Header Ads Widget

Cerita Perjalanan Richard Urut, Koordinator Program Pemberdayaan Di Yayasan Ayo Indonesia Dengan Tamu dari Swis Dan Kalimantan

Cerita Perjalanan Richard Urut, Koordinator Program Pemberdayaan di Yayasan Ayo Indonesia dengan tamu dari Swiss dan Kalimantan;

Petani Agribisnis menerapkan pola pertanian terintegrasi untuk menjamin kontinuitas Produksi Sayur-sayuran.




Anton Kipler dari Swiss foto bersama petani agrobisnis di Pasar Sotor Ketang, Selasa (6/9/2022) Foto/RR.

Baca juga yang ini; Renungan HARIAN KATOLIK; Jangan menahan kebaikan terhadap orang yang berhak menerimanya...

Yayasan Ayo Indonesia dikunjungi 2 tamu asing beberapa minggu lalu, 1 orang swiss dan 1 orang dayak. Kedua orang itu datang dari jauh untuk lejong (bertamu) bertukar pengalaman tentang usaha pertanian dengan beberapa petani mitra dari Ayo Indonesia yang tinggal di Lembor, Ketang pasar sotor, Null, Jing Golo Ndari dan kampung kopi Wela Golo Worok, selama 5 hari, dari tanggal 5 september sampai dengan tanggal 9 september 2022.
Para staf pendamping program agrobisnis di Yayasan Ayo Indonesia tentu merasa senang dan bangga didatangi orang asing, sebab setiap perjumpaan bagi mereka sangat bermakna lantaran kesempatan ini pasti mengandung konten pertukaran pengalaman atau pengetahuan. Peristiwa ini sangat bersejarah tentu bagi Yayasan Ayo Indonesia, walaupan hasil karyanya bersama para petani kecil di perdesaan melalui program pemberdayaan sosial ekonominya belum dapat membawa perubahan besar tetapi kehadirannya di Manggarai telah mengubah tidak sedikit orang secara sosial ekonomi.

Perjumpaan dua orang asing itu dengan Yayasan Ayo Indonesia dilandasi oleh satu spirit bersama untuk berkontribusi mengatasi persoalan kemiskinan, mencegah petani-petani termarginalisasi oleh kemajuan pembangunan yang begitu pesat di Flores dan mempromosikan pertanian permanen (permakultur) secara organic.

Bagi Yayasan Ayo Indonesia yang menerima kedatangan tamu (tuan rumah), berinteraksi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik dari segi budaya, pengalaman maupun pengetahuan tentu bermakna, menjadi hal positif, karena pasti akan mendapatkan pengalaman baru dalam bentuk masukan-masukan ataupun kritikan, terhadap apa yang sudah dan belum dicapai dalam program pemberdayaan. Baik input maupun kritik keduanya dipandang sebagai kekuatan dari luar untuk mendorong peningkatan kapasitas (skill dan mind) dari para staf agar mereka dapat menemukan strategi inovatif yang sesuai dengan perkembangan jaman, dalam kerja pemberdayaan sebab tujuan harus tetap dicapai dimana petani mesti berkecukupan pangan, ekonomi, gizi dan tanah tetap terjaga kesehatan (healthy soil) atau kualitasnya.
Yayasan Ayo Indonesia memang dari awal memposisikan dirinya sebagai Rumah Belajar, maka setiap orang yang diberi tanggungjawab atau peran baik sebagai Manager Program, Koordinator maupun staf program harus memiliki mindset dimana dirinya adalah orang yang selalu "haus"untuk belajar sebab kemajuan adalah kepastian dan tidak boleh ditinggal oleh kemajuan itu.

Ekonomi berubah setelah berbisnis sayur-sayuran

Antong Kipler merasa kagum dengan 1 keluarga di Kakor, lembor yang telah berhasil berbisnis sayur-sayuran. Rita Giut, salah satu petani mitra dari Yayasan Ayo Indonesia dengan bangga menunjukkan hasil kerja kerasnya kepada Anton berupa bedeng yang telah ditumbuhi sayur-sayuran, jenis kangkung darat, cabe besar dan tomat. Ketiga jenis sayur-sayuran tersebut tampak tumbuh subur dan tegar sebagai dampak dari penggunaan tehnologi arang sekam, pupuk organik dan perawatan tanaman yang dilakukan setiap hari. Kepada kedua tamu istimewa itu, Rita menceritakan apa adanya tentang hasil penjualan sayur-sayuran dari lahan yang berukuran luas 6 are dan cara menjual yang menggunakan media sosial.


