Header Ads Widget

Pater Konse Beo, SVD ; Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh Allah

 *Rabu, 16 Februari 2022




*(Pekan Biasa VI - St Onesimus, Sta Veridiana)*


Bacaan I Yakobus 1:19-27

Mazmur Tanggapan Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5

Injil Markus 8:22-26


*"Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh Allah"*

Yak 1:20

(Ira enim virì iustitìam Dei non operàtur)


YAKOBUS, Rasul, ingatkan para pendengarnya akan satu hal penting. Ini berkaitan  dengan rasa hati tak karuan. Yang tersembur dalam amarah. 

TETAPI, mari dalami saja kisah amarah kita dalam keseharian. Kita memang tak luput untuk ungkapan rasa marah. Ada banyak hal yang jadi alasan buat kita jadi marah. Ada sebab 'yang masuk akal.' Tetapi, ada juga yang 'sulit dimengerti.'

ADA yang spontan ungkapkan rasa marahnya. Dan selesailah sudah. Titik! Tetapi, ada yang amarahnya berlanjut terus. Dirawatnya dalam dendam. Diperamnya  dalam kebencian. Sambil menanti saat: 'Kapan ungkapkan lagi rasa marah dan tak sukanya!'

DALAM keseharian, lihat sajalah. Ada yang 'suka marah-marah.' Hal kecil saja direaksi dengan gelegar kemurkaan teramat sangat. Tetapi, ada yang lebih dari sekedar ungkapkan rasa marah. Namanya 'hati penuh benci dan tidak suka sama sekali pada yang tak berkenan di hati.' Ini yang benar-benar fatal.

MAKA, teramat jelas dan  tak sulit untuk dapat bedakan antara 'tatapan mata kemarahan' dan 'sorot tajam mata penuh benci.' Apalagi kalau ditambah dengan 'pasang muka setebal dan sekeras karang laut.' Repotnya lagi kalau mukanya saja  'aslinya sudah tak promotif. Dan jauh di luar level wajah iklan.'  Aduh! Betapa angkernya hidup  bersama ini. 

LAIN lagi dengan orang yang ungkapkan rasa marah hanya untuk lebih  menyudutkan 'yang dianggap bersalah.' Ia tak peduli sedikit pun akan bagaimana cara yang cantik dan tepat untuk 'temukan kembali yang bersalah.' Pokoknya asal semprotkan saja kata-kata 'yang tidak enak punya.'

DENGAN bangganya si pemarah proklamasikan dirinya, "Tadi tu saya sudah sikat dia tidak ada sisa memang!" Aneh juga ya? Bahwa ada orang yang bisa berbangga ria dan rasa girang karena ia sudah melabrak sesamanya. 

TETAPI, ada juga yang marah-marah, atau 'bikin kesan marah-marah' yang sebenarnya hanya ingin buat reklame dan cari perhatian publik bahwa ia lagi punya kuasa, posisi dan tanggungjawab penting. Dan semua orang harus akui itu. Setidak-tidaknya lewat 'wajah _over serius dan bernada penuh genting.'_  

BAGAIMANAPUN, amarah itu amat manusiawi. Sesama pun  sering membuat kita tersakiti. Saudara-saudari kita pun melakukan banyak kesalahan. Onarnya juga bertimbun dan berlapis-lapis endapannya.

KINI, dalam spirit Yesus sang Guru, yang ditangkap oleh Rasul Yakobus, rasa marah itu perlu disalurkan dalam jalan yang teduh. Tetap tegas dan teguh dalam prinsip, tetapi mesti lembut dalam cara. Karena, apa pun terjadi, di ujungnya, kita ingin dapatkan kembali saudara-saudari kita yang bersalah. Cara seperti inilah yang dibenarkan oleh Allah. 


Bukankah demikian?


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar