Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI; Lihatlah Anak Domba Allah!

Lihatlah Anak Domba Allah! Bacalah Injil Yohanes 1:29-34


“Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus”
(St Arnoldus Janssen, 1837 – 1909, Pendiri SVD – SSpS – SSpS AP)


P. Kons Beo, SVD



“Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Demikianlah kata-kata Yesus sebelum “Ia terangkat ke surga” (Kis 1:9). Apa yang diamanatkan Yesus kepada para muridNya itu dapat kita tanggap sebagai satu “mandat kesaksian.”



Seorang murid Tuhan, sedari awal mula, telah menerima mandat perutusan. Di situlah, ia terpanggil untuk menjadi saksi tentang pribadi, hidup dan seluruh pewartaan Yesus. Santu Arnoldus Janssen ingatkan, bahwa salah satu tugas utama dari kita, Gereja, adalah mewartakan Injil Kerajaan Allah. Memberitakan Injil adalah memberitakan Yesus sendiri sebagai ‘pusat dan puncak’ dari seluruh sukacita semesta.

Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang Yesus. Satu tindakan dan seruan penuh makna telah ia tunjukan kepada dua muridnya. Ia berseru, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia!” (Yoh 1:29).



Yohanes Pembaptis memperlihatkan maksud utama pertutusan dan kedatangan Yesus, yakni Penghapusan dosa-dosa. Di atas semuanya, Yohanes memberikan kesaksian tentang citra identitas ilahi pada Yesus. “Aku telah melihatNya dan memberikan kesaksian: Ia inilah Anak Allah” (Yoh 1:3).

Gereja itu pada hakekatnya berkharakter misioner. Itulah kesadaran eklesiologis-gerejani yang telah ditanamkan dalam diri setiap kita. Dekrit Ad Gentes Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja dan Seruan Apostolik Evangelii Nuntiandi (Injil Harus Diwartakan) dari Paus Paulus VI, menjabarkan secara luas dan dalam tentang hakekat dan tugas misioner Gereja, kita semua.



Kita renungkan secara sederhana tiga hal kunci agar kita dapat menjadi tanda dan saksi dari pewartaan tentang Kristus, Anak Domba Allah, di tengah-tengah dunia:
Pertama, Yang menjadi inti pewartaan adalah Yesus dan seluruh hidupNya! Kristus menjad pusat dari seluruh ziarah hidup kita. Menjadi saksi tentang Yesus dan peristiwa keselamatan yang dibawaNya tegaskan adanya kualitas relasi dengan Yesus sendiri.



Relasi yang dalam dapat dibangun dalam doa dan dalam menemukan kehendakNya dalam FirmanNya. Tuhan lah yang memanggil dan mengutus setiap kita, murid-murid dan sahabat-sahabatNya. Sebab itulah, relasi yang intens dan dalam tentu menjadi satu keharusan yang tak terhindarkan.



Tanpa relasi yang sehat dan benar dengan Tuhan yang memanggil, tanpa “tinggal bersamaNya” (cf Yoh 1:39), setiap kita pasti berhadapan dengan satu pertanyaan penuh tantangan: Siapa dan apakah yang sebenarnya kita wartakan? 


Kedua, Setiap kita dituntut pada kerendahan hati dan pengorbanan! Relasi yang benar dengan Tuhan, pasti akan membebaskan kita dari jebakan ‘pewartaan anti-Kristus atau kontra Injil.’ Mewartakan tentang diri sendiri adalah satu tantangan yang sering terjadi.



Kita bisa saja menunjuk kepada dunia dan sesama ‘apa yang kita kehendaki dan pikirkan, dan bukannya apa yang dipikirkan Allah’ (cf Mat 16:23). Sungguh tak mudah untuk menghayati apa yang disebut ‘penghampaan diri dan spirit kerendahan hati.’

Beata Maria Helena menulis satu seruan indah penuh motivasi demi menjadi saksi kehidupan kristiani, “Kemuliaan bagi Allah, keuntungan bagi sesama dan beban bagi diri sendiri.”


Ketiga, Yesus, yang ditunjuk oleh Yohanes Pembaptis adalah “Firman Telah Menjadi Manusia-Allah Inkarnatus.” Itulah Allah yang tengah datang, hadir dan menyapa keseharian hidup manusia dan terutama bahwa “Ia telah menjadi manusia.” Tugas dari setiap kita adalah membuat nilai-nilai Injil itu hidup dan ‘berinkarnasi’ dalam diri dan dalam pengalaman hidup. Bahwa misteri agung inkarnasi tetaplah nyata dalam keseharian.


Panggilan untuk menghayati dan memberikan kesaksian akan ‘Allah Inkarnatus, Firman yang telah menjadi manusia’ menunut kesanggupan dalam membaca tanda-tanda zaman. Siapa pun dapat menatap dan membaca dunia dalam teropong orientasinya sendiri.



Tetapi, setiap murid Tuhan, Gereja, dipanggil untuk “menunjuk Yesus, Anak Domba Allah” dalam situasi yang benar dan tepat. Setiap murid Tuhan, kita sekalian, berjuang untuk melihat dan mengalami dunia dalam Cahaya yang benar, yakni Yesus sendiri.


Dalam kata-kata St Arnoldus Janssen, dapat disimak satu rumusan, “Seorang misionaris bukanlah pelita yang bernyala itu, melainkan ia harus memperlihatkan pelita yang bernyala itu, yakni Kristus...”



Verbo Dei Amorem Spiranti

Selamat Hari Minggu
St Arnoldus Janssen, doakanlah kami..
Tuhan memberkati
Amin

Posting Komentar

0 Komentar