Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik ; KETIDAKBERDAYAAN, hati penuh syukur serta penuh perhatian" itulah modal tangguh untuk hidup yang berbuah.

Sabtu, 14 Mei 2022

Berdovasi kepada Bunda Maria di Bulan Mei, KBG ST YOSEP, WILAYAH BETLEHEM WOANG, PAROKI EKARISTI KUDUS KA REDONG, KEUSKUPAN RUTENG


Pater Kons Beo,SVD,Roma, Italia

(Pekan IV Paskah, St Matias-Rasul, St Maria Dominika, St Mikhael Garicoits, St Pachomeus)

Bacaan I Kisah Para Rasul 1:15-17.20-26
Mazmur Tanggapan Mzm 113:1-2.3-4.5-6.7-8

Injil Yohanes 15:9-17
"Supaya sukacitaKu ada dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh"Yoh 15:11

(Ut gàudium meum in vobis sit, et gàudeum vestrum impleàtur)


SIAPA yang ingin tertimpah nestapa di hidup ini? Yang ingin hidupnya ditorpedo oleh rasa tak nyaman? Yang tercekik oleh berbagai rasa hati yang tak tenang dan tertekan? Dan semuanya tanpa alam hati penuh sukacita?


KITA sering alami diri 'seperti tak keluar dari hati penuh bebas dan spontan.' Seperti ada yang merampas dan membelenggu kebebasan kita. Tak membuat kita seperti seharusnya ada kita. Yang ceriah, penuh sapaan, serta penuh keakraban. 


KITA hidup dalam dunia penuh kontrol yang menekan. Kita dipaksa untuk masuk area penuh  alarm. Penuh tanda bahayanya. Kita pun berada dalam alam kompetisi sengit. Di situ kita dipaksa sejadinya untuk tampilkan diri sebagai pemenang. Sebab hidup kita mesti terkesan baik oleh mata publik. 


TETAPI, ada kah alam hidup penuh sukacita, ceriah dan apa adanya selain mengharapkan sanjungan dan pujian dari sesama? Sebab energi batin terkuras dalam gejolak pencitraan, mencari pengakuan serta mengejar reputasi.


KITA pastinya sudah letih lesu. Sebab kita sebatas hanya mengejar kesan dan haus penilaian serta pujian dari sesama bahwa kita orang benar, baik, saleh, terhormat, dan orang yang diandalkan. Tetapi, ada kah rasa sukacita yang terlahir di luar perangkap 'tumpukan sanjungan dan segala puja-puji itu?'


"KETIDAKBERDAYAAN, hati penuh syukur serta penuh perhatian" itulah modal tangguh untuk hidup yang berbuah. Itulah keyakinan Henri Nouwen.  Itulah yang juga yang menjadi kekuatan sukacita kita. Memeluk ketidakberdayaan dan keterbatasan adalah jalan indah menuju kerendahan hati. Bahwa kita bukanlah superman. Kita bukanlah segalanya.


RASA hati penuh syukur arahkan hati kita pada sesama dan terutama Tuhan atas segala bantuan, berkat dan KasihNya. Dan hati penuh perhatian adalah terang mata hati kita untuk berkorban demi sesama.  


BUKAN KAH sukacita itu terlahir saat kita memandang sesama saat ia bisa berhasil, ceriah serta miliki harapan oleh sikap dan perhatian kita yang walau kecil dan sederhana sekali pun? Tidak kah kita bersukacita bahwa karena kita maka sesama dapat kembali pada pelukan Kasih dan berkat Tuhan?  


KITA sepantasnya mengejar dan merindukan sukacita yang berakar pada sukacita Tuhan. Sukacita seperti itu lahir  dari jalan Tuhan. Itulah jalan penuh kerendahan hati (turun dari surga mulia) dan jalan pengorbanan (naik melalui salib) demi tebusan semesta. Rasa sukacita seperti itu tidak lahir dari  segala 'kekuatan, kekuasaan dan kelimpahan' yang kita miliki. 


YAKINLAH. Kelimpahan sukacita yang Tuhan berikan pada kita adalah pemberian DiriNya yang mulia dalam tindak penuh pengorbanan. Kelimpahan sukacita seperti itulah yang diwariskan Tuhan dan  dilanjutkan oleh kita, para muridNya.


SUKACITA yang benar, sekali lagi,  tak ditemukan dalam "kekuatan, kekuasaan, dan kelimpahan." Sebab jika demikian,  tidur malam kita jadinya tak nyenyak. Sebab dalam kepala dan hati kita hanya ada pusaran arus kecemasan bahwa "ngengat dan karat akan merusakkannya dan pencuri akan membongkar semuanya" (cf Mat 6:19). Dan para pesaing akan merebutnya. Dalam perbagai caranya. Lalu sampai kapan kah "sukacita kita menjadi penuh?"


MARI kita mengalami Tuhan sebagai Sumber Kelimpahan Sukacita Hidup. Sebab Tuhan sungguh agung dalam KasihNya.


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin. Alleluia

Posting Komentar

0 Komentar