Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI; Menggapai Hidup dan Ada Baru Di Dalam Kristus


Menggapai Hidup dan Ada Baru di dalam Kristus
Renungan Minggu, 12 Februari 2023
(Bacalah Injil Matius 5:17-37)



P. Kons Beo, SVD


Baca juga yang ini;Renungan Harian Katolik; KASIH TUHAN NYATA DALAM TANGAN KITA YANG MEMBERI


Apakah kekristenan itu miliki keistimewaannya? Yang menjadikannya ‘asing, lawan arus, tak biasa, aneh, tak masuk akal, terasa amat sulit, serta segala hal ‘mengganggu kenyataan?’ Namun, tidak kah segala ‘yang aneh-aneh’ itu selalu menarik? Menggetarkan hati kita dan bahkan dunia serta sesama?

Baca juga yang ini; Satu Permenungan Iman KATOLIK; Keyakinan Keras Kepala dan Konsekwensi Kesalingan dalam Sikap

Tuhan tak membawa hukum baru. Tak ada satu iota pun dari Hukum Taurat yang dibatalkan Yesus. Tetapi bahwa Hukum Taurat itu mesti ditelisik dalam satu cara pandang baru. Yesus datang untuk menyempurnakannya. Artinya?

Segala yang ditangkap hanya dalam teropong manusiawi mesti disempurnakan dalam kacamata “Allah memandang.” Segala yang dibakukan dalam Taurat sebagai wadah kualitas relasi manusia dengan Allah dan manusia dengan sesama mesti diberi nafas, spirit atau roh-semangat baru.

Apa yang diajarkan sebagai Kotbah di Bukit kepada para murid, para pendengar, pun kepada dunia zaman ini dapat disebut sebagai ‘pedoman dasar spiritualitas dan moralitas dalam Yesus’ yang sungguh baru, yang menantang serentak menarik. Dan kerohanian dan moralitas baru itu terungkap secara jelas dalam satu pernyataan penuh wibawa: “TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU...”


Ketika cara pandang lama, dahulu, mengisyaratkan “Dahulu difirmankan kepadamu sedemikian, maka Yesus tampil dengan satu cara pandang sebaliknya dan menyempurnakannya...

Gaya atau cara hidup para murid ditandaskan Yesus sendiri untuk menjadi “lebih benar dari hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang farisi” (Mat 5:20). Hal ini sama sekali tidak dimaksudkan agar para murid akan bertampilan ‘superior dalam hal keagamaan.’ Yang membuatnya merasa diri lebih ‘suci dan layak’ dari siapapun. Tidak!


Sebab, merasa “lebih benar, layak dan suci” bisa menjadi godaan berat bagi para murid untuk tiba di gelanggang kesombongan religius. Yang hendak ditandaskan Yesus adalah bahwa hidup keagamaan itu sepantasnya dibalut oleh Kasih yang tulus kepada Allah dan kepada sesama. Tidak semata-mata asal dasar hukum yang mengikat.




“Nilai Lebih” penghayatan sosial-religius para murid nampak ketika “kasih dan kebaikan menjadi primat utama dalam kehidupan. Saat hukum, misalnya, tegaskan “Jangan membunuh” Yesus malah lebih jauh melarang adanya “kemarahan dan penghinaan kepada sesama.”


Mari kita membawa amanat baru dan tegas dari Yesus dalam keseharian. Iya, di dalam kisah-kisah yang kita hadapi. Kita berhadapan semuanya dengan amanat Yesus: “......TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU.”


Maka camkanlah! KETIKA:
  1. Anda marah hingga membenci sesama? Ingatlah kata-kata Tuhan: “Tetapi AKU berkata kepadamu......”
  2. Anda menaruh dendam terhadap sesama? Tuhan menantangmu: “Tetapi AKU berkata kepadamu....”
  3. Anda merancang perbuatan jahat terhadap orang lain? Tetapi Tuhan menantangmu: “Tetapi AKU berkata kepadamu..”
  4. Anda cenderung tidak setia? Tuhan mengingatkanmu kembali: “Tetapi AKU berkata kepadamu….”
  5. Anda sudah mantapkan ‘berkeras hati’ untuk tak pedulikan sesama, dan tak ingin berbaikan lagi? Tuhan mengetuk pintu hatimu: “Tetapi AKU berkata kepadamu…..”
  6. Anda cenderung mempersalahkan dan menghakimi orang lain? Tuhan menyentak hatimu: “Tetapi AKU berkata kepadamu……”
  7. Anda berkebiasaan untuk selalu berburuk sangka terhadap sesama? Tuhan ingatkanmu secara tegas: “Tetapi Aku berkata kepadamu….”
  8. Anda terlalu keenakan untuk selalu mencerca, menghina, merendahkan, sepelekan, mengasingkan serta berburuk cerita tentang orang lain? Tuhan menegurmu keras: “Tetapi AKU berkata kepadamu….”

Setiap kita tentu tahu dan menyadari segala ‘kata-sikap-tindak-dan kata-kata’ yang suram dan tak cemerlang dalam relasi kita dengan sesama kita. Dan, sebagai murid Tuhan, kita pasti tahu pula dan teringat akan kata-kata Tuhan sendiri: “Tetapi AKU berkata kepadamu….”

Apa yang dikatakan Tuhan adalah satu kiat rohani, orientasi peri hidup, motivasi cara berpikir dan bertindak yang baru. Yang mesti lepaskan semua cara lama yang menghantui cara hidup kristiani.


Moralitas baru kristiani bagi kita sebagai pengikut Kristus dapat disejajarkan dengan apa yang dilukiskan Rasul Paulus sebagai “hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia” (1Kor 2:7). Hikmat seperti ini mesti digapai dengan penuh perjuangan, kesetian dan kerendahan hati.


Kita bisa saja telah ‘terbiasa dan terikat’ dengan segala yang lama. Yang sesungguhnya yang lama itu telah diterima sebagai satu ‘kebenaran.’ Namun, Tuhan mesti menarik dan menantang kita untuk tinggalkan dan mengubah semua cara berpikir, merasa dan bertindak yang lama itu.


Akhirnya, untuk memahami dan mengikuti apa diajarkan Tuhan “TETAPI AKU BERKATA KEPADA-MU...” dituntut pula kebesaran jiwa dan keluasan hati untuk diinjili. Sekian banyak perjumpaan kita dengan sesama, dalam peristiwa hidup yang kita alami, dengan variasi kehidupan dunia yang sungguh nyata, ternyata ada sekian banyak hal yang mesti kita tinggalkan untuk mencapai Ada Baru Di Dalam Kristus...

Bukan kah demikian?

Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu
Tuhan memberkati...
Amin.


Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota. KSP CU Florette: Menyediakan Pinjaman Bunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan.




Posting Komentar

0 Komentar