Header Ads Widget

Satu Permenungan Iman KATOLIK; Di Bumi yang Berputar Pasti Ada Gejolak...

Di Bumi yang Berputar Pasti Ada Gejolak...

_(satu perenungan)_




P. Kons Beo, SVD



Baca Juga yang ini, Menarik; Renungan Harian Katolik: Batin Penuh Kasih Yang Telah Memenuhi Jalan Dan Daya Hidup Setiap Kita.


Sudah lama kita tersekap dalam penjara soal yang itu-itu saja. Rasanya sulit dan bahkan tak mungkin beralih. Rentetan persoalan tetap berjalan dalam waktu. Tetap berhembus dalam 'perayaan ulang tahun saat lilin HUT kita ditiup.'




Sama sekali tak berarti kita tak punya cukup waktu lagi untuk 'duduk dan bicara bersama.' Pun tak berarti bahwa kita tak tajam akal - cerdas otak untuk kumpas tuntas segala rumit dan tali temali persoalan. Sama sekali tidak! Dunia sudah dipenuhi banyak 'kaum pintar. Anti kedunguan.'



Di pusaran soal bersama yang tak pernah tuntas, si bijak punya kalimat simpel bahkan sepele: "Mari mulai dari diri sendiri." Sederhana memang! Sebab, kata-kata indah kita dan harapan tegas kita selalu ditujukan pada 'orang lain, dunia sana dan segala yang bukan saya.'




Kita berharap agar 'kebun dan lahan mati milik tetangga sepantasnya hijau berseri dan produktif. Sementara halaman luas punya kita sendiri tetap terbengkelai. Sebab ia masih terus saja 'dihiasi oleh pernak-pernik kata dan mimpi-mimpi demi hari esok.'




Si bijak itu tetap bertanya, "Kenapa kah selalu sulit bertarung mulai dari diri sendiri?" Kita jeli amati soal di luar diri. Dan selalu punya harapan indah yang mesti terjadi pada diri orang lain.


Baca juga yang ini, Menarik; Renungan Harian Katolik; UNTUK bercahaya, Pelita Butuhkan Minyak


Masalah yang bertumpuk dan tercecer selalu datang dari orang luar dan pihak lain. Di bicara lepas, entah bersuara keras pun dalam bisik-bisik, segala masalah selalu lahir serta terdapat hanya dalam diri sesama atau pihak lain. Kita bukanlah pihak yang tersangkut atau menempel pada tali-temali kerumitan persoalan.



Satu catatan tertulis mengenai rentetan soal, "Jawaban datang dari Tuhan, masalah dari setan." Lihatlah, betapa dalam diskusi sehebat apapun, bisa saja orang tak sengit kumpas tuntas soal secara bersama. Yang diperjuangkan sejadinya adalah bagaimana dunia dan publik mesti akui bahwa sumber masalah itu 'bukan aku, bukan kami.' Itulah yang terjadi akhir-akhir ini dalam tayangan publik




Sedahsyat atau sekecil apapun persoalan, hal itu tetap 'mengganggu dan melibatkan kita.' Persoalan menantang daya juang yang produktif dan kreatif. Rentetan soal lahirkan terapan solusi yang nyata. Hidup selalu sajikan berbagai pilihan lain yang sepatutnya ditanggapi secara cerdas!



Kita tentu sanggup untuk mengkreasi hidup bersama yang sejuk dan segar dalam tatanan apapun. Katanya, sekali lagi, kita mesti bertolak dari diri sendiri yang solider dan penuh peduli.




Pasti dituntut pula kerendahan hati untuk memulai persoalan dari dalam diri sendiri. Sebab "Bukan kekuatan dari luar yang menciptakan berbagai kesulitan dan membentuk hidup kita. Kita sendiri juga menciptakan warna dan nuansa kehidupan kita."




Itulah sebabnya, mengapakah kita sepantasnya berhenti berceloteh, sudahi mengeluh dan terus mengeluh bahwa sesamalah sumber rumitnya soal dan kemerosotan hidup.



Pada titiknya, pikiran cerdas, sikap yang arif, pilihan yang tegas, serta tindakan penuh keberanian mesti diambil dari dalam diri setiap individu. Untuk kemudian bersama-sama hadapi apapun persoalan yang terbentang di depan mata. Sungguh, di bumi yang berputar pasti ada gejolak. Dan kita tak bisa menolaknya. Selain bahwa kita hadapinya penuh kebesaran jiwa. Penuh perjuangan. Walau penuh tertati-tati. Selalu ada jalan.




Verbo Dei Amorem Spiranti
Liliba - Kota Kupang.

Posting Komentar

0 Komentar