Header Ads Widget

Pater Nus Nurek SVD ; Fufu asal Ubi Kayu ternyata pangan sehat dan bergizi di Republik Kongo...

SELAMAT DATANG DI KEBUNKU

Kebun Sayur di Kebun milik SVD di Kinsasha Congo

Hal pertama adalah menyapa dengan penuh cinta: "Selamat datang di kebunku." "Bienvenue dans mon jardin", demikian kalau orang Perancis yang ajak. Tentu, aku merasa sangat nyaman di kebunku. Hal yang paling kusukai adalah menyapa tanaman sawi yang begitu segar. Di sebelahnya adalah kumpulan bayam. Ada juga kol, kacang panjang, bawang, dan banyak lainnya. Semua tampak segar.

Baca juga :

Hampir setiap bedeng, aneka sayur tambak begitu segar. Apalagi, kalau menyebut sawi. Tampak begitu segar. Dengan asupan air yang rutin diberi setiap pagi, sawi tampak gagah perkasa untuk terus membesar. Tapi kali ini, aku ingin berkisah tentang ubi kayu. Aku menyukainya tepat ketika pertama kali tiba di Congo-Afrika.


Kebun sayur

Oh, ya ..musim yang ada adalah musim kemarau. Mungkin berlangsung lama dengan cuaca panas. Matahari akan sangat terik. Tetapi, coba lihat sejenak di sudut sana. Ada beberapa baris ubi kayu yang begitu segar. Daunnya masih hijau. Masih sehat. Barang tentu, ubi kayu masih kuat berdiri meski diteror teriknya matahari siang dan malam di musim kemarau ini.

Baca juga :
Kelompok Wanita Tani menanam padi Varitas Inpari nutrizinc lite  untuk ketahanan pangan dan mengatasi stunting
Konon, cerita tentang ubi kayu bagi masyarakat Congo-Afrika bukan melulu salah satu tanaman yang tahan panas bahkan di puncak kemarau nan garang. Tetapi, umbinya gitu loh. Bicara tentang masyarakat Congo-Afrika, berarti bicara juga tentang apa yang mereka makan. Lebih tepat: Apa makanan pokok mereka ? Tentu jawabannya adalah Fufu. Setiap jam makan, fufu adalah hidangan utama di meja makan. Bentuknya bulat besar. Layaknya sebuah bola takraw. Dihidangkan tepat dengan dengan aneka sayuran dan tentu daging. Fufu amat memikat dipandang. Apalagi kalau dimakan. Ibarat iklan di TV-TV Indonesia, "Lidah memang tak pernah bohong." Lesatnya bukan main.



Pater Nus Nurek

Dan umbi ubi kayu adalah bahan utama Fufu. Saya sendiri tidak tahu cara pengolahannya. Kata, tukang masak di dapur, fufu dibuat dari tepung umbi ubi kayu. Tepung umbinya diolah, direbus, dibentuk, lalu dihidangkan. Tetapi, saya cukup peduli dengan rasanya. Sungguh nikmat. Apalagi diperjelas oleh orang-orang asli disini, bahwa fufu adalah makanan lokal dengan banyak serat yang berguna untuk kesehatan. Salah satu makanan lokal yang diolah tanpa dicampur dengan bumbu-bumbu yang aneh-aneh. Apalagi bumbu-bumbu yang merusak kesehatan. Bagaimana??

Baca juga :

Saya jadi ingat kampung halamanku. Ingat kebun orang tuaku. Juga ingat kebun orang-orang di kampung halamanku. Dahulu kala, ubi kayu ramai ditanam. Daunnya jadi sayur. Bila diolah dengan baik, rasanya enak bukan main. Belum lagi umbinya. Sore-sore akan jadi teman andalan saat ngopi. Duduk rame-rame di bale-bale dengan saudara-saudari, juga tetangga, juga kenalan sambil mengunyah umbi yang begitu nikmat. Rasanya sungguh tak bisa diungkapkan. cukup lidah yang tahu.

Di kampung halamanku - nun jauh di Nusa Tenggara Timur sana, ubi kayu juga makanan lokal. Tapi, apakah masih dipertahankan ditengah menjamurnya makanan ber-kimia dan buatan pabrik? Tanyakan saja pada ubi di sudut kebun sana yang sedang bergoyang dihempas angin kemarau. Seolah ubi itu menjawab sinis: "Ini Congo-Afrika, bro. Bukan Indonesia. Bukan juga NTT. Apalagi, kampung halamanmu. Di Congo-Afrika, bahkan di pusat ibu kota negara Kinshasa, Anda temukan masih banyak ubi kayu."

Kinshasa, Republic Congo

Kontributor ; Pater Nus Nurek



Fufu
Makanan





Hasil Utama

Gambar




























Lihat semua


Deskripsi

Fufu adalah makanan pokok asal Afrika yang terbuat dari singkong, namun juga bisa dibuat dari tepung jagung, tepung gandum, dan tepung pisang. Makanan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut memiliki nama yang bervariasi tergantung daerahnya, dan nama "fufu" lebih terkenal di Afrika Barat.

Kinshasa, Congo, awal Juli 2022

Posting Komentar

0 Komentar