Kebun Agrobisnis milik Rita Giut di Kakor, Lembor, Kabupaten Manggarai Barat

Pada musim tanam pertama tahun ini, kata Rita omzet penjualan dari tomat, cabe kecil dan kangkung darat mencapai puluhan juta rupiah, penghasilan dari usaha ini dapat mencukupi biaya Pendidikan dari kedua anaknya yang sedang bersekolah di SMPK Santu Klaus Kuwu bahkan untuk mewujudkan rencana keduanya untuk membangun rumah.

Baca juga yang ini; Satu permenungan : Pada Akhirnya Kita toh Tetap Seperti Ini

Sebagian uang dari hasil penjualan sayur-sayuran tersebut, lanjut Rita, ditabung di Koperasi Kredit CU Florette. Ketekunan dari Rita dan Suaminya menyimpan uang di Lembaga Koperasi setiap bulan patut diacungkan jempol, hal ini memungkinkan mereka mendapatkan pinjaman di CU Florette untuk membangun satu rumah sederhana. Keberhasilan yang luar biasa ini, sayangnya, tidak ditiru oleh petani lain di sana, meski Rita dan Suaminya tanpa bicara banyak telah menunjukkan sesuatu yang beda di kebun mereka di samping dan belakang Rumah.

Satu hal menarik yang keluar dari mulut Rita secara lugas disampaikan ketika menceritakan tentang pengelolaan usahanya pada 3 tahun terakhir, adalah setiap uang yang masuk dari hasil penjualan sayur-sayuran dikeluarkan untuk menyimpan (Saving) di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) CU Florette. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga ini sungguh paham tentang melek keuangan (financial literacy). Menabung telah menjadi kebiasaan dalam pengelolaan keuangan keluarga.

Perjalanan hari kedua dengan Pa Anton dan Peritno yang kami menyebutnya sebagai perjalanan "pertukaran pengalaman berharga" dilanjutkan dengan mengunjungi dua petani sukses yang tinggal di belakang pasar sotor ketang. Di sana, mereka bertemu dengan Herman dan Martinus, keduanya didampingi oleh isteri dan anak mantu mereka.

Di dalam rumah sederhana berdinding Bambu milik Herman yang telah dibentangi tikar terbuat dari daun pandan berwarna merah, biru dan ungu dengan motif khas manggarai, Anton dan Peritno yang didampingi oleh Staf Agrobisnis Yayasan Ayo Indonesia sambut secara adat istiadat orang Manggarai, “Manuk Kapu” dengan penuh sikap keramahtamahan. Ayam jantan berwarna putih mengkilap simbol dari ketulusan hati untuk menerima tamu yang dipandang sebagai bagian dari keluarga, terlihat dipegang sangat erat oleh martinus dalam posisi duduk kaki bersila kemudian mengucapkan secara budaya manggarai kata-kata penyambutan selamat datang dalam bahasa Manggarai.

Saya duduk agak jauh dari kedua tamu tersebut, mengambil posisi dekat pintu masuk, menyaksikan tuan rumah menunjukkan raut wajah tersenyum dan tampak sumringah, tentu dimaknai sebagai tanda bahwa mereka senang dikunjungi orang asing, sangat bersejarah, ada orang yang asing datang bertamu. Tetapi kalau menghubungkannya dengan cerita mereka di halaman depan rumah, rasa kebahagiaan itu tidak terlepas dari suatu pengalaman berharga dimana mereka telah mendapatkan jutaan rupiah dari hasil penjualan sayur-sayuran yang beli oleh para pedagang  pengumpul sayur-sayuran dari Pasar Wae Nakeng, Lembor dan Ruteng pada minggu sebelumnya.


Penerimaan 
Anton Kipler dan Peritno secara adat Manggarai "Manuk Kapu" 

Anton dan Peritno kelihatannya sangat senang terhadap cara dari kelompok tani pasar sotor menyambut tamu. Raut Wajah dari keduanya, menunjukkan rasa bahagia yang luar biasa. Anton secara spotan kemudian mengatakan kepada mereka, “Hari ini saya merasa sangat bahagia, diterima dengan penuh senyum dan kita telah menjadi satu keluarga besar meski saya tinggal di Swiss,”ujar Anton yang telah berusia 73 tahun ini.

Mengembangkan pola pertanian terintegrasi menjamin kesuburan tanah.


