Header Ads Widget

Allah Itu Akbar Lebih Dari Yang Kita Pastikan

Allah itu Akbar lebih dari Yang Kita Pastikan

(satu permenungan dalam semangat Paskah)


"Dan bagiku, betapa sulit pikiranMu, ya Allah"

(Mazmur 139:17)

Pater Kons Beo, SVD,
(Collegio San Pietro - Roma) 


Tuhan yang Terbelenggu

Kita tak pernah jauhkan borgol dari kepala dan hati kita. Rantai maut itu tetap jadi senjata ampuh. Tuhan telah jadi 'makluk' yang paling dikekang kebebasanNya. Sebab Ia tak pernah spontan dan ceriah dalam diriNya sendiri. Tuhan jadi lumpuh dari aura kreatifNya.

Tuhan pun telah dibebankan dengan sekian banyak syarat. Dan Tuhan mesti mentaati semuanya. Jika tidak, maka Ia siap untuk tak diakui. Sembah sujud manusia bukan menjadi hakNya. Tuhan seperti itu tentu segara diasingkan dan disenyapkan.  

Manusia Menciptakan Tuhan?

Tetap ada kekuatiran mahadahsyat. Itu terjadi jika pada dasarnya, adalah manusia yang ciptakan Tuhan. Tuhan seperti itu lalu dikekang dalam doktrin, konsep,  aturan serta serba ketentuan teramat rigoristik. 

Hanya Tuhan yang 'disakralkan' dalam belenggu pikiran manusia itulah yang pantas diakui dan disembah. Tuhan seperti itu lalu mesti dijaga dan dirawat. Dia mesti dilindungi. Tuhan tak pernah boleh dihina dan dinistakan.

Posisi Tuhan: Radikal vs Rational

Bila ditelisik sekilas, mungkin dengan cara paling sederhana, Tuhan  nampak dikitari dua poros berseberangan sengit. Manusia merasa terpanggil untuk bersikap over-protective demi Tuhannya. Ada ikrar janji setia lindungi Tuhan sejadinya. Entah dalam aksi teramat radikal nan riskan sekalipun. 

Tuhan 'poros radikal' seperti itu mesti dipurikasi oleh alur pencerahan. Tuhan yang terbelenggu dalam  emosi manusiawi yang reaktif itu mesti dibebaskan dari tesis-tesis kaku, baku, sempit serta over ekslusif. 

Tuhan yang tertulis dan terungkap melalui KitabNya, dalam kata dan sikapNya, yang dibakukan dalam tradisi mesti diteropong dalam cahaya akal budi. Segala  tentang Tuhan mesti ditafsir secara baru. Sebab Tuhan tak pernah boleh terus disekap dalam cara berpikir manusia yang kelewat arkais nan sumpek.


Mengagumi Tuhan Yesus yang Bangkit

Agama: Arena Saling Serang?

Di titik ini agama tak ubah bagai arena pertandingan. Kubu-kubu saling serang. Demi saling mengalahkan. Bukan kah itu yang terjadi pula dalam sejarah Gereja? Saat arus pro tradisi, pro komunio, pro institusi, pro trend progresif-kontemporer, telah saling 'bertarung' demi meraih simpati dan mendulang pengaruh yang meyakinkan? 

Selalu ada kisah teramat pahit dalam sejarah manusia saat Allah tidak pernah dilihat sebagai TUHAN segala kuasa. Saat 'Allah benar-benar jadi trademark ekslusif' teramat mahal.  Yang dibuat sulit dan tak boleh dijangkau serta disentuh oleh 'yang bukan kita.'

Namun sesungguhya ada cela indah untuk disusuri. Agar manusia kapok dan segera menjadi jenuh dengan segala silang selisih atas nama Allah. Allah yang dijebak dalam perangkap agama yang lalu dimaknai penuh deviatif. 

Tetap Ada Jalan Damai

"Di dalam suatu dunia yang kompleks tidak ada satu bentuk tunggal dan sederhana," tulis Pastor Radcliffe. Agama mesti jadi ruang terbuka hijau. Di situ mesti selalu ada dinamika pedagogi hati. Sebab manusia butuhkan sungguh kesegaran pandangan baru. Manusia rindukan bola mata yang jernih untuk memandang sesama secara tepat. 

Agama mesti menuntun penganutnya dalam terang ziarah meditatif -  kontemplatif. Demi terbangkitnya imajinasi yang sehat dan selalu segar. Yang membiarkan hati tetap berkelana lepas. Mencari terus mencari Tuhan dalam meterai iman, harapan dan kasih.

Agama sepantasnya pula menebalkan kerinduan yang tak pernah pudar bagi penganutnya. Demi masuk dalam alam admiratio. Itulah sisi hati penuh kekaguman akan apapun yang tak terjangkau penuh oleh akal budi.

Paskah: Maklumat Pembebasan Sejati

Maka saatnya kita termenung akan misteri Paskah Tuhan. Mungkin kah Tuhan sudah bosan dan gerah akan sekian banyak kerangkeng buatan manusia? Paskah - Tuhan lewat itu, tidak kah menjadi tanda kebebasan Tuhan paling absolut. 

Dalam kisah Paskah - episode Peralihan itu, Tuhan ingin 'lepas bebas merdeka' dari batu kubur yang menutup makamNya. Sebab Tuhan sudah jemuh dengan batu-batu kubur fanatisme sempit, radikalisme, fundamentalisme, institusionalisme triumfalistik. 

Bahkan mungkin saja Tuhan sudah pada tak nyaman akan cara menggereja yang terkesan kelewat klerikalistik. Sebab Tuhan merindukan hati dan gerak umatNya yang membara  dalam persekutuan, partisipasi dan perutusan dalam semangat PaskahNya.

Akhirnya

Tuhan itu mahakaya dan mahaluas dalam segalanya. Dalam semangat Paskah -  kebangkitanNya, Tuhan tetap menjadi Tuhan segalanya. Tuhan seperti itu hanya bisa dicapai dalam sikap hati penuh KASIH. Bukan melalui arus kebencian yang mengalir melalui senjata penuh kekerasan.

Sungguh, Allah selalu dan tetaplah akbar. Lebih dari yang kita manusia pastikan dalam format baku dan beku!

Benarlah St Agustinus "Jika kita sudah merasa mengetahui Tuhan sepenuhnya, maka Dia bukan Tuhan lagi."


Verbo Dei Amorem Spiranti

"Christus Vincit, Christus Regnat, Christus Imperat"

Alleluia. Tuhan memberkati

Amin.


Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Keuskupan Ruteng membutuhkan dukungan dari umat beriman terhadap upaya pembangunan Gereja. Kami sangat senang jika anda mengambil bagian, donasi anda sekalian bisa dikirim ke rekening resmi panitia pembangunan. TUHAN MEMBERKATI.

Posting Komentar

0 Komentar