Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik ; KEBAIKAN sesama pasti kita alami di jalan hidup ini...

 

Pater Kons Beo, SVD, Saat ini tinggal di Roma,Italia


Bacaan I Yehezkiel 47:1-9.12

Mazmur Tanggapan Mzm 46:2-3.5-6.8-9

Injil Yohanes 5:1-16

*"Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu...."*

Yoh 5:13

(Is autem, qui sanus fùerat effèctus, nescièbat quis esset)


ADA banyak orang yang tak kita kenal. Dalam perjumpaan di mana saja. Saat tercipta kontak seadanya, satu suasana santai dan indah dapat tercipta. 

KEBAIKAN sesama pasti kita alami di jalan hidup ini. Kapan dan di mana saja. Bahkan oleh orang yang tak kita kenal. Kita, misalnya, tak kenal siapa sopir, masinis kereta, kapten kapal, pilot, bang ojek, atau abang becak sekalipun. Tetapi, bukan kah karena mereka, kita dapat bepergian?

SUNGGUH! Dunia dan kita sendiri dilayani oleh sekian banyak orang yang tak kita kenal. Janganlah menghitung dan merasa bahwa karena kita berduit atau karena mereka itu dibayar. Dan karenanya wajiblah mereka  melayani dan bertindak demi kita! Tetapi bahwa mereka telah berbuat sesuatu untuk 'menyelamatkan kita.' Iya, demi kebaikan kita.

BETAPA sebenarnya kita adalah insan rapuh. Yang tak sanggup secara mutlak untuk menolong diri sendiri. Renungkan sekali lagi! Kita sungguh dikitari dengan segala kebaikan sesama. Betapa pun kecil dan sederhananya. 

TETAPI juga bahwa suatu keadaan atau situasi jadi nyaman dan damai karena sekian banyak orang yang mengusahakan dan menjaganya bersama. Kita bertemu dengan tetangga untuk berkisah,  dengan sesama yang tersenyum dan ucapkan 'selamat pagi.' Kita alami keteduhan hati dalam hidup. 

KARENA itulah sepantasnya kita tak pernah lupa akan kebaikan sesama, walau  tak kita kenal sekali pun. Itulah awal sebuah panggilan untuk kita belajar bertindak dan bersikap baik pula bagi dunia dan sesama. 

ANDAIKAN kita ketagihan hanya melihat  sisi suram sesama, maka sekian mudah bagi kita untuk menjadi tak bersahabat. Mulai bergerak menjauh dari kebaikan itu sendiri. Bukan kah sikap kasar dan tak bersahabat itu lahir karena kita telah menajiskan sesama dan menjadikannya sebagai musuh? Sebab kita tak pernah dan tak mau melihat sisi kebaikan sesama?

YESUS, TUHAN, menyembuhkan si lumpuh itu. IA tak peduli entah kah si lumpuh  yang disembuhkan itu mengenalNya? Kebaikan  Tuhan tetap terpancar. Tanpa syarat! 

DALAM cahaya sikap Yesus ini kita memang sepantasnya berkaca! Ada sekian banyak 'kelumpuhan hidup yang membuat sesama sulit untuk lanjutkan perjalanan hidup ini. Dan apakah kita tampil sebagai pembawa harapan?'

DALAM situasi umum nyaris lumpuh penuh kegawatan, kita bertarung untuk 'saling membangkitkan harapan satu terhadap yang lain dengan penuh sukacita.' Setidaknya, berbagilah dengan hati penuh tulus!


Bacaan I Yesaya 65:17-21

Mazmur Tanggapan Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b

Injil Yohanes 4:43-54

*"Pergilah, anakmu hidup"* Yoh 4:50

(Vale, filius tuus vivit)


MENJADI tanda harapan. Itulah tugas dan panggilan mulia. Kata dan tindakan dalam spirit Kabar Baik (Injil) memiliki kekuatan yang membebaskan. 

TERLIHAT dan terdengar di hadapan kita wajah-wajah dan ungkapan hati penuh permohonan. Ke dalam telinga kita disuarakan kata-kata penuh harap. Ke dalam hati kita dibisikkan kata-kata mohon belas kasih. 

ITULAH yang dapat kita tangkap dari wajah dan kata hati si pegawai istana di Kapernaum. Ia tahu kepada siapa ia berharap. Kepada siapa kata-kata susah dan kekuatirannya mesti diucapkan! YESUS, TUHAN, mesti  bertindak sesuatu demi permohonanya. *Anaknya mesti hidup.* Dan kebertahanan dan kekuatan dalam hidup itu datang dari Yesus, Tuhan. Kata pegawai itu, *"Tuhan, datanglah sebelum anakku mati"* (Yoh 4:49).

ADAKAH kehadiran, kata-kata serta tindakan kita yang bernafaskan kehidupan? Membawa pesan-pesan pengharapan dan keteguhan dalam hati sesama? 

TETAPI, tentu kata-kata peneguhan itu bukanlah sekadar kata-kata yang selalu berjarak. Antara kuasa mimbar dan kewajiban bangku-bangku; antara kuasa menggurui dan kepasrahan untuk hanya mendengarkan; antara kuasa  merasa sebagai agen surga dan aura hati cemas akan dahsyatnya api neraka. 

Tidak!

SESAMA merindukan  kehadiran yang membebaskan. Yang membuatnya ia bersuara lepas atas segala yang dialami. Kehadiran yang tanpa timbulkan sikap kaku. Jauh dari spontanitas. Kehadiran yang membuat sesama merasa tersapa.

KEHADIRAN seperti itu selalu berarti berjalan bersama. Turut merasa seperti apa dirasakan. Selalu ada ruang kosong dalam kepala dan terutama di hati. Dan di situlah  tempat segala suka dan duka ditempatkan bersama-sama pula.  

"SEKIAN banyak orang datang ke hadapanmu; sekian banyak sesama hidup bersamamu, dan tinggal bersama dalam satu lingkungan. Dan mungkin kah aura kehidupan dan harapan selalu terpancar dari hatimu yang tulus?"

KITA, dalam Pra-paskah ini, tak hanya merenungkan kisah pengorbanan Tuhan yang berbuah keselamatan. Tetapi, bahwa kuasa keselamatan itu mesti menjadi marwah hati kita.

MAKA di situlah, kita mesti sanggup untuk berkata dan bertindak kepada kepada: sesama, tetangga, sahabat, anggota keluarga, teman-teman sekerja, dan siapapun,

 *"Sesungguhnya kalian hidup."*

*Verbo Dei Amorem Spiranti*

Tuhan memberkati

Amin


Posting Komentar

0 Komentar