Herman kemudian mengajak Anton dan Peritno ke kebun miliknya, bekas lahan sawah, berukuran luas kurang lebih ¼ hektar, terletak persis di belakang rumahnya. Sayur-sayuran jenis salad, fanboks dan brokoli terlihat tumbuh dengan subur, tidak heran kalau sayur-sayuran itu mampu menarik perhatian untuk segera dilihat dari jarak dekat dan dipegang. Daunnya segar, mulus, dan utuh, tidak ada satu hama pun terlihat bergerak pada daun, batang dari sayur-sayur itu kelihatan berukuran cukup besar pertanda tanahnya kaya akan unsur hara. Pemandangan demikian dengan obyek sayur-sayuran hijau tumbuh segar di atas bedeng yang ditata rapih itu mengundang hasrat Anton untuk secepat kilat mengambil HP di saku celana lewisnya lantas meminta bantuan seseorang untuk mengabadikan momen bersama pemilik kebun dan beberapa petani  dalam posisi berdiri dengan menampakkan muka penuh senyum kebahagiaan di celah-celah bedeng dari sayur-sayuran.


Mengembangkan pertanian terintegrasi dengan usaha peternakan untuk menjamin ketersediaan pupuk organik

Kepada kedua tamu itu yang berdiri di tengah kebun sayur, Herman menjelaskan bahwa pupuk yang digunakan adalah kotoran kambing dan babi, sambil menjelaskan Panjang lebar atau secara mendalam dan detail tentang pupuk organic, dia menunjukkan dengan jari telunjuknya letak kandang kedua jenis ternak, dan ternyata posisi kandang dekat dengan lokasi kebun sehingga tidak sulit bagi dia dan isterinya untuk mengangkut pupuk ke lokasi kebun. Dia menerapkan pola pertanian terintegrasi, antara pemeliharaan ternak dan usaha sayur-sayuran. Pola ini sangat masuk akal untuk memastikan kontinuitas produksi.

Cerita lain, tidak kalah menariknya dari Herman yang mencengangkan Anton dan Peritno, adalah tentang alasannya menanam sayur-sayuran dengan cara mengubah lahan sawah menjadi “ladang uang” bagi keluarganya. Herman menegaskan kembali bahwa kebun sayurnya dulu, kurang lebih 5 tahun lalu, adalah lahan sawah dengan 1 kali musim tanam saja karena terbatasnya air, hasil padi tidak mencukupi kebutuhan pangan dan keuangan keluarga saat itu sebab lahan sawahnya tersebut tidak subur.


Herman Haju, petani sukses agrobisnis dari Pasar Sotor Ketang


Berdasarkan karakteristik fisik, tanah di lokasi garden itu teridentifikasi termasuk ke dalam tanah jenis “Tanah Bontong Jarang” (pantat kuda) dalam istilah bahasa manggarai atau istilah dalam ilmu tanahnya dikenal dengan sebutan tanah pod solik kuning. “Hasil padi paling tinggi mencapai 5 karung setara 350 kg beras atau jika dirupiahkan sama dengan Rp 3.500.000 untuk 1 musim tanaman yang jangka waktu panennya 5 bulan,” kata Herman. Namun sejak Herman dan Isterinya memutuskan untuk beralih ke usaha sayur-sayuran, keadaan berubah, di atas lahan kurang subur itu, kemudian dihasilkan puluhan juta rupiah dari hasil penjualan fanboks, ketimun, brokoli, terung, kol dan salad. Hal ini terjadi, ungkap Herman, akibat keseringan menggunakan pupuk organic dari kotoran ternak dan ditambah dengan arang sekam, dalam setiap musim tanam, 4 kali setahun.



Buah pikiran dari Anton yang disampaikkan kepada Yayasan Ayo Indonesia merespon apa yang dilihat dan didapat selama kunjungan pertukaran pengalaman itu adalah Yayasan Ayo Indonesia perlu melakukan survey pasar (permintaan) di Labuan Bajo untuk menentukan pola dan waktu tanam, terus menyadarkan keluarga petani mengkonsumsi sayur-sayuran setiap hari agar anggota keluarga sehat, konsisten mendorong petani untuk mengembangkan pertanian permakultur, menemukan literatur lain terkait tehnologi pengendalian hama secara alamiah, membangun visi dari para petani dan sebaiknya menghindari penggunaan urea yang berlebihan sebab hari ini kita mendapatkan hasil yang banyak pemakaian urea tetapi anakcucu dari kita akan menuai kesulitan dalam bertani di masa depan.

Posting Komentar

0 Komentar