Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; Ganti dan Buanglah Ketidakcerdasan Dalam Bertutur Dan Cenderung Bicara Tak Tertib

Senin, 12 Juni 2023 (Pekan Biasa X, St Yohanes dr Sahagun, Beato Emil Szramek, 108 Martir Perang Dunia Kedua)
Bacaan I 2Korintus 1:1-7
Mazmur Tanggapan Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Injil Matius 5:1-12




"Bersukacitalah dan bergembiralah...."  Mat 5:12
(Gaudete e exultate)



Baca juga yang ini; Pojok KITAB SUCI; TUBUH KRISTUS SELAMATKANLAH KAMI; DARAH KRISTUS SUCIKANLAH KAMI 

TAK ada yang teramat kurang dalam diri dan dalam hidup untuk 'tak sanggup sedikitpun bergembira dan bersukacita.' Apakah manusia dinasibkan untuk bersedih dan selalu bermuram durja di sepanjang nafas hidupnya?

UNTUK bersukacita dan berbahagia dalam hidup, katanya, cukuplah 'syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik.'
   Setiap kita terpanggil untuk 'membawa kebahagiaan bagi sesama dan menciptakan alam sukacita dalam kebersamaan.

Baca juga yang ini sangat menarik; Satu permenungan IMAN KATOLIK; Pentekosten dan Kisah Berbahasa Kita 


DALAM sukacita dan kebahagiaan yang benar, selalu terdapat tempat dalam diri kita bagi orang lain. Katakan bahwa di situ kita sanggup tertawa dengan yang tertawa, dan sanggup menangis dengan yang lagi dirundung malang.

TETAPI, bahagia dan sukacita yang palsu terjadi saat kita 'tersenyum' karena merampas rasa sukacita dalam diri sesama. Atau bahwa kita rasa tidak bahagia saat kita melihat sesama lagi rayakan atau alami momentum penuh sukacita.

DALAM kebersamaan apapun atau dalam perjumpaan dengan sesama, siapapun kita pasti 'sanggup ukur diri sendiri': Apa kehadiranku sungguh menabur benih sukacita dan kebahagiaan? Atau kah sebaliknya sesama mesti berada keadaan 'siaga satu' penuh was-was: kalau-kalau tekanan, sindiran dan hinaan apalagi yang bakal disemprot?

MAKA, damai - bahagia - sukacita, selalu kita dapati ketika kita sanggup menciptakan alam dan ruang batin seperti itu dalam diri sesama. Ganti dan buanglah ketidakcerdasan dalam bertutur dan cenderung bicara tak tertib!

KITA terpanggil untuk alami 'kebahagiaan dan sukacita yang benar' dalam membawa senyum dan harapan bagi sesama dan di dalam kebersamaan.

MOHONLAH ampun dan mintalah maaf, sebab hadir dan tutur kita telah jadi jerat orang lain tak mengalami kebahagiaan dan sukacita. Selebihnya? Singkirkan debu-debu selalu saja mengeluh dan berburuk pikiran tentang sesama.


Tidak kah demikian?

Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin

P Kons Beo, Roma, Italia

Posting Komentar

0 Komentar