Header Ads Widget

Pater Kons Beo, SVD ; SEBAB 'kehendak Tuhan itu' tak pernah melayang-layang bagai awan gemawan di ketinggian langit.

 *Selasa, 08 Maret 2022*

*(Pekan I Pra-Paskah, St Apollonius dr Antinoe, St Filemon, St Yohanes a Deo )*

Bacaan I Yesaya 55:10-11

Mazmur Tanggapan Mzm 34:4-5.6-7.16-17.18-19

Injil Matius 6:7-15


*"Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga"* Mat 6:10

(Adveniat regnum tuum, fiat voluntas tua, sicut in caelo et in terra)


DOA adalah seruan penuh iman, harapan dan kasih. Dilantunkan pada Tuhan. Untuk kisahkan padaNya apa yang tengah kita alami. Dalam balutan suasana hati.


DOA bisa jadi bahasa syukur-pujian. Setidaknya, kita bisa jalani dan hadapi hidup ini. Doa pun bisa ungkapkan suara jerit pilu di hati. Saat air mata tertumpah dari dalam hati penuh kelu. 


TETAPI, doa bukanlah ungkapan pemantraan. Dengan rumusan angker yang menakutkan. Yang memakai dan serukan nama Tuhan untuk drama pembinasaan dan penghancuran. Bukan!


DALAM doa, pada intinya, termuaralah harapan hati paling dalam. Itulah Kehendak Tuhan yang mesti terjadi. Kehendak Tuhan itu terpaket dalam hal utama: Baik - Benar dan Indah. 


BAIK - BENAR - INDAH itu semoga bukan hanya milik langit_. Tetapi, semuanya mesti terjadi pula di atas kesementaraan ini. Perang, kekerasan, serta berbagai bencana kemanusiaan adalah ancaman terbesar untuk ziarah hidup yang baik, benar dan indah. Sebab, yang termuntahkan darinya hanya kerusakan dan kehancuran. 


KEHENDAK TUHAN itu selalu agung - luhur - mulia bagi kehidupan manusia. Sayangnya, kita bisa lebih terpikat pada yang jauh dari kehendak Tuhan. Bukannya kehendak Tuhan yang mesti terjadi, tetapi kita lah yang sembunyikan kehendak sendiri yang berbau egosentrik di balik nama kehendak Tuhan.


HIDUP ini sungguh penuh drama nan bebas untuk tak setia lagi pada kehendak Tuhan. Ibarat sebuah diskusi indah tentang kebaikan bersama oleh yang sekian kental pagari kepentingannya sendiri dengan tembok kokoh penuh ingat diri dan jauh dari pengorbanan.


MAKA, di titik tertentu, 'Jadilah kehendakMu di bumi seperti di dalam surga' bukanlah satu tuntunan pada Tuhan agar Tuhan bertindak penuh mujizat. 


ADALAH tugas, panggilan dan perutusan setiap kita untuk menyatakan bahwa kehendak Tuhan itu yang mesti terjadi di bumi. Untuk hidup bersama dengan sesama. Dalam Kasih, Kebenaran, dan Sukacita. Iya, termasuk dalam pengampunan (cf Mat 6:14-15).


SEBAB 'kehendak Tuhan itu' tak pernah melayang-layang bagai awan gemawan di ketinggian langit. Kehendak Tuhan selalu menyasar hati kita manusia. Agar darinya kita tetap berjuang demi apa pun 'indah, baik dan benar.' 


DAN masa puasa ini adalah alam indah untuk  berbasuh diri dan kehendak yang  terkeropos. Untuk kristalkan kembali jadi bening apa yang telah suramkan kehendak Tuhan yang mesti terjadi di atas bumi ini.


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar