Header Ads Widget

Ada Spirit dan Visi Hidup dari Santiago Bernabeu - Madrid

Ada Spirit dan Visi Hidup dari Santiago Bernabeu - Madrid


Real Madrid vs Manchester City di semi-final Liga Champion 2022

(merenung Real Madrid vs Manchester City di semi-final Liga Champion 2022)

Pater  Kons Beo, SVD


Harusnya Pep Guardiola paham betul atmosfere Santiago Bernabeu itu. Ia pernah jaya di La lega di tahun-tahun kemarin bersama blaugrana Barcelona. Seperti apa pola El Real di bawah Carlo Ancelotti, ia pun harusnya sudah pada tahu itu.


Pep Guardiola dengan the Citizens nya datang ke Madrid dengan percaya diri. Maklum, di leg pertama, sudah ada modal kandang 4 - 3 di Etihad Stadium. Tinggal diusahakan 'tahan seri saja' sudah bisa jaya ke Final Liga Champion musim ini.


TETAPI, Guardiola juga agaknya was-was. Dalam sepakbola, apapun bisa berubah, yakinnya. Sepertinya teringat lagi akan kata-kata Josè Morinho beberapa tahun silam, ketika ia masih jadi salah satu juru taktik di premier league, Inggris, "Di Liga Premier detik-detik terakhir itu satu hasil pertandingan  pun bisa berubah cepat. Tak pasti hasil pertandingan sebelum pluit akhir berbunyi." Kurang lebih begitulah keyakinan Morinho.


Mari menatap leg kedua Real Madrid vs Man City. Tiba di menit ke 73, Man City sungguh serasa lebih terbang melayang. Winger Man City, Riyad Mahrez bikin gol. Hingga menit ke 89, Man City tetap di atas angin. Agregate 5 - 3 adalah asa tebal buat City untuk menatap "all England Final versus Liverpool" di Stade de France, Saint-Denis, Prancis, 28 Mei 2022 mendatang.  


Sayangnya, semua mimpi indah Guardiola serta harapan besar pendudukung Man City berangsur pupus di menit 90. Umpan terukur Benzema dari sudut kiri disambar telak  dan sekian cekatan oleh Rodrygo Goes.

Dan di menit ke 91, lagi-lagi Rodrygo tak beri ampun sedikit pun pada Man City. Umpan cantik dari Dani Carvajal dilanjutkan Rodrygo dengan tandukan  kepala. Dahsyat memang!


Sepertinya _ball possesion_ serta akurasi passing bola yang dipunyai City sepanjang 89 menit itu jadi kacau balau. Berantakan. City jadi sesak di dada. Tak abis pikir akan semuanya. Santiago Bernabeu jadi riuh gemuruh. Petaka akhir bagi City kini benar-benar datang. Dan  itu lagi-lagi melalui seorang Karim Benzema. Sebijil goal lewat pinaltinya di extra time itu sudah jadi modal untuk remukan City. Mesti kulang ke Etihad tanpa senyum. 


Tetapi, ada kah litania pembelajaran kehidupan  dari ziarah sepakbola Real Madrid di Liga Champion di musim 2021-2022 ini? 


Apakah 'mete nonton bolakaki di tengah malam hingga dini hari' di Televisi itu hanya sekedar satu fanatisme? Atau demi sebuah obsesi akan satu euforia gila-gilaan buang waktu? 


Bagaimana pun, kiranya Real Madrid dan Santiago Bernabeu-nya sudah beri satu animasi spiritualitas kehidupan. 


Lihat saja. Betapa ada sekian jalan berat harus  dilewati pasukan Ancelotti untuk tiba pada partai final. PSG dengan Mbappe, Neymar dan Messi bukanlah lawan sembarangan di fase knock out perdelapan final. Dan ada lagi Chelsea, sang juara bertahan yang mesti ditembusi tak mudah di perempat final. Dan semalam, Kamis dinihari  5 Mei ada Man City yang tinggal seujung kuku segera masuk ke fase final.


Namun, apa yang mesti dicemaskan saat masih ada harapan? Apa harus mesti disikapi dengan nada pesimisme jika memang masih ada waktu yang berjalan? 


Ancelotti, pelatih Real Madrid, nampaknya punya spirit membara untuk tak menyerah. Ada kombinasi tiga hal kunci yang telah dilewati Real Madrid untuk menggapai final: Pengorbanan, keberuntungan dan energi.


Kata pelatih berwarga Italia itu, "Kami mengerahkan seluruh energi. Untuk menang, ada perlu sedikit keberuntungan. Mereka adalah lawan yang tangguh. Tetapi, kami tidak pernah menyerah!" Itulah yang disebut pula sebagai mantra keberhasilan bagi Real Madrid. Ya, memang tak mudah berhadapan dengan tim-tim jawara Eropa yang berkelimpahan pemain-pemain bertalenta.


"Dum spiro, spero", selagi saya masih bernafas, saya masih tetap berharap. Sekiranya itu yang dapat ditangkap dari Santiago Bernabeu melalui Real Madrid-nya. 


Terkadang sudah punya modal awal tak serta merta jadi jaminan untuk mencapai kemenangan akhir. Itulah pil pahit yang sudah dialami oleh  Paris Saint-Germain  Chelsea dan kini giliran Manchester City. 


Kini, demi menggapai Juara Liga Champion 2022 ini, Real Madrid telah dinanti penuh rindu dendam oleh Liverpool. Muhammad Sala, striker The Reds, asal Mesir itu, memang sudah tebar ancaman balas dendam.  Sekiranya tahun ini Real Madrid mesti tergusur. 


Di final liga Champion 2018 itu Liverpool jadi bulan-bulanan. Kalah menyakitkan setelah Muhamed Salah digotong keluar setelah insiden dengan Sergio Ramos. Inilah saatnya, Liverpool mesti obati luka sakit hatinya pada Madrid. Tetapi, apa kah balas dendam itu yang mesti kita simak dari arena sepakbola? 


Mari kembali pada pengorbanan, keberuntungan dan energi milik Carlo Ancelotti dan Real Madrid. Jika hidup adalah satu perjuangan, maka kita mesti miliki sikap hati penuh pengorbanan. Dan lagi, jika hidup adalah keberuntungan, itulah yang mesti ditangkap sebagai peluang dan kesempatan yang kita terima. Tetapi peluang dan kesempatan itu mesti 'dibakar' oleh energi yang berkorbar--kobar. 


Ya, selagi masih ada nafas, kesempatan dan peluang yang dimeterai oleh energi kehidupan, kita selalu bersahabat akrab dan berpihak pada harapan. Apa yang pernah disentil oleh Jose Morinho di Inggris, ternyata sungguh dan benar terbukti. Dan itu terjadi pula di Spanyol, di Santiago Bernabeu.

Marilah bertarung dalam hidup ini. Dan jangan pernah menyerah...


Bukan kah demikian? 


*Verbo Dei Amorem Spiranti*

Posting Komentar

0 Komentar