Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik;TAK Perlu Berontak, Sebab Semuanya Bisa Terjadi Karena Ulah Kita Sendiri.

 Jumat, 08 April 2022

Pater Kons Beo,SVD

(Pekan V Pra-Paskah, St Aplollonius dr Antinoè, St Filemon dr Antinoè, St Yohanes da Deo)

Bacaan I Yeremia 20:10-13

Mazmur Tanggapan Mzm 18:2-3a.3bc-4.5-6.7

Injil Yohanes 10:31-42 

"Sekali lagi mereka mencoba menangkap Yesus, tetapi IA luput dari tangan mereka" Yoh 10:39

(Quaerebant ergo eum apprehèndere: et exivit de manibus eòrum)

MUNGKIN tiba-tiba saja kita tersadar. Ternyata dunia ini adalah sebuah pentas pengadilan maha luas. Di situ sikap saling mengadili jadi kisah yang tak terhindarkan. 

ADA saatnya ketika merasa diadili. Dan berbuntut pada penghakiman. Di saat itulah, gerak hidup kita dibatasi. Dan hati sesama serasa terkunci untuk apa pun bentuk kehadiran kita. 

TAK perlu berontak. Sebab semuanya bisa terjadi karena ulah kita sendiri. Dan kita mesti belajar 'tahu dan mengerti.' Kita bukan lah  segalanya. Kita bukanlah orang yang tepat serentak pantas di hati sesama. Semuanya, itu tadi, karena ulah kita sendiri. 

SELALU ada kesempatan untuk kembali belajar. Ada sekian banyak sesama yang jempolan dalam kesaksian hidup. Dalam kesetiaan dan ketulusan hati mereka. Itu yang menjadi daya tarik bagi kita. Tetapi, kita dapat belajar pula dari 'kemarahan ' dan 'hati tak suka sesama.'

TETAPI, sebaliknya, janganlah kita menebalkan rasa tak suka penuh benci. Kita tak boleh terus terperangkap dalam gelora penuh penghakiman terhadap sesama kita.

BENAR! Ada sekian banyak sesama yang seturut catatan di pikiran dan hati kita sungguh tak sedap terdengar dan terucap namanya. Maka menggumpal dan membekulah rasa penuh amarah dan kebencian kita. Kita 'mengaharamkan' diri kita untuk terkoneksi dengan orang-orang tak berkenan di hati.

MENURUT si bijak, ini susahnya bila kita lagi mati-matian pertahankan cita-cita dan kepentingan sendiri. Dan sesama itu dianggap sebagai saingan yang menghambat! "Musuh tercipta saat kita memiliki sesuatu untuk dipertahankan."

ADA KAH alasan kuat sehingga Yesus mesti dibenci? Dan harus ada usaha berulang-ulang untuk ditangkap? Apakah IA menjadi tanda ketidaknyamanan di hati para petinggi Yahudi? Adakah Ia sungguh menyesatkan? 

BILA rasa ketidaksukaan sudah mencekram hati, maka bukan kah apa pun yang dilakukan sesama tetap dianggap nista? Bagi para petinggi agama Yahudi itu  *Yesus harus tak berdaya di tangan mereka*. 

KITA bisa saja berbangga akan segala kegemilangan prestasi kita. Ada sekian banyak orang yang bisa  "jadi manusia." Semuanya karena  hebatnya tangan kita yang menuntun.

TETAPI sayangnya kita jadi rapuh hati saat menerima kenyataan bahwa kita bukanlah segalanya. Sebab kita tak sanggup menerima 'yang berbeda, yang menantang kita, yang mengusil kenyamanan hati kita yang palsu.'

KITA sepatutnya berbesar hati dan lapangkan pikiran. Untuk membuat hidup ini lebih kreatif. Untuk mampu bersahabat dengan siapapun. Tanpa syarat yang hanya  melayani _ego-diri_ kita sendiri.

SIKAP mulia seperti itu pasti  keluar dari hati yang tulus. Sebab, kita memang mesti bebas dari "kerjaan-kerjaan yang hanya berusaha menangkap  orang" dengan alur virus kebencian dan ketaksukaan yang kita rawat dalam hati kita.


Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati

Amin

Posting Komentar

0 Komentar