Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; SUNGGUH! Kita tak pernah sendiri, rasa keakraban, semangat kekerabatan......


Pater Kons Beo,SVD, ROMA, ITALIA

Bacaan I Kisah Para Rasul 12:24 - 13:5a
Mazmur Tanggapan Mzm 67:2-3.5.6.8
Injil Yohanes 12:44-50
"...dan setelah meletakkan tangan atas kedua orang itu, mereka membiarkannya pergi"
Kis 13:3

(Imponentèsque eis manus, dimisèrunt illos)

TAK pernah sendiri. Itulah salah satu pengalaman dan keyakinan dasar setiap kita di ziarah hidup ini. Kita dituntun dan dikitari sekian banyak sesama.

SUNGGUH! Kita tak pernah sendiri. Rasa keakraban, semangat kekerabatan atau rasa kekeluargaan telah tertanam dalam diri kita. Itulah kekuatan dan pegangan utama kita  menuju dunia yang lebih luas. Demi mengakrabi sesama pula.

TAK ditampik adanya kenyataan dunia yang getir. Saat keutuhan persaudaraan antara manusia jadi kelam oleh tindak pengasingan. Perang dan berbagai macam kekerasan menjamur. 

DUNIA yang telah jadi 'sempit' oleh berbagai produk kecanggihan  komunikasi, misalnya, justru jadi suram oleh petaka keterasingan. 'Alam modern sungguh jadi produk gaya hidup yang sibuk pada irama dan diri sendiri.'

PENGALAMAN SAULUS dan BARNABAS  adalah 'awal dari satu kisah ziarah misoner.' Berdua diutus untuk mewartakan Injil. Untuk masuk alam dunia, yang pastinya tak luput dari riak-riak keterasingan, keretakan, serta berbagai jurang dan tembok yang memisahkan. 

SUNGGUH tak mudah bagi keduanya untuk masuk dalam situasi sedemikian itu. Berdua pun diutus tak bagai seorang pahlawan yang bakal selalu siap menang! Tanpa hadangan dan bebas tantangan. Tidak.

BARNABAS dan SAULUS adalah citra kemanusiaan yang rapuh untuk masuk dalam kisah-kisah dunia yang banyak kali tak terduga. Sebab itulah ke atas kepala mereka berdua, tangan mesti diletakkan. 

KITA sungguh butuh 'berkat dan doa.' Kita memang tak berdaya dalam kesendirian tanpa 'tumpangan tangan sesama.' Sebab kuasa Tuhan mesti hadir dalam perjalanan hidup ini. Doa  dan harapan sesama adalah kekuatan serta daya dorong yang meneguhkan. 

KITA memang tak selamanya tampil perkasa dan wajib jadi pemenang dalam semua fragmen dan kisi-kisi kehidupan ini. Namun, apakah salah jalan dan sesat arah hidup adalah bias dari kelupaan yang serius bahwa kita adalah orang-orang yang diberkati oleh kuasa surgawi dan duniawi? 

"SETIAP kita adalah orang-orang yang terberkati dan terutus." Kita terutus sebagai warga masyarakat, warga kelompok, anggota dari satu institusi, dan tentu sebagai warga Gereja. 

DI ATAS segalanya adalah bahwa kita tetap  terutus sebagai insan yang diberkati, yang didoakan serta yang dikuatkan dalam kasih persaudaraan dan harapan. Sebab jika tidak demikian, kita bisa terbelenggu untuk 'mengutus diri sendiri, sibuk dengan punya diri sendiri, dan hanya demi kepentingan diri sendiri.'

Bacaan I Kisah Para Rasul 13:13-25

Mazmur Tanggapan Mzm 89:2-3.21-22.25.27
Injil Yohanes 13:16-20
"Saudara-saudara, jikalau Saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silahkan!"
Kis 13:15
(Viri fratres, si quis est in  vobis sermo exhortationis ad plebem, dicite...)

KISAH itu terjadi di Pisidia. Dialami oleh Paulus dan kawan-kawannya. Di suatu hari Sabat, dalam rumah ibadat, setelah pembacaan hukum  Taurat dan Kitab Para Nabi, kepada para murid ditawarkan kesempatan untuk berbicara kepada umat. 

ITULAH kesempatan baik bagi Rasul Paulus untuk berbicara. Dia wartakan kebenaran hikayat keselamatan Tuhan. Ada garis sejarah  keselamatan yang sungguh menyapa Israel dan menggugah hati siapapun.

SUNGGUH! Paulus dan kawan-kawannya tak sia-siakan kesempatan mulia. Itulah tawaran untuk berkisah tentang Kasih dan kebaikan Tuhan yang menyapa. Iman memang harus diwartakan. Kabar Baik mesti diberitakan. 

JIKA melihat hidup adalah kesempatan, maka berkata-kata, berbicara, bercerita, berseru tetap terlihat sebagai kesempatan yang indah. Di situlah iman dan kisah-kisah tentang Kasih dan Keselamatan Tuhan dimaklumkan. 

KATA-KATA yang diserukan adalah 'kata-kata dan pesan yang membangun dan menghibur.' Kekuatan dari pesan dan kata-kata itu tentu sungguh menyapa  kerapuhan manusiawi. Tetapi, di atas segalanya, semuanya bertolak dari kedahsyatan Kasih Keselamatan Tuhan yang membebaskan. 

PENGALAMAN akan Cinta dan Belaskasih Tuhan yang kita terima adalah harapan untuk memberikan "pesan yang membangun dan menghibur." Yang memberikan kekuatan dan harapan di ziarah hidup ini. 

KECERDASAN Injili mewajibkan kita untuk bersuara dalam koridor yang membangun, mengutuhkan, mendamaikan, saling mengampuni, saling menerima kembali dalam Kasih Persaudaraan Iman akan Kristus Yesus. 

KECERDASAN Injili pun mendesak kita untuk untuk menanamkan benih penghiburan bagi sesama. Allah yang kita imani adalah Allah yang mahapengampun dan mahapenyayang. Iya, Allah yang berbelaskasih. Penghiburan yang kita maklumkan adalah penghiburan dalam Yesus Tuhan. 

DALAM dan  bersama Yesus, hidup selalu terbuka pada Harapan. Seterusnya dan selamanya, Gereja - kita semua, terpanggil untuk untuk memaklumkan "pesan-pesan yang membangun dan menghibur." 


Verbo Dei Amorem Spiranti


Tuhan memberkati.

Amin. Alleluia.

Posting Komentar

0 Komentar