Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI; Tuhan, Hembuslah Kami dengan Roh KeberanianMu

“Tuhan, Hembuslah Kami dengan Roh KeberanianMu”

Bacalah Injil Matius 1:18-24 

Pater Kons Beo SVD


Sungguh selalu tegar kah kita di jalan hidup ini? Bahwa kita bebas dari segala cemas dan rasa takut? Hidup setiap kita tersusun di atas kisah demi kisah. Berjalan dari waktu ke waktu. Setiap kita mesti hadapi kenyataan demi kenyataan. Bahkan kita sendirilah yang masuk dan sudah berperan dalam kisah-kisah itu.


Manusia adalah pelaku sejarah yang selalu mengalir dan terus mengalir. Dalam rentangan perjalanan waktu. Dalam hadapi kenyataan hidup, siapapun dipastikan untuk bersikap. Setiap manusia tak pernah bebas dari satu keputusan. Manusia tak bakal luput tindakan-tindakan yang mesti dinyatakan.



Kita pasti impikan suatu lintasan hidup yang baik dan benar. Demi tiba pada tujuan atau cita-cita yang ceriah. Kita berjuang demi diri kita yang bercitra. Yang berwibawa dalam bawa diri. Yang diakui karena punya cara hidup yang pantas. Yang disanjung karena ‘nama besar dan terhormat.’ Bersyukurlah Anda semua yang sungguh bermarwah dalam kata, sikap dan selalu senonoh dalam perbuatan.

Kita pun pasti bertarung sejadinya, agar isi kehidupan kita selalu tergaransi. Kita tak ingin terganggu dan resah oleh berbagai ketidaknyamanan. Kita selalu ingin pastikan bahwa semuanya berjalan ‘aman dan terkendali.’ Kita tak hendak direpotkan dengan berbagai urusan ‘tetek bengek’ ini itu. Yang hanya bikin ‘makan hati dan kepala sakit.’



Serba berkecukupan bahkan berkelimpahan, rasa puas, terjamin, serba pasti serta aneka alam penuh ceriah, itulah yang kita impikan. Dan kita bahkan berani tegaskan: Inilah kehidupan yang sesungguhnya! Renungkan pula pada tampilan serba wah dan mewah dalam hidup ini.



Kita ingin, setidaknya, ada di level elitis. Terhitung pada jajaran ‘orang yang bukan sembarang.’ Seluruh diri dan hidup kita mesti terhubung pada apapun yang serba luar biasa. Tidak kah kita berselera pula untuk dihubungkan pada kelompok orang-orang garis depan di ring satu? ‘Yang punya kuasa, punya jabatan dan dianggap berpengaruh?’

Sepantasnya, mari kita menatap dunia sebagai dunia. Merenungkan hidup dan mengalaminya dalam kenyataannya. Membuka kedua tangan selebarnya untuk memeluk keseharian kita apa adanya. Untuk juga merangkul kemanusiaan dan keduniawian kita dalam tuntuan Rahmat Tuhan.

Kisah hidup manusia sungguh tak selamanya di jalan dan di titik kemuliaan. Diri kita adalah keniscayaan dalam kelemahan, dalam kerapuhan, serta dalam keretakan sana-sini. Dunia yang kita huni ini adalah juga dunia yang terluka. Dunia yang berkurangan. Dunia yang sakit, lapar dan haus. Dunia yang dihuni oleh sekian saudara-saudari yang beralamatkan sungguh ‘di atas tanah dan di bawah kolong langit.’



Dunia yang kita akrabi ini pun tertatap dalam alam gersang oleh ketidakadilan, tekanan, penindasan, serta rupa-rupa kekerasan. Dalam ketidakmenentuan nasib hidup manusia, Tuhan pun datang. Tuhan masuk dan hadir dalam lintasan ziarah hidup manusia.

Tetapi, ada kah sesuatu yang dapat kita andalkan dalam segala keterbatasan ini? Alam batin Yusuf sungguh ada dalam guncangan. Serba kekuatiran dan cemas mendera dinding hatinya. Di lintasan hatinya yang manusiawi ia menatap Maria dalam forma pikirannya. Maria, tunangannya itu ialah perempuan ‘yang hendak diceraikannya diam-diam.’



Terasa sulit untuk ‘mengambil dan menerima’ apa yang tak dikehendaki. Lebih mudah melepaskan apapun yang tak membawa rasa nyaman dan jaminan. Sebuah jarak mesti segera diciptakan jika memang terjadi sesuatu yang tak terduga dan menyentak rasa.


Yusuf dituntun untuk masuk dan menerima kisah Maria. Tangan Yusuf mesti terbuka untuk menyambut Maria, tunangannya itu, tidak sebagai Maria di ‘jalan datar dan biasa.’ Menerima Maria adalah sikap terbuka pada Rencana Allah. Untuk menerima bahwa “Anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Mat 1:20).



Kita memang terlalu lemah dan rapuh untuk menerima dan menghadapi apapun yang tak terduga dan yang tak kita inginkan. Tetapi, yakin kah kita bahwa Tuhan selalu beserta kita? Maka, mari kita mempercayakan jalan hidup kita di dalam kekuatan Kasih Tuhan. Yang sungguh meneguhkan.



Verbo Dei Amorem Spiranti



Selamat Hari Minggu
Maranatha
Tuhan memberkati
Amin





Posting Komentar

0 Komentar