendiri' dalam banyak hal....


*"Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala"* 1Yoh 5:21

umpungjayasiar.com, RUTENG. KEMBALI pulang pada inti kehidupan bukanlah perkara mudah. Inti kehidupan itu dijumpai dalam kedisiplinan perjumpaan dengan Tuhan. Dari situ dikaji penuh teduh dan mendalam: Apa yang menjadi kehendakNya.

KAUM beriman pun temukan identitas dirinya saat memahami penyelenggaraan Tuhan. Itulah yang menjadi kisah kehidupan yang dialami para nabi, para kudus dan para abdi Allah.  KehendakNya selalu terang dan nyata.

NAMUN, menjadi 'diri sendiri' sering jadi tantangan tak kecil. Saat kita diuji untuk meneropong segala sesuatu dalam dan melalui bingkai 'pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan.'

KITA bisa 'memuja diri sendiri' dalam banyak hal. Di situ, kita merawat dan membesarkan ego-diri. Kita lumpuhkan rencana dan kehendak Tuhan. Menggantikan semuanya dengan hanya 'jalan dan pikiranku sendiri.' Bahkan narcisme rohani pun bisa terlahir di situ. Sebab diri sendiri disembah sebagai pangkalan kesalehan.

MEMBERHALAKAN 'pikiran, perasaan, dan kehendak sendiri' bisa lahir dari kesombongan diri. Bisa terlahir pula dari isi jiwa yang terpasung. Yang sulit terbongkar karena, sekali lagi, begitu keras dan kakunya 'pemujaan terhadap diri sendiri.' 

TETAPI pada kenyataannya, 'sikap memberhalakan sesuatu' bisa lahir pula dari ketakutan dan kekerdilan hati di dalam perjumpaan dengan dunia dan sesama. Sebab, di dalam perjumpaanlah, ungkapan diri itu diuji. 

*KETAKUTAN* dan *jiwa yang kerdil* membuat kita gugup dan gagap dalam iklim keberagaman dan perjumpaan sejuk dengan sesama. Jadinya, kita lalu 'bersembunyi dalam diri dan kelompok sendiri.' Di lingkungan terbatas seperti itu kita mudah terjerembab untuk _saling menyesatkan dengan tema yang bukan berakar pada kehendak Tuhan. Bukan pula  demi kebaikan bersama.

MERUNTUHKAN semua berhala dengan segala akibatnya tentu akan membawa kita kepada _kebebasan hidup sebagai anak-anak Allah. Dari situ, kita menjadi segar berseri terhadap sesama. Menjadi pemenang Kasih dalam dunia.

INGATLAH, misalnya, Anda mungkin sulit mengampuni, karena Anda belum bebas dari 'alam menyembah berhala pada rasa dan posisi diri tinggi serta selalu wajib benar.  

BERHATI tak lembut dan kaku serta sangar tanpa aura Kasih tetap jadi ancaman. Sebab kiat demi 'penebalan pemujaan terhadap kekerasan' telah menjadi pilihan satu-satunya. Bagaimanapun, dalam Tuhan, Kasih selalu memenangkan segalanya!



Pembaptisan Tuhan


BETAPA mulia kisah Pembaptisan Tuhan. Bukan agar Ia disucikan. Karena dari sediakala Ia tanpa dosa. Pembaptisan Tuhan jadi tanda bahwa hidup kita dirahmati oleh kuasa Allah sendiri. 

KISAH Pembaptisan Tuhan canangkan betapa hidup kristiani kita dihubungkan dengan kuasa langit dan suara yang terdengar dari dalamnya. *"Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan"* (Luk 3:22).

GEREJA, murid-murid Tuhan terpanggil untuk berkiblat pada 'Putera terkasih, Anak yang diperkenankan.' Dalam Pembaptisan Tuhan, kita kenangkan pula 'rahmat pembaptisan yang telah tercurah atas diri kita.'

KITA menjadi 'manusia baru.' Dan sebagai 'manusia baru, yang dirahmati, kita berziarah dalam Jalan hidup ini. Itulah 'hadiah ilahi' yang kita terima. Rahmat permandian meneguhkan kita. Ia ingatkan pula akan tanggungjawab dalam peristiwa permandian: sebagai orang yang membaptis? Yang menjadi saksi? Sebagai orangtua? Dan terutama sebagai orang yang dibaptis? Tuhan tempatkan tanggungjawab kehidupan kristiani dari *peristiwa rahmat* itu.

SEPANJANG hidup  sebagai anggota Gereja, murid Tuhan, tetap tertanam dalam seluruh diri kita satu pertanyaan: 'Apakah rahmat permandian itu berbuah dalam hidup pribadi, demi sesama dan dunia, serta demi kemuliaan Tuhan?'

KITA tentu tak dapat berjalan sendiri. Tuhan pasti hadir dalam diri sesama. Tuhan hadir dalam peristiwa hidup yang kita alami. Kita memang tak dapat berjalan sendiri.

PADA saatnya kita pasti akan kembali pulang pada Tuhan pencipta. Dalam pengharapan yang kokoh. Mari renungkan keyakinan Rasul Paulus yang ditulisnya kepada Titus:

"Dengan demikian, kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh Kasih KaruniaNya, berhak menerima hidup kekal, sesuai dengan pengharapan kita" (Titus 3:7). 



*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Selamat Hari Minggu

Tuhan Memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar