Header Ads Widget

Renungan Khusus di Hari Minggu; Ketika Pintu Perjamuan Telah Tertutup….

Ketika Pintu Perjamuan Telah Tertutup….
(permenungan pada hari Minggu-Pekan XXXII-A)
12 November 2023




P. Kons Beo, SVD



Kesepuluh gadis itu sudah miliki ‘awal yang baik.’ Demi menyambut pengantin pria yang bakal datang, entah kapan persisnya, semuanya telah ‘mengambil pelitanya.’ Syukurlah bila bila sang pengantin tiba di saat masih ada cahaya mentari. Namun situasi menjadi lain, sekiranya ia datang saat telah terbenamnya mentari dan hari sudah mulai malam bergerak menuju kelam. Dan persis seperti itulah yang terjadi seturut perumpamaan Yesus.

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Rumah Adalah Tempat Di Mana Hati Kita Berada

Kata Yesus dalam perumpamaan, “Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak…” (Matius 25:3). Apakah artinya sebuah pelita jika memang ‘tiada minyak?’ Sebuah pelita tiada arti, yang tetap disergap kegelapan malam. Apakah yang disikapi ke lima gadis tak bijak itu (bodoh) hanya sebatas ‘bentuk dan tampilan’ pelita itu?



Akhir kisah bagi ke lima gadis tak bijak itu sungguh berujung miris. Kehadiran pengantin tak disambut. Berlima dianggap sebagai orang asing yang tak dikenal (cf Matius 25:12). Pintu ruang perjamuan telah tertutup.


Situasi ceriah dan penuh kepastian, sebaliknya, dialami ke lima gadis yang bijak. Pelita telah disiapkan, dan minyak pun telah dipersiapkan. Dan karenanya suara tengah malam, “Mempelai datang! Sambutlah dia!” bukanlah satu alarm kepanikan penuh huru-hara. Sebaliknya, seruan itu disambut sebagai momentum sukacita. Yang dinantikan telah tiba.


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; BUKANKAH Kita Semua Adalah Laskar Kristus?


Yesus berkisah pula, “datanglah mempelai itu, dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup” (Matius 25:10). Pintu ditutup itulah ‘momentum tegas’ yang membedakan antara yang ‘bijak dan tak bijak,’ antara yang di dalam ruangan perjamuan dan yang harus tetap berada di luar perjamuan.



Yang bijak, karena persiapannya, sungguh masuk sebagai ‘yang terpilih, yang alami buah dari kesiagaannya.’ Hidup dengan bijak adalah impian indah bagi setiap kita. Tak penting tentang apa yang kita punyai atau apa yang telah kita raih sebagai cita-cita atau kehendak hati. Namun, yang terutama, adalah bagaimanakah agar apa yang dimiliki dan diraih itu harus dapat ‘bernyala dan memberikan kehangatan dan sinar cahayanya.


Mari kita berandai! Tidakkah kita miliki Pelita iman – harapan dan kasih dalam Gereja, melalui sakramen-sakramen? Syukurlah ketika sungguh bijak dalam menghayati semuanya. Pelita iman-harapan-kasih itu senantiasa bernyala dan bersinar.



Pelita kita itu sepantasnya tetap miliki ‘minyak: spirit, semangat, nafas harapan dan tanda-tanda kehidupan.’ Itulah tanda bahwa kita memiliki keterarahan hidup pada sang mempelai. Yang disiapkan oleh kelima gadis bijak itu bukan saja seperti apa pelita itu? Seberapa mahal-murahnya harga pelita itu? Itu bukanlah yang terutama! Tetapi pada ‘minyak yang mesti dipersiapkan’ agar api pelita tetap bernyala.


Pelita permandian, pelita krisma, pelita ekaristi, pelita kehidupan menggereja yang berkomunio, berpartisipasi dan bermisi itu hendaklah tetap bernyala. Dan kitalah yang mesti dengan bijak ‘menjaminnya’ di dalam semangat iman-harapaan dan kasih itu.



Kita semua senantiasa dipanggil untuk berjaga-jaga! Berjaga-jaga dalam kesiagapan penuh bijaksana. Kitab Kebijaksanaan (Bacaan Pertama) memberikan harapan indah, “Siapa saja yang pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan tak perlu bersusah payah, sebab kebijaksanaan itu ditemukannya duduk di dekat pintu. Merenungkan kebijaksanaan merupakan pengertian sempurna, dan siapa yang berjaga karena kebijaksanaan segera akan bebas dari kesusahan (Kebijaksanan 6:14-15).



Ketika ‘Tuhan datang dan kehidupan kita berakhir, pintu perjamuan itu segera ditutup. Tetapi kita telah tergolong dan terhitung sebagai kaum pilihan di dalam perjamuan itu.’


Semoga.
Verbo Dei Amorem Spiranti



Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;https://www.indonesiana.id/profil/27530/Richard-Roden 

Pater Kons Beo, SVD

Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  
   
   Mangga bantuan dari Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss ternyata tumbuh baik dan sudah menghasilkan uang untuk penerima bantuan bibit mangga tahun 2014 di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023)




Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyayang Disabilitas telah menjadi Anggota.   KSP CU Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:

Posting Komentar

0 Komentar