Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK : Mengapa kah terlalu mudah untuk berkonsentrasi hanya melihat setitik noda hitam kecil di selembar kain putih nan lapang?

Kamis, 30 Juni 2022
(Pekan Biasa XIII, St Theobaldus dr Provins)
Bacaan I amos 7:10-17
Mazmur Tanggapan Mzm 19:8.9.10.11
Injil Matius 9:1-8
Foto Pewartaan Gereja dan Layanan Diakonia
Layanan Pastoral Diakonia Pemberdayaan Sosial Ekonomi


"IA menghujat Allah"Mat 9:3
(Hic blasphemat)

MENGAPA sulit sekali melihat sesuatu yang indah? Yang baik? Yang luar biasa? Yang berkembang? Yang sebenarnya datangkan decak kagum dalam diri sesama kita? 

MENGAPA begitu pudar energi positif dalam diri demi satu rasa keheranan yang menakjubkan? Mengapa kah terlalu mudah untuk berkonsentrasi hanya melihat setitik noda hitam kecil di selembar kain putih nan lapang?

ADAKAH yang salah dari sikap dan rasa iba Yesus dalam menyapa dan menjamah si lumpuh? Ada kah yang aneh dan mesti dicela saat Yesus berkata pada si lumpuh, "Bangunlah dan berjalan lah?" (Mat 9:5). 

ADAKAH itu satu penghojatan terhadap Allah, saat sikap dan kata-kata Yesus sungguh bermakna kehidupan dan pembebasan? Tuhan datang untuk mencari, menjumpai dan menyelamatkan. Itu tanda kasih dan kemuliaan Tuhan bagi kita manusia.

MAKA selidikilah kualitas hati dan relasi kita dengan sesama. Kebencian dan iri hati terkadang menggiring kepada nuansa hati tak suka. Kita jadi gugup dan tak percaya diri serta larut dalam penolakan bahwa: sesama mesti hidup, berkembang dan berbuah dalam hidup.

SESUNGGUHNYA mata Anda  jelas melihat bahwa benar ada banyak sesama yang 'lumpuh dan tak dapat berjalan' dalam banyak aspeknya. Dan mengapa Anda diam? Kenapa kah Anda masih tertahan hanya sebatas penghakiman dan penghukuman? Sebab apakah Anda hanya fokus pada upaya kesalehan pribadi dan pencitraan diri sendiri di hadapan sesama dan Tuhan? Tanpa peduli akan yang lain?

TUHAN menuntun seluruh diri kita untuk mampu berjuang dan bergembira dalam mengusung nilai kehidupan. Bahwa siapa pun yang alami 'kelumpuhan akhirnya mampu berjalan kembali.' Sebab jika tidak demikian, sungguh jelas terbaca ironia injili: bahwa kita hidup dalam kerangka rahmat, tetapi isinya tak lebih dari sebatas hujatan dan ketidaksukaan.

TUHAN mengajarkan kita demi mencapai suasana hati penuh ketulusan dan sukacita. Melalui kita, sesama pun mesti alami kegembiraan dan harapan dalam kehidupan. "Jangan pakumatikan gerak sesama di atas tilam penderitaan tanpa daya; biarkan dia hidup dalam  mengarungi samudra kehidupan nan luas. Penuh sukacita."

*Verbo Dei Amorem Spiranti*

Tuhan memberkati.
Amin.

Foto Pater Kons Beo
Pater Kons Beo, SVD

Posting Komentar

0 Komentar