Header Ads Widget

Renungan harian KATOLIK ; Marilah kita dengan rasa syukur menerima panggilan Tuhan

Foto Lokasi Gua Maria Paroki Ka Redong
Lokasi Gua Maria di Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Kevikepan, Keuskupan Ruteng. Situs Rohani ini telah ditata asri dan nyaman untuk dijadikan tempat Ziarah, terletak di bagian barat dari Gereja. Jenis Pohon yang tumbuh di Lokasi ini adalah Mahoni, di depan Gua tersedia tempat duduk agar pengunjung dapat berdoa dalam suasana yang khusyuk. Di sini juga terdapat kapela adorasi berhadapan dengan Gua Maria.


PEKAN BIASA XIII
Kamis, 30 Juni 2022
Bacaan: Amos 7: 10-17; Matius 9: 1-8


Nabi Amos bernubuat tentang Raja Yerobeam di Betel, suatu tempat kudus seorang Raja. Isi nubuat berkaitan dengan Raja Yerobeam. Inilah kata-kata nubuat Amos di depan Amazia, seorang imam di Betel: “Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan”. Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: “Hai Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah di sana makananmu! Dan bernubuatlah juga di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab Betel adalah tempat kudus raja dan bait suci kerajaan” (Am 7: 11-13).

Jawab Amos kepada Amazia: “Aku ini bukan nabi, dan bukan pula termasuk golongan para nabi, melainkan hanya seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhanlah yang mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba; Tuhan bersabda kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel. .. Maka beginilah sabda Tuhan: “Istrimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang … Engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan” (Am 7: 14-15.17).

Dalam kisah ini, nabi Amos tahu diri. Meskipun dalam kenyataannya ia nabi, namun dengan terus terang ia berkata: ‘Aku hanya seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.’ Ia adalah penggembala kambing domba, suatu pekerjaan yang amat biasa, dan barangkali tidak diperhitungkan oleh manusia. Ia tahu bahwa nabi itu adalah panggilan Tuhan. Tetapi kehidupan dan pekerjaan dia sendiri bukanlah apa-apa. Ia bukan siapa-siapa. Ia hanya seorang penjaga ternak dan makanannya juga hanya buah ara hutan.

Panggilan Tuhan Tertuju Juga Kepada Orang Biasa

Seperti Amos, kita bukanlah orang-orang hebat dan luar biasa. Satu dua orang tentu ada yang hebat, memiliki talenta dan bakat yang luar biasa, mempunyai kapasitas dan kemampuan yang lebih tinggi serta kepintaran dan prestasi akademik yang mengagumkan. Kita bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada orang-orang seperti itu.

Akan tetapi, banyak dari kita memiliki hidup yang biasa-biasa saja. Kita memiliki latar belakang hidup yang sederhana. Pekerjaan kita sering tidak diperhitungkan. Penghasilan kita pas-pasan saja. Namun Tuhan pasti tidak mengabaikan kita. Tuhan bisa memanggil kita dari kesederhanaan kita untuk suatu misi-Nya yang khusus. Dari diri dan hidup kita, pasti ada hal-hal yang unik dan istimewa yang tidak ada pada orang lain. Keunikan, kekhasan dan keistimewaan pada kita pasti hanya ada pada kita dan tidak ada pada oran lain.

Semua keunikan, kekhasan dan kestimewaan pada setiap orang adalah anugerah pemberian Tuhan. Dengan keunikan, kekhasan dan keistimewaan itulah, Tuhan memanggil kita untuk menjalankan misi yang Tuhan rencanakan dan tetapkan bagi kita dalam hidup bersama.

Dalam bingkai pemahaman ini, kita memang bukan nabi seperti Amos. Kita juga bukan orang hebat-hebat. Namun setiap kita dapat dipanggil, dipilih dan dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan rencana dan kehendak-Nya bagi siapa saja. Apa yang kita sampaikan bisa saja merupakan rencana dan kehendak Tuhan yang nadanya ‘keras dan mengancam.’ Yang paling penting bukan rencana dan kehendak kita sendiri yang kita wartakan atau kita sampaikan, tetapi sabda Tuhan, rencana dan kehendak-Nya.

Sabda Tuhan Bisa Menusuk dan Melukai

Sabda Tuhan tidak selamanya menyenangkan telinga untuk mendengar atau menggembirakan hati untuk memuaskan cita rasa jiwa. Kita mesti merenungkan sabda Tuhan berikut ini: “Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4: 12).

Sabda Tuhan, kehendak dan rencana-Nya bisa saja menusuk tajam dan melukai hati dan rasa kita seperti yang disampaikan Amos kepada raja Yerobeam. Akan tetapi kita tidak boleh takut atau berhenti untuk menyampaikan sabda, kehendak dan rencana Tuhan yang bisa menusuk hati dan melukai rasa itu. Kita tetap tegas dan berani untuk menyampaikan apa yang tidak enak. Yang terpenting, hal yang kita sampaikan itu adalah kebenaran sabda Tuhan untuk menyelamatkan manusia.

Ketegasan dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran sabda Tuhan, meskipun menyakitkan hati, pada dasarnya merupakan panggilan Tuhan untuk setiap orang, baik orang yang hebat maupun orang yang biasa di mata manusia.

Panggilan seperti inilah yang Tuhan berikan kepada kita dan yang kita terima dari Dia untuk kita laksanakan di dunia ini. Marilah kita dengan rasa syukur menerima panggilan Tuhan dan dengan senang hati dan penuh keberanian untuk melaksanakan dalam hidup kita.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng







Posting Komentar

0 Komentar