Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik;DALAM tindakan, kuasa dan jabatan itu menjadi nyata dan hidup

 

(Pekan II Pra-Paskah, St Heribertus dr Koln, Beato Torello)

Pater Kons Beo,SVD, saat ini tinggal di Roma Italia



Bacaan I Yeremia 18:18-20

Mazmur Tanggapan Mzm 31:5.6.14.15-16, Injil Matius 20:17-20


.....Yang seorang di sebelah kananMu dan seorang lagi di sebelah kiriMu...Mat 20:21

(Unus ad dexteram tuam et unus ad sinistram in regno tuo)


BUKANNYA jabatan dan profesi itu tak penting. Itulah yang sering jadi salah satu titik fokus dalam hidup. Jabatan dan profesi adalah 'ruang terbuka' dari dalamnya siapapun dapat 'keluar untuk bertindak, berkarya, dan melayani.'


DALAM tindakan, kuasa dan jabatan itu menjadi nyata dan hidup. Karena di situlah amanat pengabdian terhayati. Namun, sering banyak jabatan yang 'jadi kosong.' Ini bukan karena belum ada orang yang duduki jabatan itu. Bukan! 


"HANYA nama atau cuma menjabat" jadi seruan yang sering terdengar. Artinya, kita tinggal dalam kebersamaan, yang seolah-olah tidak ada 'sosok yang menjabat, yang mengatur, yang bertindak agar aspek inter aksi sosial menjadi nyata dan hidup.'


DALAM kemuridan Yesus, kita pasti berhadapan dengan dengan alam karier dan alam pelayanan sosial. Sejatinya, keduanya mesti  bergandengan mesra. Sederhananya, karier memang melejit tetapi panggilan sebagai orang kristen tetap berakar kuat. 


DALAM kehidupan sebagai pengikut Kristus, setiap kita bisa saja meroket dalam karier, posisi, atau jabatan yang membuat kita tenar nan populer. Tak ada yang salah di situ. Sayangnya, jika kita kehilangan alam sukacita rasa kebersamaan dan kekeluargaan, misalnya. Sebab kita sekian bisa keasyikan dalam alam karier dan gerak 'produktif' kita.


MAKA pertanyaannya adalah: Apakah yang mesti diburu dan dikejar dalam semangat mengikuti Yesus? Jabatan atau posisi di sisi kiri atau kanan ka? Yang dikejar itu apakah hanya sebatas pada tumpukan dari berbagai macam rekor dan prestasi?


SESUNGGUHNYA,  apa dan di mana pun posisi itu, kita tak pernah boleh kehilangan alam persaudaraan dengan sesama. Dan tentu terlebih dalam keintiman dengan Tuhan.


YESUS perlu membawa para murid ke Yerusalem. Tidak untuk melihat dan mengagumi segala bangunan megah di kota itu. Tidak juga agar para murid segera bermimpi bahwa IA akan menjadi Raja dan Imam Besar dalam tatanan manusia. Tidak!


'PENYANGKALAN diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus dalam kerendahan hati dan pengorbanan' itulah yang mesti menjadi lintasan dan jalan kehidupan para murid. Dan jalan itu tetap berlaku bagi semua pengikutNya hingga saat ini.  


ALKISAH, seorang murid bertutur pada gurunya betapa ia sudah buat banyak hal. Dan hasilkan banyak pula. Ia produktif. Dan terlebih bahwa ia dipercayakan untuk beberapa posisi penting. Dengan tenang sang guru menatapnya dan berkata lembut, "Tetapi anakku, berhati-hatilah! Ini  sebenarnya engkau bisa perlahan-lahan mulai kehilangan banyak orang."


JIKA ke sepuluh murid yang lain memarahi kedua saudara itu, Yakobus dan Yohanes (Mat 20:24), maka itulah isyarat bagi kita bahwa acapkali posisi, kedudukan dan karier bisa memperlebar jarak kita dengan sesama sendiri dan orang lain. Dan tentu, di titik inilah kita mesti cerdas rohani pun cerdas sosial untuk menyikapinya.


DALAM iman, harapan dan kasih setiap kita pasti tahu ke "Yerusalem mana kah Tuhan mengajak kita untuk pergi bersamaNya." Kita pasti ada di sisi kanan atau sisi kirinya dalam kisah derita dan salibNya. Agar kita diubahNya jadi baru.


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin.

Posting Komentar

0 Komentar