Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; Persembahan fisik harus mengubah hidup kita menjadi persembahan rohani



PW SANTO BENEDIKTUS, ABAS


Senin, 11 Juli 2022
Bacaan: Yesaya 1: 11-17; Matius 10: 34: 11:1

Kepada para pemimpin Sodom, Tuhan berkata melalui nabi Yesaya: “Untuk apakah kurbanmu yang banyak itu? Aku sudah jemu akan kurban-kurban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak anak lembu tambun. Darah lembu jantan dan domba serta kambing jantan tidak Kusukai” (Yes 1: 11).


Ketika kamu mengadakan pertemuan-pertemuan dan membuat perayaan-perayaan, “Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaan itu penuh kejahatan. Semuanya itu menjadi beban bagi-Ku. Aku telah payah menanggungnya. Apabila kalian menadahkan tangan untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku. Bahkan sekalipun kalian berdoa berkali-kali, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah” (Yes 1: 13-15).


Pertanyaannya, apakah Tuhan benar-benar tidak suka persembahan fisik atau perayaan-perayaan lahiriah seperti dilakukan oleh kita di dalam perayaan liturgi saat ini? Sesungguhnya Tuhan tidak membenci dan tidak menolak persembahan fisik atau perayaan lahiriah dari manusia. Kepada Harun Musa berkata: “Ambillah bagimu sendiri seekor lembu muda dan seekor domba jantan untuk korban bakaran, kedua-duanya yang tidak bercela. Kemudian persembahkanlah itu di hadapan Tuhan” (Im 9: 2). Ketiga orang majus dari Timur “membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur” (Mat 2: 11).


Hal yang terpenting bukan terutama persembahan fisik, tetapi persembahan rohani. Itu berarti hati dan jiwa kita, pikiran dan kehendak kita, diri dan hidup kita harus menjadi persembahan yang mulia bagi Tuhan. Persembahan hati dan jiwa, pikiran dan kehendak, diri dan hidup menjadi pantas dan layak apabila kita menghindari segala bentuk dosa dan kejahatan dalam hidup.



Persembahan fisik dalam Perjanjian Lama tidak mengubah kehidupan bangsa Israel. Mereka banyak melakukan kejahatan, meskipun mereka banyak membawa persembahan fisik kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan merasa ‘jijik’ dengan semua persembahan mereka. Ia benci melihat semuanya. Semuanya itu hanya menjadi ‘beban’ bagi Tuhan.


Lebih daripada itu, semua bentuk persembahan fisik hanya merupakan partisipasi dalam persembahan tunggal, yaitu Yesus Kristus Putera Allah. Persembahan paling utama. adalah persembahan diri Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Semua persembahan lain yang dibawakan oleh manusia adalah tanda keikutsertaan kita di dalam persembahan diri Yesus sendiri.


Karena itu bila kita membawa persembahan kepada Tuhan di dalam Gereja, hendaklah hidup kita berubah menjadi lebih baik dan lebih berkenan. Kita harus meninggalkan cara hidup lama yang penuh dengan dosa dan kejahatan dan mengenakan cara hidup baru yang jauh lebih berkenan kepada Tuhan dan kepada sesama.


Kita sama dengan bangsa Israel bila kita membawa persembahan fisik kepada Tuhan, tetapi hidup kita tetap penuh dengan dosa dan kejahatan. Persembahan fisik harus mengubah hidup kita menjadi persembahan rohani. Justru karena kita membenci dosa dan kejahatan dan mencintai kebaikan dan kebergunaan dalam hidup.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng


Posting Komentar

0 Komentar