Header Ads Widget

Renungan Harian ; Satu ikatan damai sering juga berakhir ricuh.

Senin, 02 Mei 2022

Foto Persawahan
Persawahan di Lingko Ndeung, Kelurahan Karot, Kabupaten Manggarai/Foto RR

(Pekan III Paskah, St Atanasius - Uskup & Pujangga Gereja)
Bacaan I Kisah Para Rasul 6:8-15
Mazmur Tanggapan Mzm 119:23.26-27.29-30
Injil Yohanes 6:22-29

P Kons Beo, SVD

"Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah" Kis 6:11

(Audivisse eum dicèntem verba blasphèmiae in Mòysen et in Deum)


SATU persekutuan sering jadi kacau. Satu perkumpulan bisa jadi berantakan. Satu ikatan damai sering juga berakhir ricuh. Di hari-hari kemarin orang-orang masih saling menyapa. Penuh senyum merekah. Namun akhir-akhir ini orang-orang saling tak menyapa lagi. Sudah saling 'buang muka. Tak bertenunan hati lagi.' Kenapa kah gerangan semuanya?

DI BALIK keberantakan satu persekutuan itu pasti ada sebab musababnya. Bisa saja hal ini diakibatkan oleh lemah dan rapuhnya kekuatan dalam diri. Katakan saja, semisalnya ingat diri yang tinggi dan berlebihan. 

TETAPI tak dilupa bahwa ada faktor luar yang bisa 'bermain di balik layar.' Ini kerjanya orang-orang yang suka ciptakan masalah dalam diri orang lain dengan 'sosok sana - sosok sini.'

Intinya hanyalah untuk memperkeruh suasana hati dan kebersamaan orang lain.

INI bahayanya dengan apa yang bisa disebut saja sebagai 'faktor bawa mulut.' Di situlah terjadi dramatisasi satu peristiwa yang jauh dari kenyataan sebenarnya. Terjadi pula pembunuhan karakter atas diri seseorang.

STEFANUS, murid Tuhan yang saleh, "yang penuh dengan karunia dan kuasa" (Kis 6:8) harus hadapi tantangan yang tak kecil. Jemaat Libertini dari kelompok Yahudi ternyata 'kalah hikmat' melawan iman Stefanus.  

MAKA yang diperbuat jemaat Libertini itu adalah menghasut berapa orang untuk bersaksi dusta melawan Stefanus. Bahwa Stefanus adalah pelontar kata-kata hujat terhadap Musa dan bahkan Allah.

DALIL-DALIL maut yang palsu ini tentu berdampak buruk bagi Stefanus. Bahkan Stefanus dituduh telah mencemarkan kesucian dan kemegahan Bait Suci serta kemuliaan hukum Taurat. 

NAMUN, mesti kah Stefanus mundur dan dikalahkan saat ia sungguh dipenuhi oleh "hikmatnya dan kuasa Roh yang mendorong dia untuk berbicara?" (Kis 6:10). Tentu tidak! Allah selalu ada dalam kebenaran dan selalu berpihak pada orang yang tinggal dalam kebenaran. 

UNTUK kita, mari padamkan sudah semangat untuk 'pergi hasut sana-sini' yang hanya 'bikin rusak suasana kebersamaan orang lain.' Sebab, itu tadi, ada yang memang kegemarannya adalah suka bikin onar 'tiup bara api di sana dan di sini.' 

Terjadi ribut besar antar tetangga dan bahkan di dalam dan antar anggota keluarga (besar) sendiri. Gawat  memang! Sebab ada yang jadi 'tukang siram bensinnya.' Kita memang mesti kokoh dalam hikmat dan kuasa Roh. Sebagaimana yang dialami dan dimiliki oleh Stefanus, murid Tuhan. 

SETIDAKNYA, kita mampu membaca gelagat orang-orang yang pandai dan suka sekali hasut kiri-kanan. Semuanya hanya untuk cenderung memperuncing satu suasana kebersamaan.


Verbo Dei Amorem Spiranti

Posting Komentar

0 Komentar