Header Ads Widget

Renungan ; TAK ada yang perlu dicemaskan ketika Tuhan datang dan hadir

 Sabtu, 30 April 2022

Lokasi Kapela  Adorasi Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong,Tahun Pastoral Pariwisata Holistik 2022

Pater Kons Beo,SVD.

(Pekan II Paskah, St Pius V - Paus ke 225)

Bacaan I Kisah Para Rasul 6:1-7

Mazmur Tanggapan Mzm 33:1-2.4-5.18-19

Injil Yohanes 6:16-21

"Mereka lalu mempersilahkan Yesus naik ke perahu..." Yoh 6:21

(Voluèrunt ergo accìpere Iesum in navim)


KETIKA itu hari sudah mulai gelap. Sementara itu para murid telah naik ke perahu. Hendak menyeberang ke Kapernaum. Para murid sendirian di perahu itu. 

ADA yang terjadi di kegelapan perjalanan itu. Laut pun menggelora. Dan datanglah ketakutanlah mendera para murid. Ada sosok yang berjalan di atas air. Itulah Tuhan yang mendekati para murid. Maka terungkaplah kata-kata peneguhan, "Ini Aku, jangan takut!" (Yoh 6:20).

TAK ada yang perlu dicemaskan ketika Tuhan datang dan hadir. Saat Tuhan sungguh menyapa kita dalam situasi apa pun yang kita hadapi. Bila hidup kita bagai sebuah pelayaran, maka Tuhan tetaplah menjadi 'nahkoda serentak kompas' penunjuk arah yang selalu tepat.

TAK pernah ada hidup tanpa badai gelora menerjang terjang. Tak pernah ada keadaan hidup selalu dalam damai sejahtera. Kita tak pernah luput dari rasa penuh ketakutan dan aneka kecemasan.

"HARI sudah malam dan badai bergelora" adalah gambaran hati kita yang sering tak menentu. Menjadi ungkapan suram dari keadaan hidup yang kita alami. Tetapi harus kah kita terus gemetaran di perjalanan dinginnya gelap malam, tanpa harapan akan kehangatan mentari terbit di pagi ceriah? 

PERJALANAN hidup tanpa kehadiran Tuhan memang sungguh mencemaskan. Kita terkadang andalkan segala kesanggupan diri sendiri yang ternyata amatlah terbatas. Kita teribarat bagai para murid yang bertarung sendirian mendayung dua tiga mil jauhnya (cf Yoh 6:19). Dan ujungnya hanyalah ketakutan, kecemasan dan kesia-siaan yang dialami. 

DUNIA tetaplah dunia yang ganas dan bergelora. Dunia itulah dunia dengan kepastian irama malam dan gelapnya. Dunia tetaplah dunia dengan sisi pudar dan suramnya. Namun, mestikah kita tetap larut dalam ketakutan dan kecemasan? 

PARA murid, di malam gulita itu, segera mengenal Yesus yang datang mendekati. Tak cuma itu, mereka mempersilahkan Yesus naik ke perahu.  Iya, perahu tak boleh tetap tak menentu oleh angin kencang. 

PERAHU tak boleh terisi oleh para murid yang tak karuan hati penuh ketakutan. Sebaliknya, para murid mesti alami keteduhan perjalanan. Dan tiba di tempat yang  mereka tuju dengan hati penuh sukacita pula.

MUNGKIN KAH kita kurang mempersilahkan Tuhan masuk ke dalam 'perahu perjalanan hidup kita?' Dan akhirnya kita tak sampai-sampai juga pada tempat yang mesti tujui? Dalam Yesus, angin badai penuh, gelora segera  berubah jadi aliran angin sejuk yang pasti menuntun kepada hati penuh sukacita dan alam kedamaian..


*Verbo Dei Amorem Spiranti*

'Tak henti-hentinya Yesus mengajar manusia. Bukan hanya saat dulu bersama para murid, namun sekarang pun Dia mengajar kita untuk selalu beriman'.

*(St Pius V)*


Tuhan memberkati.

Amin. Alleluia.

Posting Komentar

0 Komentar